Setiap aku dan Peter mengunjungi luar Neverland, haruslah ketika malam hari menyelimuti agar tak ada yang menyadari bahwa ada seorang bocah laki-laki terbang di atas mereka dengan bebas. Setidaknya untuk berjaga bahwa kehadiran peri memang tak diketahui oleh manusia. Sebenarnya bukan masalah besar jika kehadiran kami diketahui manusia, hanya saja beberapa di antara mereka menganggap peri itu tidak nyata, dan hal ini akan membawa pengaruh buruk bagi para peri.
Begitu kami tiba di langit kota London, Peter terbang lebih cepat menuju jendela rumah itu dan meninggalkan aku sendirian di belakangnya. Aku mendesah pelan. Ia memang selalu begitu, meninggalkan perasaan orang lain seakan-akan hanya ialah yang menjadi sorotan utama. Terkadang Peter menjadi begitu egois, aku membenci hal itu.
Kulihat Peter sudah tiba lebih dulu di sebuah jendela rumah yang terbuka. Ia sedang mengintip ke dalamnya dan memperhatikan seorang gadis yang sedang bercerita kepada dua adik laki-lakinya bagaimana Cinderella berhasil melawan para bajak laut. Gadis yang sedang bercerita itu memiliki rambut bergelombang berwarna kecokelatan, matanya yang berwarna biru begitu indah, dan bibirnya yang berwana kemerahan seolah melengkapi wajahnya yang menawan.
Kali ini gadis itu bercerita bahwa Cinderella berhasil tertangkap oleh para bajak laut, dan kini telah menjadi tawanan mereka. Ada banyak rupa dari bajak laut itu, seperti bajak laut yang bertato di seluruh tubuhnya, bajak laut yang dijual oleh ibunya sendiri, juga bajak laut terkeji namun memiliki mata berwarna biru yang indah, Hook.
"Tetapi yang paling buruk dari semuanya adalah Hook! Ia memiliki mata berwarna biru yang indah seperti bunga. Namun ketika ia merobek perutmu menggunakan kail besinya---yang ia gunakan sebagai pengganti tangan kanannya," ujar gadis itu dengan sedikit jeda. "Matanya akan berubah menjadi merah, semerah darah yang akan keluar dari perutmu!"
Peter terlihat begitu antusias menyimaknya, sampai ia melupakan anjing penjaga ketiga anak-anak itu yang sedang berdiri di depan jendela kamar. Sepertinya ia merasa asing dengan kehadiran kami di luar sini.
"Peter, anjing mereka sedang menatap ke luar jendela. Kupikir lebih baik jika kita kembali sekarang," bisikku pada Peter yang malah diacuhkannya.
Tiba-tiba saja anjing itu menggonggong ke arah kami, membuat Peter dan aku tersentak, begitu pula dengan gadis itu yang kebingungan mengapa anjingnya menggonggong ke arah jendela secara mendadak. Gadis itu dan kedua adiknya pun bergerak ke arah jendela, membuatku dan Peter segera menjauh dari sana, tetapi anjing mereka berhasil menggigit bayangan Peter dan menariknya hingga lepas.
Ya, bayangan Peter lepas dari dirinya!
Sambil terbang menjauh dari jendela rumah itu, aku dan Peter saling menatap satu sama lain dengan panik. "Bagaimana caranya anjing itu menggigit bayanganmu dan melepaskannya, Peter?!" tanyaku.
Aku pun teringat kejadian yang lalu saat Peter kehilangan bayangannya untuk pertama kali dan hal ini cukup menyulitkan semua warga Neverland.
"Apa kau sudah lupa apa yang akan terjadi jika bayanganmu itu lepas?"
Tetapi Peter tidak peduli---atau mungkin lupa, ia hanya menaikkan kedua bahunya.
Dahulu Peter juga pernah kehilangan bayangannya satu kali ketika ia baru saja diangkat menjadi warga Neverland oleh masyarakat suku Indian. Butuh berhari-hari untuk menangkap bayangan itu yang sama jahil dan sama sulitnya untuk diam seperti Peter, karena entah dengan alasan apa, jika bayangan Peter terpisah darinya maka bayangan itu akan menjadi hidup dengan sendirinya.
"Kalau seperti ini, kita tak punya cara lain. Kita harus kembali esok malam dan mencari bayanganmu itu," ucapku yang langsung membuat Peter terhenti.
"Apa katamu, Tink?"
"Kita harus kembali lagi esok malam untuk---oh, tidak, Peter!"
Peter tesenyum jahil ke arahku, seolah ia sudah memenangkan permainan ini. "Baiklah, kalau begitu, kita akan kembali esok malam ke rumah gadis itu," ulangnya. "Untuk mencari bayanganku yang hilang, tentu saja, Tink."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Tinkerbell
Short StoryPeter Pan's Side Stories : [1] Tinkerbell Terkadang aku menyukai sifat Peter yang kekanakan; lugu, jahil, dan penuh dengan rasa ingin tahu. Sama seperti anak laki-laki lainnya, Peter juga suka mendengarkan dongeng menarik. Terutama ketika orang yang...