7. Perasaan yang Terungkap

95 8 0
                                    

Hari ini lapangan sekolahku terlihat begitu ramai. Orang-orang berlarian, keluyuran sana-sini, seperti sedang mempersiapkan sesuatu. Memang benar. Panggung mini telah diberdirikan, lengkap dengan besi-besi penyangga dimana akan ditempatkannya dekorasi penghias. Asha pasti juga terlibat dan tengah sibuk mempersiapkan event tahunan sie 8 ini. Sie 8 adalah sie yang menaungi kesenian. Nantinya akan diadakan berbagai perlombaan antar kelas; singing, dancing, acting, etc.

Aku berjalan pelan, tertunduk lesu, dan sendiri. Tak kusadari telah sampai aku di dalam kelas. Sesuatu yang tak biasa tampak nangkring di atas mejaku.

Dari : Xenon
Untuk : Nadine

Diminum ya! Harus! Jangan sampe nyisa! Biar nggak bocil lagi, biar cepet tinggi!

"Sumpah ya nih anak, bener-bener pengen bikin aku mati? Masa ngasih susu udah lewat kadaluwarsanya!" gerutuku menggenggam erat botol susu rasa mocca.

Sebenarnya untuk ukuran remaja cewek aku termasuk tinggi. Tapi kalau dibandingkan dengan Xenon, jelas aku kalah lah.

"Eh apaan nih?" tangan kiriku menyentuh sesuatu dalam loker. Cokelat! Dari siapa? Cokelat yang dihiasi pita cantik berwarna putih. Elang! Pasti dari Elang!

"Triluutt trilutt!!" handphone-ku bergetar. Ku rasa orang yang sedang ku bicarakan, mengirimkan pesan kepadaku.

Tak seperti Xenon yang selalu membuatku kesal dan melakukan hal-hal aneh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak seperti Xenon yang selalu membuatku kesal dan melakukan hal-hal aneh. Elang selalu punya cara membuatku senang. Terima kasih, Elang.

"Nad, ayo ke lapangan!" seru Reina membuyarkan lamunanku.

Acara telah dimulai. Aku duduk di pinggiran lapangan dengan Reina dan Dhela. Tangan jahil terasa menyentuh pundak kiriku. Aku menengok ke kiri tidak ada orang. Lagi, tangan itu menyentuh pundak kananku. Tapi maaf, aku tidak semudah itu dibodohi. Segera ku sikut pinggang orang itu dengan tangan kananku.

"Aduh!" teriaknya.

"Makanya jangan usil. Rasain!" Ku julurkan lidahku ke arahnya. "Nih, susu yang katanya bikin tinggi, minum aja sendiri!" lanjutku menyodorkan susu yang tak sadar ku genggam dari tadi.

"Eitss! Rezeki nggak boleh ditolak. Aku ikhlas kok ngasihnya. Diminum ya!" Xenon mencubit pipi chubby-ku, ia pun pergi dari hadapanku. Terlihat tangannya mengacungkan dua jari, peace?

"Diminum apanya! Dasar!" ku lempar sebotol susu itu ke tong sampah.

Fandy selaku pembawa acara terdengar menyebut kelas X MIA 1. Ku rasa Elang akan ikut serta mewakili kelasnya untuk nge-band. Benar saja, ku lihat Elang menaiki panggung bersama beberapa temannya. Dia langsung duduk di atas kajon-nya dan mulai menabuh. Sorak ria terdengar dari siswi-siswi, aku tahu mereka sedang meneriaki Elang. Sementara aku, hanya terdiam memandangnya.

'Ada yang lain, di senyummu..
yang membuat lidahku, gugup tak bergerak..
Ada pelangi di bola matamu..
yang memaksa diri tuk bilang, aku sayang padamu..'

Selesai mereka mendendangkan sebuah lagu, ku lihat Elang berjalan mendekati mic. Dia mulai berbicara, wajahnya yang tegang terlihat begitu jelas.

"Oke guys, sorry minta waktunya sebentar." Elang menghela napas panjang. "Nadine Shareena Mecca. Nadine, aku tahu kamu ada di sini. Nad, aku sayang sama kamu. Will you be my girlfriend? Kalo iya, kamu bisa naik ke atas panggung dan terima bunga dari aku, kalo enggak kamu bisa pura-pura nggak dengerin omongan aku."

Suara Elang terdengar tegas namun napasnya terpenggal-penggal. Semua orang terdiam untuk beberapa saat. Begitu juga aku.

OH MY GOSSSHH! IS THIS SERIOUS? AM I DREAMING? AAAAAAAHHH! WAKE UP, NAD!

"Nad, itu nama kamu teh dipanggil sama Elang." Reina menggoyang-goyangkan tubuhku. Tunggu Rein, aku masih terkaget. Aku tidak percaya hari ini akan datang. Di depan semua orang, Elang menyatakan perasaannya padaku.

Ku dengar beberapa dari mereka berteriak kecil. Kami sama-sama kagetnya. Teriakan 'Maju! Maju! Maju!' dari para murid seakan menanyakan jawabanku terhadap perasaan Elang.

Aku memberanikan diri maju ke depan. Badanku gemetaran. Menyangga kaki pun terasa tak sanggup. Teman-teman begitu semangatnya mendorong tubuhku. Ku langkahkan kakiku menaiki tangga kecil di sudut panggung.

"Jawaban kamu?" tanya Elang menatapku. Disodorkannya bucket bunga mawar serba putih.

"Ya." jawabku singkat sembari menerima bunga pemberian Elang. Aku benar-benar terselimuti rasa malu. Aku malu. Serius.

"Yesssss!" Elang berteriak kegirangan disambut siulan dan tepuk tangan teman-teman. Aku juga senang. Aku juga ingin berteriak. Tapi aku terlalu malu, terlalu senang hingga tak bisa ku utarakan di depan semuanya.

Kami turun panggung diikuti riuh teman-teman, seperti seorang fans yang tengah berjumpa dengan idolanya.

"Nadine selamaaatt! Aaaaa akhirnya!!" Asha datang memelukku dengan kakinya yang tak henti jingkrak-jingkrak. Asha memelukku begitu erat sampai-sampai aku kesulitan mengambil oksigen.

"Oke oke, kita tinggalin dulu kisah manis antara Elang dan Nadine. Kita lanjut penampilan dari kelas X MIA 8! Silakan kepada yang mewakili untuk maju ke atas panggung! Beri tepuk tangan!" Si pembawa acara memecah kegaduhan antara kami. Keramaian tentangku dan Elang digantikannya dengan tepuk tangan. Aku duduk di tengah lapangan karena yang lain juga begitu. Ingin menyaksikan lebih dekat, kata mereka.

I HIGHLY APPRECIATE YOUR VOTE AND COMMENT! 😚😚
Sangat menerima saran dan kritik dari teman2! 😉

Thank you for reading!
Don't forget to add to your reading list! 🧡🧡

-Azzahra

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang