3 'Jomblo VS Single'

18.9K 2K 204
                                    

Setelah tidak berhasil memaksa Ken ataupun Lea ikut denganku ke pernikahan Egi, terpaksa aku harus puas pergi sendiri. Padahal aku optimis lho dengan pilihan gaunku. Gaun abu-abu selutut dengan payet-payet di sekeling dadaku, rasanya adalah pilihan yang tepat sebelum sampai di acara ini. Tapi melihat dandanan tamu wanita lain yang 'Wah', aku jadi agak minder. Riasan naturalku tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Aku bahkan sulit membedakan pengantin wanita dan tamu wanita jika mereka membaur bersama.

Begitu memasuki aula hotel, aku langsung mengedarkan pandangan mencari-cari siapa tahu ada kenalan yang bisa diajak ngobrol. Ini kok biar sebiji tak ada satupun anak kantor yang kelihatan. Pertanda apa ini, Tuhan.

Aku masih bingung, hendak menyapa yang punya hajatan di pelaminan lebih dulu atau langsung makan saja. Kalo mau ngasih selamat duluan, agak risih juga berjalan sendirian ke pelaminan tapi langsung makan malah lebih tidak enak sama yang punya acara.

Saat sedang pusing-pusing memilih itulah Pak Zul sang 'Big Bos' berdiri di depanku. Di sampingnya sudah ada istrinya, Bu Susan yang cantiknya kebangetan. Mirip boneka berbie.

"Isy, dengan siapa ke sini?"

Harus banget tanyain itu, Pak? Sudah lihat sendirian begini masih ditanya.

Aku ternyum kecut. "Tidak sendiri, Pak. Sama Peter Pan ini."

"Ha?" Pak Zul dan istrinya menatapku sebentar lalu celingak-celinguk nggak jelas sebelum kembali menatapku kebingungan.

Aku tersenyum saja. Aku tidak bohong. Aku ke sini memang barengan. Sama bayangan sih. Cuma tidak kelihatan saja karena keinjak.

"Ciee... yang lepas status 'Jomblo'."

Bisma tiba-tiba sudah bergabung dengan kami, di belakangnya ada seorang wanita yang kuduga adalah pacar barunya. Menyusul Mas Surya dan Istrinya. Ada Luna juga dengan partnernya. Jadi totalnya tiga pasangan dan aku sendiri saja.

"Tapi Beneran gak ini. Orangnya mana?" tanya Mas Surya sambil mengernyit curiga.

"Bikin Alibi nih anak." Bisma mulai memprovokasi.

"Aku kan gak bilang datang dengan gebetan," ucapku ketus setengah membela diri.

Tim kantor semakin ramai ketika Jio dan teman-teman lain bergabung. Aku mengikut saja saat rombongan mulai bergerak ke pelaminan.

"Ciee ... yang jomblo."

"Aku Single ya, bukan jomblo," hardikku tidak terima. Entah kenapa kalimat jomblo yang di ulang-ulang malam ini bikin kesal setengah mati. Aku tidak keberatan menyebut diriku sendiri jomblo. Tapi mendengar langsung kata itu dari orang lain membuatku merasa terhina sekali.

Bantahanku yang agak keras justru menarik bebarapa pasang mata. Beberapa terlihat menahan senyum.

Aku menatap sebal pada Si Biang Kerok yang malah cuek sambil mengulum permen karetnya.

"Apa bedanya? Toh sama-sama sendiri," celetuknya tidak peka.

Aku berhenti dan berbalik menghadap Bisma. Melihat gelagatku yang akan kekeuh mempertahankan pendapat, Luna berinisiatif menarik kami menepi supaya tidak menghalangi antrian tamu yang hendak memberi selamat pada pengantin.

"Dengar ya, sebutan jomblo hanya untuk mereka yang tidak laku. Sedangkan Single itu adalah pilihan menunda berkomitmen." Kalimatku ditutup dengan siulan Mas Surya dan tepukan tangan dari Luna dan Istri Mas Surya.

Well, semakin banyak tamu yang menoleh ke arah kami dengan raut penasaran. Operasi plastik ada yang murah nggak ya? Ini kalau ada yang jual cassing wajah, tolong angkat jari. Aku sangat membutuhkannya sepulang dari pesta ini.

BLUR -Accidental (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang