Butterfly
BTS fanfiction
Characters belongs to God, BTS belongs to Bighit
Vkook
.
.
.
Apa itu langit? Dia lebih suka menjawab dengan metafora. Katanya, langit itu tempat mimpi mengudara. Tapi tiap kali kau melihat warna biru yang membentang di atas kepalamu itu, yang kau pikirkan hanya tentang pesawat terbang yang melintas di jam-jam tertentu. Ini artinya, kau dan dia punya konsep berbeda tentang langit, atau hal-hal lainnya juga. Seperti ketika dia bilang tembok akan merasa sakit ketika kau melempar-lemparkan bola basketmu ke sana, atau ketika dia bilang batu itu bisa berpikir. Jalannya pikiran dia mungkin tak sistematis, bagimu yang realis. Tapi sekali lagi, dia yang irasional bilang padamu kalau kupu-kupu bisa berenang.
Siang itu langit amat cerah, biru, awan-awan berkumpul jadi bentuk-bentuk yang anak-anak bilang seperti hewan ini, hewan itu. Bahkan dia yang bukan lagi anak-anak pun sama katakan kalau awan yang ada di atas kalian bentuknya seperti bunga. Dia sedot susu kotaknya, sedang kau menaruh tangan di atas paha dengan segenggam bunga soba yang dia petik asal untukmu. Kalian duduk bersebelahan. Hanya saja beda kursi. Dia di tepian bangku kayu, sedang kau di kursi berodamu.
"Jadi suatu ketika kelinci itu bertanya pada singa, kenapa kamu disebut raja hutan padahal hidupmu di savana yang kering? Lalu apa kata harimau? Apa kucing-kucing besar seperti kalian tak sering duduk bersama dan membahas tentang hal ini?"
"Hyung, aku ngantuk. Jangan cerita lagi," katamu.
"Yah." Dia menepuk pipimu satu kali dengan punggung tangannya. Kau memicing sebal pada lelaki berambut gimbal itu. "Aku belum selesai, setidaknya dengarkan aku sampai ceritanya tamat."
Kau mulai jengah untuk memberikan telingamu pada cerita tak penting itu. "Memangnya siapa yang mau tahu kenapa singa disebut raja hutan? Siapa yang mau tahu apa yang dipikirkan harimau? Mereka kan hidup-hidup saja, makan-makan saja. Pakai pikir-pikir tentang jabatan segala." Kau bersungut di akhir dengan buang muka ke kolam. Ada katak yang melompat.
"Semua yang ada di dunia ini punya pikiran, Jungkook-ah. Bahkan sandal yang kamu pakai mungkin akan protes seandainya kamu tidak cuci kaki." Dia menunjuk sandalmu. Kau ingin marah tapi malah menahan tawa di ujung pipi yang menggembung.
"Sandal!" pekikmu sambil terkekeh. "Aku sudah cuci kaki! Bahkan suster yang memandikanku pakai merek sabun teranyar!" kali ini gantian kau yang menunjuk sandalmu sendiri—sekalian dengan kakimu juga.
"Yang bisa memutihkan kulit itu?" sahutnya antusias.
"Katanya." anggukmu.
Kemudian dia merengut sambil menunjuk hidungnya yang sangat mancung. "Tapi kamu sudah putih, jadi berikan saja sabun itu padaku yang hitam ini."
Lagi-lagi kau tak bisa menahan tawa. Dia terlalu aneh sekaligus lucu. Kau mungkin murahan karena tertawa dengan kata-katanya yang belum tentu berupa lelucon.
"Hyung, kamu seperti orang pantai, padahal tinggal di gunung," ejekmu dengan bibir maju.
Dia angkat dagu. "Kamu sebaliknya. Seperti orang gunung padahal asalnya dari pantai."
"Aku hanya numpang lahir saja di Busan, masa' bayi jalan-jalan di pantai sampai kulitnya gosong?"
Dia membuat ekspresi terkejut yang dibuat-buat. "Kamu mengejekku gosong, heh?" kemudian dia berdiri dan tangannya mengalung di bahumu agar kau tak kabur ketika dia mengacak-acak rambut cokelatmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly [Vkook ff]
FanfictionDia lelaki yang bicaranya aneh, terakhir, dia ingin bisa berenang. BTS. Vkook/Taekook