"Zahra belum siap untuk menikah yah" Zahra meletakkan secangkir kopi hitam untuk Ayah nya. Ayah dan Ibunya kini memutuskan untuk menghabiskan banyak waktu di rumah. Mengingat kejadian kecelakaan kemarin, itulah yang membuat mereka takut kehilangan seorang Putri kesayangannya.
"Kapan lagi kamu? Bentar lagi kamu wisuda, masa kamu belum punya calon" Ibu menimpali percakapan kami, sembari menarik kursi dan duduk di samping Ayah.
"Ayah bahkan sudah punya calon untukmu, nak" Ayah meletakkan cangkir kopi yang baru ia minum. Mendengar semua itu, Zahra hampir tersedak. Ia belum siap, ia takut jatuh hati pada orang yang salah, pada orang yang tidak di takdirkan untuknya.
" jika itu pilihan Ayah, Zahra percaya itu yang terbaik bagi Ayah. " Dengan jawaban itu, kedua orang tuanya saling beradu pandang. Karena, jawaban itu menunjukkan persetujuan Zahra dalam perjodohan .
- Sebuah pesan-
Aku manggut-manggut di depan meja tempat para pasien mengeluhkan penyakitnya. Ya, aku sedang menonton sebuah tayangan berita, tentang konflik yang menimpa negeri-negeri muslim. Saat di soroti wajah muslimah Palestina, aku jadi lebih teringat pada kejadian lusa. Pertemuan ku dengan Zahra. Sosok wanita yang punya aura berbeda. Begitulah pikirku. Auranya jelas sekali berbeda dengan kebanyakan wanita yang ku temui, oleh sebab itu, aku namakan ia seorang wanita spesies langka.Saat ku pandangi wajahnya, justru yang ku lihat adalah sebuah keteduhan dan ketenangan. Ia begitu mempesona dari berbagai segi jika kamu melihatnya. Aku bangkit dari kursi di ruanganku. Menarik setelan jas hitamku, dan mengambil kunci mobilku yang bergantung di samping sebuah rak buku. Aku berjalan melangkah keluar klinik. Menuju mobilku yang terparkir di seberang jalan.
Saat aku ingin menyeberang, lewatlah sebuah mobil honda jazz hitam, tepat di hadapanku ia berhenti. Dan pengemudinya membuka kaca. Saat ku lihat, sosok pria usia jelang 40'an mengenakan kemeja putih. Di sampingnya, ada seorang wanita yang ku kira adalah istrinya. Tapi, perkiraanku salah. Itu adalah sosok wajah yang ku lihat lusa kemarin. Wajah yang meneduhkan mata.
Zahra. Ia memalingkan pandangannya padaku. Dan kami beradu pandang sebelum ia membalikkan wajahnya."Dikha, apa kabar kamu?" pak Rahman bertanya padaku sembari membuka pintu mobilnya dan menyapaku. Pak Rahman setahuku dulu, kolega Ayahku di Malaisya. Sudah lama aku tak bertemu pak Rahman. Dan Zahra, adalah anaknya? Ku lihat Zahra sibuk dengan gadgetnya. Wajahnya itu terlihat serius, aku jadi ingin tahu apa yang dilakukannya.
"Alhamdulillah baik Pak, bapak sendiri bagaimana? " pak Rahman mengulurkan tangannya dan berjabat tangan denganku. Aku masih saja mencuri pandang pada Zahra. Aku lihat wajah Zahra yang risih, dan aku berhenti memandanginya.
"Iya saya tambah baik saja, meskipun sudah di usia senja! " Aku lihat tawa pak Rahman memenuhi mobilnya. Zahra hanya diam. Akankah pertemuan ini akan menjadi jalan kami selanjutnya?
"Ayah, nanti kita terlambat" kdengar suara Zahra yang lembut, dengan nada manjanya terhadap Ayahnya. Aku lihat zahra menarik kerudung hitamnya, memperbaiki hiasannya. Meskipun ia di balut dengan pakaian yang terkesan kolot oleh zaman, namun ia tetap memakainya. Aku yakin, ia adalah sosok yang sudah lama ku cari, namun baru di pertemukan saat ini.
Pak Rahman manggut-manggut kepada Zahra.
"Ya sudah Nak dikha, bapak pamit dulu. Anak kucing nya sudah merengek!" Pak Rahman melirik Zahra yang bengong menatap Ayahnya."Iyaa pak, hati-hati"
Pak Rahman melambaikan tangannya, kemudian menutup kaca mobilnya. Meninggalkan aku sendiri, dengan perasaan yang berkecamuk.
Nb : Maafkan baru update sekarang😂 karena sedang asyik pada kisah Akhwatiy.. Silahkan tinggalkan coment and like. Thank's for your time.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Senja (Pending)
SpiritualKisah pahit manisnya hijrah sang bidadari dunia.Di warnai kembalinya bagian dari masa lalunya yang telah lama hilang. -Wanita itu dipandang dari masa lalunya, sedangkan laki-laki dipandang atas masa depan nya- Proses pencarian jati diri sang muslima...