Chapter 1

22.4K 1.2K 32
                                    

Please Vomments guys!

Enjoy xx

++

"Lea.. kau urusi pelanggan yang satu itu." Perintah Max, sambil menunjuk seorang lelaki dengan beanie dan kaus putih yang sedang melihat-lihat rak CD. Max adalah pemilik toko musik di tempatku bekerja, dan otomatis dia adalah bosku.

Aku menahan dorongan untuk memutar kedua bola mataku. Bisa tidak sih Max melihat bahwa aku sedang sibuk disini? Dia kan bisa menyuruh Tyler. Begitulah Max, dia adalah bos paling menyebalkan yang pernah ada.

Sambil mendesah pasrah, aku segera berhenti dengan pekerjaanku, yaitu menyusun CD baru sesuai abjad. Aku menyeka keringat di dahiku, dan segera melenggang ke arah si pelanggan.

"Ada yang bisa kubantu?" Tanyaku, sambil menyunggingkan senyum palsu di wajahku.

Lelaki itu tidak menengok sedikit pun ke arahku, seolah-olah aku hanyalah angin lewat. Hal tersebut cukup untuk membuat darah mendidih di dalam kepalaku. Dengan kesal, aku menepuk bahunya untuk meminta perhatian.

Dia menengok ke arahku, dan menggerutu. Lalu akhirnya dia pun melepaskan headset dari telinganya. Oh pantas saja dia tidak mendengarku, aku tidak melihat dia menggunakan alat itu gara-gara beanie yang dia gunakan.

Tunggu dulu.. tunggu dulu! Sepertinya aku pernah melihat pemuda di hadapanku ini sebelumnya. Di mana aku pernah melihat wajah itu ya? Harus kuakui, dia itu tampan dan seksi. Kaus putih tipis yang dia gunakan memperlihatkan tinta yang meliuk-liuk dan otot yang bidang dibawahnya. Lengannya pun ditutupi oleh tato, yang bisa kulihat dengan jelas adalah sebuah tato kapal dan simbol love, dan entahlah, masih banyak lagi. Aku menelan ludah dengan gugup, aku bisa katakan bahwa dia adalah tipe lelaki yang membuatmu jauh-jauh darinya jika tidak ingin mendapat masalah. He's a badboy.

"Permisi nona, mataku tepat di atas sini.." Ucapnya, sambil menjentikkan dua jari dihadapanku. Samar-samar, aku bisa menangkap logat british di dalam suaranya.

Hang on! Apa dia baru saja mengatakan..

Astaga, wajahku langsung memerah malu ketika menyadari apa yang baru saja dia katakan, dia pasti mendapati bahwa aku sedang memerhatikan tubuhnya. Ketika aku mendongkak, dia sedang menatapku dengan seringaian yang terkesan congkak. Rasanya aku ingin sekali menampar wajahnya. Seandainya saja Max sedang tidak ada di sini, aku pasti sudah melakukannya.

"Uhmm.. ada yang bisa kubantu? Mungkin kau bisa memberitahu jenis CD apa yang kau cari, jadi aku bisa mengambilkannya." Ucapku dengan terburu-buru, jelas-jelas mencoba mengalihkan pembicaraan. Akan tetapi, cengiran di wajah lelaki itu masih belum juga menghilang. Dasar brengsek!

"Oh.. kau pasti hanya mencari alasan agar bisa mencuri perhatianku kan? Don't worry babe, kau sudah mendapat perhatianku sekarang.." Ucapnya, lalu memerhatikan tubuhku dari atas sampai bawah dengan terang-terangan. Hal tersebut sudah cukup untuk meruntuhkan dinding kesabaranku. Arghh!

"Maafkan aku, tapi aku tidak ada waktu untuk mencari perhatian lelaki brengsek sepertimu. Jadi.. kalau kau tidak keberatan, aku akan pergi sekarang." Ucapku dengan nada semanis mungkin, tak lupa menambahkan senyum palsu. Dan sebelum aku berbalik, aku sempat melihat cengiran di wajahnya kini menghilang, digantikan oleh amarah. Nah itu dia, aku melukai egonya.

Aku tidak peduli apa yang akan dikatakan Max. Persetan dengannya! Aku tidak ingin melayani pelanggan seperti dia. Aku terus berjalan menjauh, sambil menyunggingkan senyum puas. Akan tetapi, sebelum aku sempat berjalan lebih jauh, sebuah tangan melingkari pinggangku. Tangannya bergerak turun, mengancam akan menyentuh bokongku. Ketika aku menengok ke arah samping untuk mengetahui pelakunya, aku mendapati lelaki brengsek itu tengah menatapku dengan seringaian yang sama di wajahnya. Dan tangannya melingkari tubuhku! Ew..

Yes, Master [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang