1

1.2K 64 3
                                    

‎Semua anak laki-laki tumbuh menjadi dewasa.

Namun hal itu tidak akan berlaku untuk seorang anak laki-laki berambut keemasan yang kini sedang duduk di kursi kesayangannya sambil meniupkan suling miliknya, Peter Pan.

Sejak kali pertama aku bertemu dengannya sampai detik ini, perawakannya masih tak berubah. Ia tetaplah Peter Pan yang kekanakan, jahil, dan keras kepala. Tetapi di balik itu semua, Peter adalah anak yang pemberani dan tak mudah patah semangat, apalagi ketika menyangkut urusan Kapten Hook, pemimpin kapal Jolly Rogers itu.

Tinggi Peter jelas-jelas melebihi tinggiku, sebab ia pernah menjadi seorang anak manusia-sebelum warga Neverland menjadikannya bagian dari kami---sedangkan aku adalah seorang peri sejak lahir. Dulu Peter berasal dari London, menjadi anak buah Kapten Hook, tetapi kemudian ia menyadari bahwa Hook tidaklah sebaik penampilannya. Hook benar-benar seperti kail, menjerat semua orang untuk mendukungnya padahal itu hanyalah bagian dari rencana jahatnya.

Tiba-tiba saja Peter menyudahi permainan sulingnya. "Ayo, Tink, kita pergi melihat kota London!" ajak Peter tak sabar kepadaku, sambil menunjukkan senyuman khasnya itu.

"London?" tanyaku. "Untuk apa?"

Peter terbang ke arahku dan berdiri dengan kedua tangannya di pinggang. "Hanya untuk... untuk sekadar berkeliling dari satu rumah ke rumah lainnya. Mencari dongeng yang menarik untuk kuberikan pada Anak-Anak Hilang."

Aku terbelalak tak percaya. "Kau tidak berencana untuk mendatangi rumah gadis itu lagi 'kan?"

Namun Peter tak menjawab pertanyaanku melainkan tersenyum lebih lebar daripada sebelumnya. Kemudian ia kembali duduk di atas kursinya dan meniupkan lagu bahagia---yang belum pernah kudengar sebelumya---menggunakan sulingnya. Peter pasti sedang memikirkan gadis London yang kemarin ia dengarkan ceritanya dari luar jendela kamar gadis itu sendiri. Satu-satunya rumah yang mau membukakan jendelanya untuk Peter ketika yang lainnya malah menutup jendela rumah mereka di malam hari.

Boleh kuakui, dongeng Cinderella milik gadis itu memang seru untuk didengarkan. Namun apabila Peter kembali ke jendela kamar itu dan tertangkap basah oleh salah seorang manusia yang ada, mereka bisa saja menganggap Peter aneh. Bahkan jika mereka melihat Peter dapat terbang, mereka akan menuduh Peter sebagai penyihir, bukanlah peri.

"Kau bisa saja ketahuan oleh manusia, Peter! Kau tidak boleh pergi ke London!"

Peter melepas sulingnya dan menatap ke arahku dengan dahi yang mengkerut. Ia segera terbang ke arahku sambil berkata, "Aku tidak peduli, Tink! Aku akan pergi ke London untuk mendengarkan kembali cerita gadis itu dan kau harus ikut denganku!"

Aku menatapnya heran. "Mengapa aku harus ikut denganmu?"

"Karena kau adalah temanku, Tink! Dan teman harus tetap bersama selamanya!" jawab Peter keras kepala. "Sekarang, ayo kita pergi ke London!"

Aku menatap Peter sejenak. Ada benarnya aku ikut dengannya ke London, agar dapat mengawasi laki-laki itu untuk tak membuat keributan sedikit pun.

"Baiklah. Ayo kita pergi."

[]

[1] TinkerbellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang