Chapter 6:
Arhanitya new versi:
BUDAYAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA.
Gracias.
***
Setelah membelah jalanan ibukota yang macet, akhirnya Arhan dan Hani sampai di depan rumah minimalis berwarna putih itu. Kini keduanya masuk ke dalam rumah dan sudah ada teman-temannya yang sedang mengerjakan tugas matematika sambil memakan cemilan yang disediakan oleh Bi Inem, pembantu rumah tangga Arhan.
Latifa yang menyadari seseorang datang kini menghentikan kegiatannya.
"Hani! Mata lo kenapa sembab?!" tanyanya histeris membuat yang lain mengalihkan perhatiannya kepada Hani.
"Lo di apain sama Arhan?!" kini tatapan Velly menatap Arhan sinis.
"Eh, enggak kok. Gue gak kenapa-napa." balas Hani tak sepenuhnya berbohong.
"Saya mencium aroma kebohongan..." hidung Rozan mengerut seperti sedang mencium sesuatu.
"Apa sih, Zan! Si Hani tuh habis mewek gara-gara kesakitan datang bulan." ucap Arhan membuat Latifa dan Velly mengangguk paham.
"Sorry. Gue kira, lo habis macem-macem sama Hani." ucap Latifa yang disetujui oleh Velly.
"Eh, tugasnya udah selesai belum?" tanya Hani mengambil kertas folio yang ada di meja.
"Belum lah. Daritadi gue yang kerjain sendirian, mana si Raka sama Latifa pacaran mulu. Daritadi juga si Rozan gangguin gue mulu." Velly memajukan bibirnya tanda kesal.
Ketiga nama yang disebut tadi memandang Velly dengan tatapan berbeda. Raka memandangnya dengan tatapan menahan tawa, Latifa memandangnya dengan tatapan kesal sedangkan Rozan memandangnya dengan tatapan gemas.
"Lo sirik, bilang aja Vel!" ketus Latifa.
"Lo lucu ya kalau lagi ngambek, jadi sayang." ucap Rozan membuat Velly memasang wajah ingin muntah.
"Mangkanya Vel, kalau lo gak bahagia sama si Sammy ya lo putusin lah. Jangan di jadiin beban. Orang yang ngegangguin lo daritadi tuh sebenernya pingin bahagiain lo dari dulu. Padahal di hari itu juga dia pingin nembak lo, eh dia kalah gas sama si Sammy." ucap Raka membuat tawa kelimanya pecah.
"Deketnya sama siapa, jadiannya sama siapa. Lo banget ya, Vel?" sindir Arhan membuat Velly tidak bisa berkata-kata.
"Sini deh," Rozan menarik tangan Velly untuk duduk di sebelahnya, "lo tau penyederhanaan dari angka ini?" tanya Rozan, dia menulis angka 9x-9l>3(3x-7u) di belakang buku tulis miliknya.
Velly melihat angka tersebut mengerutkan keningnya, "gue gak tau."
"Hasilnya i love you lho, Vel." balasnya sambil menulis angka I >3 U sebagai jawaban di kertas tadi.
Blush! Velly mengeratkan pulpennya yang ada di genggaman tangannya. Dirinya benar-benar salting.
"A- aa- apa sih ngaco!" Velly menjawab dengan ketus sekaligus gugup. Benar-benar salting!
Seketika tawa mereka berlima pecah melihat muka Velly memerah akibat salting. Rozan yang menggombal pun tidak kalah gugup.
"Norak tau gombalan lo!" sahut Arhan dengan tawa yang menggema seisi ruangan.
"Kode keras banget ya, Zan?" sindir Raka sambil terkekeh kecil.
"Udah woi, kasian anak orang mukanya makin merah." ucap Hani membuat mereka berlima kembali tertawa.
***
"Ar, kita pulang dulu ya. Dah malem nih, nanti gue dicariin babeh." pamit Rozan lalu diikuti Raka dan yang lainnya.
"Hati-hati. Gak usah kebut-kebutan, pamali." ucap Arhan yang langsung mendapatkan sorakan dari teman-temannya.
"Kita balik, Ar. Maaf repotin, makasih ya." sahut Latifa yang sudah dibonceng oleh Raka.
"Assalamualaikum!" ujar semua teman-temannya yang perlahan menjauh dari gerbang rumah Arhan.
"Waalaikumsalam. Hati-hati woy!"
Arhan menutup gerbangnya, ketika berbalik Arhan melihat Hani yang masih duduk manis di bangku depan rumahnya.
"Heh, ngapain lo disitu?" tanyanya mendekati Hani.
"Duduk." balas Hani cuek.
"Pulang, bego!" Arhan menjitak kepala Hani.
Hani yang diperlakukan seperti itu lantas mengerucutkan bibirnya kesal, "kasar!"
"Sana, pulang." usir Arhan, tangannya memeragakan seperti sedang mengusir kucing.
"Anterin gue pulang!" gadis itu menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal.
"Dih, siapa elo. Pulang aja sendiri." tolaknya dengan menyunggingkan bibirnya ke atas.
"Tadi kan gue ke sini bareng eloooo." gemas Hani berusaha sabar.
"Ya terus apa hubungannya, Haniiii??!" Arhan pun mulai gemas dengan gadis dihadapannya.
"Berarti gue harus pulang sama orang yang dateng bareng gue."
"Lah? Rumah gue disini. Udah sih lo pulang sendiri aja, belom malem banget juga." lagi-lagi Arhan menolak permintaan Hani.
"Gak mau." Hani tetap dengan pendiriannya untuk di antar oleh Arhan. Memang sih sangat memaksa, tapi kalau bukan karena uang ongkosnya habis dia tidak akan memaksanya seperti ini. Belum lagi bang Hisyam masih ada kelas yang artinya dirinya tidak bisa dijemput oleh abangnya itu.
Daripada harus meminjam uang, mending paksa Arhan supaya diantar pulang. Begitu pikirnya.
"Dasar." celetuk Arhan sembari menggelengkan kepalanya.
"Tunggu bentar, gue ambil jaket dulu." akhirnya Arhan pasrah, Hani pun tersenyum senang.
***
A/N:
Maaf ya kmrn aku hiatus karena fokus ujian. Doain ya guys semoga hasilnya memuaskan, aamiin.Insyaallah kedepannya lebih sering update lg, tapi janji ya harus vote & comment biar aku nya semangat, mwehehe😘
Semangat puasa nya 💗
Idline: otamls
Instagram: @storywpshaniaDadah, see you next chapter!
Rabu, 08 Mei 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arhanitya
Подростковая литератураHistory Ranking: #1 - bendahara (06- 08- 2018) #2 - bendahara (04- 08- 2018) #3 - bendahara (30- 06- 2018) #5 - fiksi remaja 2018 (30 - 06 - 2018) #947 - teen fiction (08- 03- 2018) [Masih belajar, masih banyak kekurangan] 🦄🦄 Start: 16 Januari 201...