Part 2

187 28 33
                                    

Pelihara semangat dan tekad bulat yang membaja, untuk menjadi yang terbaik dalam mengharumkan bangsa dan negara kita -Susilo Bambang Yudhoyono-

***

Pagi yang cerah ini, Andini terbangun dan mengingat jika hari ini akan pergi ke makam ayah nya.

22 Desember 2015 ...

Tok... Tok... Tok...

Kak Rian mengetuk pintu kamar Andini, lalu Andini membukakan pintu kamarnya.

“Neng sudah bangun?” tanya kak Rian.

“Sudah dong kak. Neng, ganti baju dulu.” jawabnya.

“Okee jangan lama ya neng, ntar kakak sama mama tinggalin.” kata kak Rian senyum sambil menutup pintu kamar adik semata wayangnya itu.

“Iya kak Rian bawel.”

Andini pun belum keluar juga dari kamarnya, kak Rian dan ibu nya yang sudah lama menunggu di depan pintu depan, membuat kak Rian kembali menuju ke arah kamar Andini. Ternyata, Andini sedang menangis melihat foto ayah nya.

Andini POV

“Ayah, neng juara satu. Neng juga juara umum mewakili dari kelas XI, tapi saat neng mau buat ayah bangga, ayah gak ada lagi di samping neng. Ayah juga yang selalu mendukung saat neng gagal untuk juara kelas. Allah lebih sayang sama ayah, neng akan selalu doakan yang terbaik buat ayah disana.” ucapnya menangis.

Saat kak Rian melihat adiknya menangis yang sedang memeluk foto ayahnya, kak Rian hanya terdiam dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Dan mengajak adiknya untuk segera ke makam ayahnya.

“Neng, ayo kita pergi sekarang.”

“Iya kak, neng ambil sepatu sebentar.”

***

Sampainya di makam, kak Rian langsung memeluk batu nisan ayah nya, begitupun ibunya. Andini hanya bisa terdiam saat melihat makam almarhum ayahnya. Sudah 6 bulan mereka tidak pergi ke makam, karena kak Rian tidak begitu punya banyak waktu luang. Kak Rian dan ibu membersihkan makam almarhum ayahnya, dan Andini yang menaburkan bunga-bunga di makam.

“Ayah pasti sudah tenangkan di sana? Neng rindu sama ayah, neng ada kabar gembira buat ayah. Neng juara satu yah di kelas, dan neng juga juara umum. Ayah banggakan sama neng?” katanya sambil menaburkan bunga-bunga.

Kak Rian langsung memeluk Andini yang sedang menangis.

“Sudah neng jangan nangis lagi, neng ikhlaskan ayah pergi? Dan neng gak mau kan ayah ikut sedih?” sambil melepaskan pelukan dan mengusapkan air mata Andini.

“Iya kak, neng sudah ikhlas. Tapi neng suka iri sama teman yang lain kalau mereka dekat dengan ayahnya.”

“Neng jangan nangis lagi, disini kan ada mama sama kak Rian yang selalu ada buat neng. Kakak juga bisa kok sebagai ayah buat neng.”

“Iya kak terima kasih sudah ada buat neng, dan neng juga mau terima kasih sama mama, meskipun neng belum bisa buat mama bahagia sepenuhnya.”

“Iya neng sama-sama, kamu bisa juara di sekolah itu sudah buat mama bangga. Terus belajar ya neng.” lanjut ibu nya.

“Iya ma, neng akan berusaha untuk keluarga ini bangga.”

“Kita doakan ayah sekarang, ayah sedang membutuhkan doa dari kita.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Soldier and Doctor (Mencintai Ksatria Negara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang