My Everything

6.1K 393 46
                                    

Inspirasi: melihat sorot rotasi bumi-matahari-bulan. Lalu melihat betapa cintanya matahari terhadap bulan sehingga ia rela mati setiap malam hanya untuk melihat bulan bersinar.

Summary: "Kau gila! gadis tergila yang-"/"Oke, aku memang gila! Namun, kau juga sama!"

WARNING! Alur maju-mundur, jangan sekalipun mengikuti tindakan tidak baik yang terkandung dalam cerita ini! Segala kekurangan untuk kepentingan cerita. Terimakasi.


Spend all your times waiting, for that second change.
.
.
.

RANJANG rumah sakit itu berderit ketika Sasuke mendudukinya. Ia tidak mengacuhkan tatapan tajam Sakura yang memerintahnya dengan tegas untuk tidak turun barang sejengkal pun dari atas ranjang. Gadis itu mendengus, meletakkan buah-buahan segar di atas nakas. Mengganti bunga lily putih dengan mawar beraneka warna. Melihat itu, Sasuke mendengus dan mencebik.

"Kau seperti sedang menjenguk seorang gadis."

"Biar kutunjukkan padamu seperti apa itu kebahagiaan! Jangan berani-berani turun dari ranjang jika kau masih ingin melihat indahnya dunia." Sasuke memberengut, tingkah Sakura seperti mendiang ibunya. Cerewet, galak, tetapi perhatian.

Pria itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran bantal melipat kedua tangannya ke depan dada dan asik melihat gadisnya memotongi buah apel. Jujur saja, Sasuke lebih senang jika Sakura membawa tomat daripada buah-buahan yang lain. Namun, Sasuke lebih memilih jalur aman dibandingkan meluncurkan aksi protesnya. Bisa-bisa Sakura melakukan yang diluar dugaan dan tidak lagi mengunjunginya di rumah sakit. Bisa mati bosan pemuda itu jika harus sendirian.

"Kau tidak kuliah?"

"Aku sedang bosan."

"Jangan bertingkah seperti kau seorang yang jenius, Sakura!"

"Oh, aku memang jenius. Tidak seperti dirimu yang ceroboh."

"Jangan berkata seolah aku akan mati hanya karena menginjak lantai!"

Sakura meletakkan pisau di atas meja dengan kencang, tatapannya menusuk tajam ke arah Sasuke. "Kau baru saja sembuh!"

"Demi Tuhan, Sakura! Aku hanya jatuh dari motor!"

Gadis itu cemberut, tetapi Sasuke bisa melihat genangan air mata yang meluncur keluar dengan mulus dari pelupuk mata gadis itu. Sasuke menghela napas, selalu seperti ini, Sakura akan menangis setiap kali melihatnya menderita atau bahkan bahagia. Gadis itu selalu mengeluarkan air matanya dalam tetes yang berlebih dan Sasuke tidak suka itu. Siapa pun setuju jika gadis musim semi itu lebih baik jika ia tersenyum, bukan menangis seperti sekarang. Apa lagi menangisi seorang yang berengsek seperti Sasuke.

Pemuda itu turun dari ranjang, agak sedikit tertatih dan berjalan menghampiri tempat di mana Sakura duduk. Dengan perlahan, pria itu membawa Sakura ke dalam dekapannya. Membiarkan gadis itu terisak dengan isakan yang membuat hati Sasuke teriris dan tersayat. Sasuke selalu suka menciumi puncak kepala Sakura, ia selalu menemukan wangi stroberi yang menguar dan memberikan sensasi khas Sakura. Ia membelai punggung gadis itu dengan lembut. Matanya menyorot nanar, napasnya terasa berat dan ia merasa tubuhnya melemas.

Namun, Sasuke tidak ingin membuat gadis itu semakin khawatir. Sakura harus bahagia, Sasuke harus mengukir tawa dalam setiap langkah hidup gadisnya. "Aku baik-baik saja, Sakura." Sasuke jelas mengatakan hal yang berbanding terbalik dengan apa yang ia rasakan saat ini, dan Sakura terlalu sedih untuk dapat menyadari hal itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang