Something About You 1

8K 322 42
                                    

Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto. Pictures are not mine.
This Naruhina story belongs to author and contain Mature and pedophil content. For 18+ only, be a wise reader.

"Da..Dame.. awhh.. ittai", terdengar teriakan seorang gadis mungil berumur tak lebih dari enambelas tahun, terbaring disebuah kasur king size dibawah kungkungan seorang pria. Kedua tangan mencengkeram bantal, kedua pahanya mencoba menutup sia-sia...

“Da..dame. yamete kudasai.. emph..”. Gadis itu berusaha memberontak dengan mendorong pria diatasnya yang sedang berusaha melumat bibirnya. “ittai.. Naruto Sama ittai.. hiks..hiks”

“Cih, apa peduliku”. Naruto mulai berusaha memasukan miliknya kedalam milik sang gadis.. “jalang sepertimu memang harus disakiti. Tak perlu berpura-pura lugu. Kau cukup mengangkang,, dan ku berikan kau uang. Itu kan yang kalian para jalang inginkan?”

...

Naruto  : 30 years old
Hinata   : 16 years old

“Arigatou..”, segera setelah membayar di kasir Hinata bergegas berlalu sembari menggenggam bungkus obat yg baru saja dibelinya. Dengan setengah berlari  gadis itu menyusuri jalan menuju apartemennya. Dia harus segera pulang, adiknya_Hanabi_  membutuhkan obat ini sekarang.

Apartemen kecil yang mereka sewa tidak terlalu jauh dari apotik tadi. Hanya perlu berjalan selama sepuluh menit, setelah melalui sebuah gang yang sempit yang di penuhi dengan sampah lengkap dengan lalat yang mengerubungi sampailah Hinata di sebuah bangunan kumuh dua lantai dengan empat pintu disetiap lantainya.

Bangunan itu terlihat kumuh dan bobrok, hanya tiga dari delapan apartemen yang berpenghuni, mungkin kondisi apartemen yang memprihatinkan membuat orang enggan untuk tinggal disana.

Hinata POV

“Tadaima”, kubuka pintu apartemen dengan tergesa-gesa. Tak ada jawaban dari salam yang ku ucapkan. Segera ku buka pintu dari satu-satunya kamar yang kami miliki. Kudapati adikku Hanabi sedang meringkuk di atas futon, wajahnya yang memucat mengernyit menahan sakit.

“Hinata nee..” Hanabi membuka sedikit matanya, dan tersenyum padaku. Aku pun berusaha tersenyum, miris melihat keadaan adikku ini. “Neechan sudah membeli obatnya, sekarang Hanabi chan bangun dan minum obatnya”.

Ku bantu Hanabi bangun dengan memapah punggungnya. Ku ulurkan obat setelah terlebih dahulu meraih gelas air minum yang terdapat diatas meja kecil di sudut kamar.

Setelah meminum obat, hanabi kembali ku bantu untuk berbaring. Wajahnya masih tampak menahan sakit. Genggaman tangannya padaku semakin mengerat, kubalas dengan mengeratkan genggamanku, berusaha meyakinkannya bahwa aku akan selalu berada disisinya. Setelah beberapa saat, Hanabi mulai tertidur. Kupandangi wajah  adikku, satu-satunya keluarga yang ku punya.

Pandanganku mulai kabur karena air mata yang menggenang. “Hiks..hiks.. gomen Hanabi chan, Gomen.. Neechan belum bisa membawamu berobat”. Yah, obat yang kuberikan tadi hanyalah painkiller, penghilang rasa sakit sementara. Tentu saja obat itu tidak cukup untuk adikku yang menderita kanker darah.

Namaku Hyuga Hinata, sulung dari dua bersaudara. Aku hanya tinggal dengan adik perempuanku Hanabi. Ibuku, Hyuga Hikari sudah lama meninggal. Beliau meninggal ketika melahirkan Hanabi. Ayah tidak menikah lagi setelahnya.

Something About YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang