Prolog

8 1 0
                                    

Suasana jalan kenanga yang tadi nya damai menjadi mendadak ramai karena puluhan anak berseragam SMA berlarian dengan membawa
Batu batu besar dari sekitar rumah warga. Tujuan utama mereka adalah lapangan yang berada di dekat SMA kenanga. Karena di sana lawan mereka berada.

Lucy berada di sana, gadis itu masih dengan seragam putih dan celana trening yang melekat di tubuhnya berada di antara kerumunan yang berada di lapangan. Siapa sangka di balik tubuh mungil dan wajah yang terlihat tak berdayanya dia adalah salah satu pemimpin yang memimpin tawuran tersebut.

Lucy ferandita, remaja dengan tinggi hanya 152 cm yang duduk di kelas sebelas di SMA kenanga dengan tittle lucyfer dan tongkat baseball yang menyertai langkah nya mulai maju mendekati lawan nya diikuti dengan barisan kawan nya yang ikut berpartisipasi. Lawan nya semakin maju begitu pula dengan lucy. Saat mereka berhadapan kedua nya saling melemparkan pandangan tajam dan senyum meremehkan.
"Mana lucyfer si pentolan SMA kenanga?" Tanya pria yang menjadi lawan lucy kepada seluruh anak SMA kenanga yang ikut bersama lucy dengan pandangan mencari cari. "Kenapa gak ada yang maju? Takut?" Ucapan pria itu dengan menekankan kata takut membuat lucy menggeram kesal. Pria itu mendengar geraman lucy lalu menunduk kebawah dia baru menyadari bahwa ada seorang gadis di sana "Anak SMA kenanga kayaknya keabisan stok lelaki yah sampe ribut kecil kayak gini aja bawa anak cewek" ejeknya di depan wajah lucy membuat lucy kesal namun ia tak menampakan kekesalan nya dia hanya menampakan wajah datar sedatar papan talenan.

"Eh, cewek minggir, di sini tuh tempat bahaya gak baik buat lo maen di sini" ucapnya dengan sok manis di depan wajah lucy, pria itu lalu memegang pundak lucy lalu mendekatkan bibir nya ketelinga lucy. "Kalo lo mau maen barbie di rumah aja, atau kalo lo mau maen kuda kudaan bisa kok di rumah gue" bisiknya dengan mendesah di ujung kalimatnya lalu menggigit kecil daun telinga lucy. Hal itu membuat lucy merinding sekaligus geram, pria itu menjauhkan wajah nya lalu menatap lucy dengan tatapan menelanjangi.

"Mulut lo gak pernah di sekolahin yah" ucap lucy dingin namum membuat beberapa orang tertawa. "Kalo gak pernah di sekolahin emangnya kenapa?" jawab pria itu mengejek lalu tertawa.
"Pantes" gumam lucy, "sini biar gua sekolahin" lanjut lucy menyeringai penuh kemenangan dan berfikir untuk mengangkat tongkat baseball nya sampai tiba tiba pria itu mendekatkan kembali wajah nya tepat di depan wajah lucy "lo mau sekolahin pake apa honey?" Pria itu mengangkat sebelah alisnya. "Kalo lo mau sekolahin pake bibir lo yang sexy itu gua terima dengan senang hati" lanjutnya dengan seringai yang menurut lucy mesum. "Gue punya yang lebih bagus dari pada bibir" ujar lucy mengangkat tongkat baseball dengan tangan kanan nya lalu menepuk nepuk pelan kepala tongkat itu ke tangan kirinya memainkan nya dengan senyum licik menghiasi wajahnya. Pria itu mengikuti arah tongkat lucy bergerak "Lucifer?" Ucap pria di depannya dengan sebelah alis terangkat. "Tepat di depan mata lo" balas lucy dengan senyum licik nya.

Warmer Than FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang