ngantin

357 66 0
                                    

Sedari tadi Bobby hanya berdiam diri di koridor, tatapannya lurus namun kosong. Bobby merutuki dirinya sendiri di dalam hati, sial yang luar biasa.

Baginya, ini terlalu tak adil. Mengapa cerita lama yang telah susah payah ia kubur harus dibiarkan kembali dengan cara semudah ini? Mengapa ketika Bobby sudah berada ditahap akhir merelakan, tokoh utama dari permasalahan tersebut kembali seolah mengolok-olok tentang semua usahanya selama ini?

Tadi, mata mereka bertemu. Saling memandangi dengan arti yang tentu berbeda, dan sayangnya Bobby kembali jatuh. Pertahanannya runtuh.

Perempuan bangsat, ujarnya.

"Hai ganteng kamu lagi apa? Minta duitnya dong" tanya Lisa menghampiri Bobby.

"Heh gausah pura-pura tuli lo" cibirnya karena Bobby tak kunjung menggubris ucapannya.

Bobby masih kalut dalam pikirannya, keberadaan Lisa saat inipun benar-benar belum ia sadari sama sekali. Akhirnya Lisa mengakali sesuatu,

"RAZIA WOY RAZIA!!" pekik Lisa sambil berlari-lari untuk mengelabui Bobby.

Namun aneh, Bobby tak kunjung menyahut. Seketika bulu kuduk Lisa berdiri, ia mengusap-usap lengannya karena merinding ketakutan. Tak biasanya Bobby seperti ini.

"Bob?"

Lisa mengikuti arah pandang Bobby yang kosong. Tak ada apa-apa.

"Astaga, gue takut nih"

Lisa mengedarkan pandangannya, sepi.

"Lo kesurupan?" tebak Lisa sambil melangkahkan kakinya mundur.

Bobby masih diam, tak ada satu katapun yang keluar dadi mulutnya.

"ANJING ANJING KAYANYA GUE BENER, GUE PANGGIL PA MUHIDIN DULU YA DAH"

Lisa langsung lari terbirit-birit dengan panik, iapun mengunjungi kantor guru untuk memanggil guru kerohaniannya tersebut.

***

Lisa mendengus mendengar penuturan Bu Pia di depan kelas, otaknya sama sekali tidak bisa mencerna apapun yang dikatakan gurunya tersebut. Seperti ada tameng besi yang mengelilingi kepalanya, sehingga semua materi yang datang bisa terpantul dengan jauh.

Apalagi yang menjelaskan saat ini adalah Bu Pia yang notabenenya hanya membacakan apa yang tertera didalam buku, sangat membosankan. Kesalahan juga bagi dirinya karena lupa membeli permen milkita di kantin untuk menghilangkan rasa kantuknya.

Pandangan Lisa teralih pada teman sebangkunya, Jennie yang sedang tertidur dibalik buku paket dengan suara dengkuran kecilnya yang masih bisa Lisa dengar dengan jelas.

Tiba-tiba saja Lisa tersenyum jahil, terlintas sebuah ide yang lewat di otaknya.

"Keluar dari kelas sekarang!" bisik Lisa tepat di telinga Jennie.

Jennie yang tadinya tertidur pulas-pun langsung terlunjak dan berdiri dengan kaki gemetar karena mendengar ucapannya. "JANGAN BUU"

Sedangkan itu Lisa mati-matian menahan tawanya melihat Jennie berdiri dengan posisi konyol dan mata yang masih terpejam.

Sontak saja Jennie menjadi tontonan semua orang yang berada di dalam kelas, tawa menggelegar mengisi ruangan kelas itu yang tadinya lenggang.

Jennie mengerutkan dahinya heran, ia membuka matanya perlahan dan menemukan semua orang tengah menatapnya dengan heran.

Ah, ia tahu ulah siapa ini.

"Lo," Jennie mengeraskan rahangnya melihat Lisa yang asik tertawa disebelahnya.

Stay -bp ikonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang