Lizzie's P.O.V
"Thank you so much! Love you all! Goodnight" kataku di mic
Para penonton bersorak-sorak dan aku turun dari panggung.
"Itu menakjubkan" kata Niall
"Thank you" balas-ku
"Goodluck" kataku dan mencium pipinya.
"Thanks" kata Niall.
The Boys pergi ke panggung dan pastinya para penonton (dnas) menggila. Aku pergi ke ruang ganti-ku dan aku menutup pintu-ku tidak terlalu rapat karena aku terlalu malas. Baru saja aku duduk, tiba-tiba ada yang datang. Oh Lux. Dia mengejutkanku.
"Hey, kemarilah" kataku kepada Lux dengan membuka tanganku.
Ia berjalan ke arahku dan aku menggendongnya
"Hey. Aku punya coklat, kau mau?" kataku sambil menggendong Lux di pangkuanku.
Lux menganggukan kepalanya, ia hampir berumur dua tahun dan ia mulai mengerti yang orang bicarakan. Aku mengambil coklat di tasku dan memberikan coklat kepadanya. Dengan menggemaskan ia tersenyum dan mengucapkan "maaci". Beberapa saat kemudian Lou datang.
"Hey. Kau disini bersama Lizzie. Aku mencari-cari nya" kata Lou tersenyum kepadaku.
"Ini coklat siapa?" kata Lou dan menggendong Lux. Lux menunjuk ke arahku.
"Apa dia bermasalah dengan coklat?" tanyaku
"Tidak. Tidak apa. Hanya saja ia selalu mengotori bajunya ketika makan coklat. Baiklah Liz, aku ingin memberikan Lux makan, sampai jumpa" kata Lou
"Ya. Bye" kataku. "Bye Lux" lanjutku dan melambaikan tanganku. Dan Lou memegang tangan Lux untuk melambaikan tangan ke arahku. Mereka keluar dan Lou menutup pintunya.
Beberapa saat kemudian aku mendapat telepon dari nomor tidak dikenal.
"Halo?" kataku
"Elizabeth, kau dalam bahaya" kata seorang perempuan
"Apa? Siapa ini"kataku
"Tidak ada waktu untuk ini. Kau harus pergi dari tempatmu sekarang" katanya
"Apa yang terjadi" kataku panik
"Jangan panik. Itu akan membuat tambah buruk. Tetap tenang" katanya
"Tetap tenang?! Bagaimana aku bisa tenang ketika seseorang yang aku tidak tahu memberitahuku kalau aku dalam bahaya" teriakku. "Memang kau siapa?" kataku.
"Akan lebih aman jika kau tidak tahu" kata wanita itu.
"Setidaknya bisakah kau beritahu kenapa aku dalam bahaya?" tanyaku
Ia menghela nafas.
"Aku minta maaf. Tapi tolong jangan percaya siapapun kecuali kakak-mu. Ia tau segalanya" katanya
"Tunggu. Tolong beritahu aku siapa kau!" kataku
"Elizabeth. Aku ibumu" katanya
Aku menjatuhkan ponselku. Aku bicara dengan ibuku setelah bertahun-tahun. Setelah ia meninggalkanku dengan ayahku, yang menyebabkanku dalam semua kesakitan ini.
"Elizabeth?!" katanya
Aku mengambil ponselku kembali.
"Yeah?" balasku
"Aku kita ia sudah menangkapmu" katanya lega
"Ia?" kataku bingung
"Elizabeth. Ayahmu kabur dari penjara. Ia akan mendatangimu" katanya
Air mata mulai mengalir di pipiku dengan rasa ketakutanku.
"Jangan percaya siapapun kecuali kakakmu, dengar?" katanya
Aku hanya menganggukan kepalaku walaupun ia tidak melihatku.
"Ia akan menghubungimu sebentar lagi. Berhati-hatilah" katanya.
Aku tidak menjawab.
"Sayang. Aku tau kau marah denganku karena aku meninggalkanmu dengan ayah. Kau hanya saja tidak mengerti. Ayahmu menyakiti aku, Eric dan kau. Aku ingin membawamu berdua tapi ayah menginginkanmu tetap bersamanya. Aku sangat minta maaf" katanya
"Aku mengerti" kataku
"Hati-hatilah" katanya
"Tunggu" kataku
"Ya?" balasnya
"Aku cinta ibu" kataku
"Aku juga cin-" kata ibuku dan aku mendengar suara tembakan dan teriakan ibuku dalam kesakitan.
"IBU?!" teriakku
Aku mendengar ponselnya terjatuh dan hanya sunyi.
"Ibu? IBU! Apa yang terjadi?" teriak-ku
"Halo" kata seorang pria di telepon
"Siapa ini" kataku
"Sampai jumpa sayang" katanya dan menutup hubungan telepon.
Aku meletakkan ponselku di meja. Aku hanya terbaring dan menangis di sofa. Aku tidak bisa mempercayai siapapun kata ibuku. Tapi bagaimana dengan The Boys? Bisakah aku mempercayai mereka?
WebRep
Overall rating
KAMU SEDANG MEMBACA
Niall Horan Is My Guitar Teacher (Bahasa Indonesia)
FanficSemua yang aku inginkan hanyalah belajar untuk bermain gitar. Aku tidak pernah meminta untuk guru yang merupakan seorang dari boy band paling terkenal di dunia. Tapi aku tidak mengkomplain.