★ Part 12

2K 92 5
                                    

"Tapi.. gue bawa jaket," ucap Bintang pelan.

"Kenapa lo ga bilang dari tadi?" tanya Rafa.

"Kenapa lo ga nanya?" tanya balik Bintang cepat.

Bintang hanya terkekeh melihat tingkah Rafa. Rafa menarik jaketnya dari pundak Bintang, dan langsung memakainya. Sedangkan Bintang, mengeluarkan jaket dari tasnya.

Bintang masih terkekeh melihat tingkah Rafa, yang menurutnya sangat malu. Rafa terus memandang ke depan, dan ia mulai risih karena, Bintang terus memperhatikannya.

"Kenapa?" tanya Rafa setenang mungkin, menutupi rasa malunya.

"Gue suka liat wajah lo, kalau kayak gitu. Malu-malu" jawab Bintang masih memperhatikan Rafa.

Rafa menoleh, ia berusaha menatap Bintang, walau sebenarnya ia sangat malu. "Lo suka gue atau wajah gue?"

"Hmm, mau lo apa?" tanya Bintang.

"Dua-duanya"

"Di dalam kamus besar Bintang Cahya, ga ada kata 'dua-duanya' harus milih salah satu!" tukas Bintang.

"Gue!" ujar Rafa singkat.

"Yaudah"

Keheningan diantara mereka berdua terjadi. Mereka hanya memperhatikan kendaraan yang berlalu-lalang, yang menerobos rintikan air hujan. Kapan hujan akan berhenti? Itu lah yang mereka pikirkan.

"Raf, kenapa lo ga duduk?" tanya Bintang, yang dari tadi melihat Rafa berdiri disebelah kirinya.

Rafa menatap Bintang lekat. "Gue mau duduk dimana, Bintang. Liat sebelah kanan lo udah ga ada tempat kosong" gemas Rafa. "Lo pinter-pinter bisa berlagak bodoh juga, ya"

"Gue emang pinter, banget malahan" sombong Bintang. "Gue cuman ga peka aja" Bintang menampakan sederet gigi putihnya.

"Pinter? banget? kepedean banget!" pekik Rafa.

"Suka-suka dong"

Tiba-tiba Rafa mempunyai ide cemerlang. Selain untuk menguji kepintaran, bisa dijadikan untuk kesempatan. Kira-kira ide Rafa apa?

"Bin.." panggil Rafa. Yang dijawab oleh deheman Bintang.

"Minggu depan, kan, Ulangan Akhir Semester. Gimana kalau kita bersaing untuk mendapatkan peringkat satu?" Ide Rafa kali ini membuat Bintang berpikir sejenak.

"Oke, siapa takut!"

"Tapi ada taruhannya. Kalau gue peringkat satu, lo harus mau jadi pacar gue." Bintang lagi-lagi berpikir karena ucapan Rafa.

"Hmm, oke! Tapi, kalau gue peringkat satu, lo harus kabulin permintaan gue selama satu bulan" pinta Bintang, membuat Rafa mencerna ucapannya.

"Satu bulan? Ga salah? Banyak banget" gerutu Rafa.

"Tenang aja, gue ga akan minta yang aneh-aneh kok"

"Hm, yaudah. Gue pasti bisa dapet peringkat satu" pede Rafa.

"Kepedean banget lo," ujar Bintang.

"Suka-suka dong," ucap Rafa, sambil menjulurkan lidahnya.

Bintang berdesis kesal. Rafa selalu saja membuatnya kesal. Bintang melihat hujan sudah mulai reda. Ia berdiri dari duduknya, memberi kode dengan dagunya kearah rintikan hujan yang mulai reda.

Rafa mengerti apa yang dimaksud Bintang. Ia langsung menyalakan motornya. Dan beranjak dari halte Bus menuju rumah Bintang, untuk mengantarkan Bintang pulang.

Bintang Jatuh [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang