Suara itu dengan jelas membuat diri kami terkejut.
"Jangan di buka!" entah kenapa diriku secara protektif mencegah tindakan Ferris yang ingin membuka pintu tersebut.
"... ??..." mereka masih belum mengerti.
"Kita akan di bunuh..."
Ferris menatapku dengan sedikit ragu, tangannya sudah tidak tergengam lagi di knop pintu, "... Tapi aku ada urusan..." ujarnya.
"Hidup dan mati juga urusan penting!"
Mendengar bentakan keras dariku, semuanya tampak tertegun. Kekhawatiran menyelimuti seluruh selur wajah kami.
"—aku kira kamu kemana, rupanya berada disini."
Suara lembut dari samping pintu yang telah di buka dari luar itu menyapa lembut pada batinku yang hampir terkikis habis.
"Alisa...?" ucapku tergeragap.
Sebelum aku mendapati sebuah pemikiran yang logis mata biru Alisa segera menatapku dengan tajam, "dasar! Aku sudah mencarimu kemana-mana tapi kamu malah bersantai di sini, aku salah mengira kamu diculik."
Aku benar-benar tertegun. Alisa masih hidup... Jujur saja, sebenarnya aku bersyukur. Tapi, entah kenapa dadaku sesak saat melihat wajahnya.
"... Itu yang berada di sebelahmu..." mata biru milik Alisa menatap tajam pada Ferris yang berdiri di sampingku.
"Ah... Dia orang..." dengan sedikit mengutarkan pandangan pada Ferris yang menelan pahit salivanya. "—seorang yang membeli liontinmu dari pencuri itu."
"Heh...?"
"... Saat ia sedang memengangnya aku segera menghampirinya." ucapku dengan suara terpekik.
"... Jadi dia bukan..."
"Dia bukan orang yang mencuri liontinmu." tambahku untuk menyakinkan.
Ferris dan kakek itu hanya bisa terdiam. Mereka terkunci di dalam ketertegunan, mungkin mereka tidak percaya jika aku membela seorang yang telah mencuri.
Aku cukup yakin dengan pendapatku ini. Mengambil kesempatan untuk mengamankan posisi Ferris, akan menaikan citraku dimatanya, maka dari itu kecurigaan terhadap tawaran sebelumnya akan berkurang.
"Oh... Maaf ya, aku mengira kamu yang mencuri liontinku." ucap Alisa dengan sopan.
"T-tidak apa..." pekik Ferris.
Untuk sementara aku berpikir ini akan baik... Sebelum akhirnya, sebuah petaka datang.
Pintu tua itu secara sontak di dobrak dengan sangat kuat, cukup kuat hingga mengeluarkan suara keras yang mengelegar di antara telinga kami.Kami hanya bisa tertegun, mata kami tidak lepas dari sosok yang berdiri dengan sebilah pedang lengkung seperti pisau tersebut.
Mata ungu gelapnya mengancam dengan hawa membunuh yang besar, di balik tubuh langsingnya yang di balut oleh drees hitam yang cukup terbuka pada bagian dadanya yang menonjol, sedikit membuatmu menyangka dia seperti seorang model, ya, model seperti apa yang mengenggam sebilah pedang lengkung? Piskopat? Atau hanya crossplay?? Tidak! Dia disini tentu dengan tujuan membunuh kami."Ara~ rupanya rencana pertukaran kita di gagalkan ya..." ucapnya secara tiba-tiba.
"—tapi kau bilang akan memberikanku modal untuk keluar dari daerah ini!" secara sontak Ferris menghentak kakinya.
"Jika kau bisa membawa liontin itu dengan aman. Kan..." dengan tatapan tajam ia menatap kami satu-persatu, lalu akhirnya mengatakan; "... Karena kalian sudah berada di sini, sebaiknya aku bereskan..."
Ferris yang mendengar jawaban itu segera mengigit bibir bagian bawahnya dan mundur beberapa langkah kebelakang.
Aku sudah tentu tahu betul jawaban itu! I don't want die! I' can't let her death! Aku tetap di sini, setidaknya aku bisa mengulur waktu!
"Kalian mundur!" teriakku dengan lantang. Tanganku dengan cepat membuang sword bag milikku, di tanganku dengan mantap tergengamlah sebilah katana. Ini bukan katana asli... Ini hanya almunium yang sama sekali tidak tajam.
"Kakak nekat! Kau tidak bisa melawannya!" teriak Ferris dengan nuansa panik.
"... Itu benar, kita bisa me—!?"
"Bodoh!!" secara tiba-tiba aku memotong perkataan dari Alisa. "Aku tidak ingin kau mati! Aku tidak ingin melihat itu, setidaknya aku bisa mengulurkan waktu!" tambahku dengan nada yang mengelegar di seluruh ruangan.
"Tapi...."
"Alisa! Apa kau mengenalku?! Aku tidak sebaik yang kamu pikirkan, aku hanya berdiri di sini dengan pijakan kebohongan! Setidaknya biarkan aku menghenuskan katana ini untuk keadilan..."
Dengan gerakan cepat wanita itu menerjang kearah Alisa, tapi dengan segera aku menghalangnya. Percikan merah menyala bertebaran di antara decitan yang mengusik gendang telinga.
"Alisa! Aku mohon, pergilah!!" ya, aku tidak bisa lagi melihat pemandangan itu. Ku mohon pergilah, pergilah, pergilah! Setidaknya kau bisa selamat!
"—tidak akan aku biarkan!" teriak wanita tersebut.
*Triinggg!
Sedikit mengarahkan sikutku kekanan, dengan mensejajarkan tanganku dengan posisi kaki kiriku dengan cepat aku mengayunkan pedang kendo milikku secara horizontal.
*Triinggg!
Sekali lagi serangan balasan dariku di tangkis oleh wanita dengan drees hitam tersebut.
"—Teknik pedang! Ryuu ken T'hei!!" mengertak dengan mengunakan kata dari gerakan pedang tersebut adalah cara yang sering kami lakukan!
Dengan segera aku mengayunkan pedangku secara sontak kekiri dari bawah, sontak itu membuat pergerakan lengan wanita itu mengayun kekiri. Tapi itu adalah kesalahan...
"Haattt!!" dengan segera aku membalikan arah serangan dari kiri dan kanan secara sontak.
*buarkk!
Layaknya seorang yang terlempar dengan keras, banyaknya property yang rusak membuatku menyerinyit melihat kekuatan fisik dari tenagaku yang sama sekali tidak seperti yang aku bayangkan.
"... Hoo... Aku menemukan sesuatu yang menarik..." ucapnya sembari mencoba berdiri dari pecahan papan tipis yang sebelumnya adalah meja yang utuh.
"... Tapi menyerangku dengan pedang tanpa mata... Apa kau meremehkanku?"
"Heh... Betapa bodohnya! Untuk apa aku membuang penyeluhan keseriusanku untukmu seorang?"
Apa yang wanita itu katakan adalah kebebaran, jika aku sedang memakai katana asli, tubuh wanita itu pasti telah akan terputus.
Tapi... Walaupun seperti itu, dia masih bisa berdiri dengan senyum merendahkan."Hehe~! Kamu sepertinya kamu cukup bagus untuk menghiburku..."
#to next Re: your destniy.
KAMU SEDANG MEMBACA
RE:time Your Destniy [Light Novels]
AventuraOn-going Natsuki You, adalah pemuda dengan pembawaan yang tenang, tapi entah kenapa kehidupannya berbalik 180 derajat saat mendapati dirinya sedang berada di dunia lain, karena suatu alasan sang penyair mengutuknya untuk terus mengalami kematian yan...