Resensi Novel

294 3 1
                                    

Identitas Buku
Judul Buku : Dahlan
Penulis        : Haidar Musyafa
Penerbit      : Javanica Kaurama
Cetakan      : Cetakan Ke-1
Tahun Terbit : Januari 2017
Halaman      : 414 halaman

Sinopsis

     Muhammad Darwis adalah nama K.H. Ahmad Dahlan sewaktu kecil. Darwis dilahirkan di Kauman pada tanggal 1 Agustus 1868 M, Ia merupakan anak keempat dari lima bersaudara, dan merupakan satu-satunya anak lelaki. Ayahnya bernama Abu Bakar yang merupakan seorang ulama dan guru ngaji yang cukup terpandang di daerah Kauman, sekaligus menjabat sebagai Ketib Amin di Masjid Gede Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sedangkan, ibunya bernama Siti Aminah yang juga seorang perempuan terpandang di Kauman karena anak dari Kyai Haji Ibrahim yang merupakan penghulu besar di Masjid Gede Kasultanan Ngayogyakarta, selain sebagai ibu rumah tangga, ibunya juga mengajar anak-anak perempuan Kauman membaca kitab suci Al-Quran.

        Sedari kecil, Darwis tidak pernah mengenyam pendidikan formal, ia dididik oleh kedua orangtuanya melalui jalur non formal yang lebih banyak membahas soal agama dengan mengikuti banyak pengajian dan kebetan kitab di sekitar Kauman. Padahal sebenarnya, Darwis pun ingin sekali sekolah di jalur formal, Ia yakin bapaknya mampu untuk menyekolahkannya, namun hal ini ditolak mentah-mentah oleh Sang Ayah. Meskipun Darwis tidak berhasil membujuk Sang Ayah untuk menyekolahkannya, tetapi Darwis tetap tekun belajar mengenai Islam, dan hasilnya Ia tumbuh menjadi anak yang sedari kecil telah memiliki pemikiran-pemikiran yang kritis mengenai perkembangan Islam, khususnya Islam di Kauman yang cenderung bercampur baur dengan adat istiadat, Ia seringkali bertanya kepada ayah dan para gurunya, namun tetap saja, tidak mendapatkan jawaban yang dapat memuaskan hatinya. Namun Ia bersabar, dirinya sadar bahwa oranglain masih melihat Ia sebagai anak kecil, sehingga Ia pun tidak dapat berbuat apa-apa, yang dapat dilakukannya hanya terus belajar dan mengkaji ilmu agama, hingga nanti ketika sudah waktunya Ia yakin dapat mengajak masyarakat Kauman untuk mengenal Islam yang murni, Islam yang tidak dicampur adukkan dengan adat istiadat yang tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Resensi
Dahlan merupakan salah satu novel karya Haidar Musyafa, novel ini merupakan novel biografis tentang perjalanan hidup K.H.Ahmad Dahlan, dan merupakan novel pertama karya Haidar Musyafa yang saya baca. Haidar Musyafa ternyata sudah menghasilkan karya yang lumayan banyak, dan memang sudah terbiasa menuliskan novel biografi sejenis ini.

Bagi saya pribadi, cerita mengenai K.H.Ahmad Dahlan tidaklah asing, tentunya pemikiran-pemikiran beliau pun sudah tidak terlalu asing untuk saya, karena saya memang mengenyam pendidikan di sekolah Muhammadiyah, yang merupakan salah satu buah dari hasil pemikiran dan kerja keras K.H.A.Dahlan. Tetapi, cerita yang saya dapatkan masih bentuk potongan-potongan cerita, termasuk pemikiran-pemikiran beliau mengenai Islam, hanya sedikit sekali yang saya tahu, padahal sudah sejak lama saya penasaran. Beliau memang semasa hidupnya lebih senang melakukan kerja nyata dan mengedepankan amaliah dalam melakukan dakwah dan pembaharuan islam kepada masyarakat, bukan seorang cendekiawan yang meninggalkan jejak-jejak berupa tulisan. Oleh karena itulah, kehadiran novel ini membuat saya sangat bersyukur dan senang sekali, karena dengan begitu saya dapat mempelajari dan mengenal sosok beliau lebih dekat lagi, sekaligus dapat mengetahui gagasan-gagasannya serta pemikiran-pemikirannya mengenai pembaharuan islam.

Novel ini menggunakan sudut pandang pertama, di mana penulis memposisikan diri sebagai tokoh utama, sehingga menggunakan kata ganti Aku. Menurut saya, di awal bab, novel ini terasa kaku karena terlalu banyak pengulangan kata "aku", lumayan mengganggu. Namun, disisi lainnya, penggunaan sudut pandang ini, membuat pembaca dapat memposisikan diri sebagai tokoh utama yaitu sebagai K.H.Ahmad Dahlan, sehingga pembaca dapat merasakan emosinya, dapat merasakan kegelisahan-kegelisahan beliau terhadap perkembangan islam di Kauman, dan juga membuat pembaca lebih merasa dekat dengan tokoh tersebut.

Novel ini menyajikan cerita perjalanan hidup K.H.A. Dahlan dari kecil hingga menemui ajalnya. Sangat terasa kalau penulis memang melakukan riset yang cukup mendalam sebelum menuliskan kisah beliau, karena novel ini termasuk mendetail dalam menceritakan kisah hidup K.H.A.Dahlan, apalagi penulis dari awal sudah mengajak pembaca untuk mengikuti pemikiran-pemikiran kritis beliau mengenai Islam di Kauman.

Saat pertama kali berangkat ke Tanah Suci, di sana K.H.A.Dahlan menimba ilmu agama dari para Syekh, salah satunya yaitu Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy, dari Syekh Ahmad Khatib lah beliau banyak mendapatkan pencerahan sekaligus pemahaman baru soal ajaran agama, di sini diterangkan bahwa beliau memang tertarik dengan pemikiran dan gagasan mengenai sistem pembaharu islam yang dikampanyekan oleh Syekh Muhammad Abduh dan Syekh Jamaluddin Al-Afghany, yang merupakan dua ulama pembaharu dan reformis Islam yang berasal dari Mesir dan Afghanistan.

Banyak sekali cerita yang mampu menyesakkan hati yang berhasil novel ini sajikan, salah satunya saat Langgar Kidul dirobohkan atas perintah dari Kyai Penghulu. Padahal bagi K.H.A.Dahlan, Langgar Kidul adalah tempat yang sangat penting untuk dirinya dan murid-muridnya, sekaligus merupakan Langgar yang harus dijaga berdasarkan pesan dari alm.bapaknya.

Naah, perlu diingat K.H.A Dahlan juga hanya manusia biasa, jadi tentulah pasti ada sisi beliau yang mungkin dapat membuat pembaca kecewa. Saya pribadi memang agak kecewa dengan keputusan poligami yang beliau pilih, tetapi tidak mengurangi rasa hormat dan kagum saya terhadap beliau, kalau saya sedikit kecewa ya wajarlah karena saya kan hanya perempuan biasa 😜 . Sebelum membaca novel ini, saya hanya sekedar tahu tapi tidak pernah mau mencari tahu mengenai poligami yang beliau lakukan, tetapi ternyata di novel ini pun dibahas, sehingga mau tidak mau membuat saya membaca kisahnya. Sedikit demi sedikit saya menjadi paham alasan beliau mau melakukan poligami, alasannya pun sangat luar biasa, yaitu untuk berdakwah dan demi meluasnya dakwah Persyarikatan Muhammadiyah.

Membaca novel ini membuat saya menyadari bahwa Muhammadiyah bisa maju dan terus berkembang hingga hari ini karena memang berasal dari para pemikir yang hebat dan luar biasa, maka sudah sepantasnya kita sebagai generasi penerusnya harus lebih banyak bersyukur dan menjaga warisan yang berupa ilmu serta peryarikatan ini. Perjuangan K.H.A.Dahlan dalam berdakwah tidak terlepas dari bantuan dan peran banyak orang, diantaranya yaitu Nyai Walidah sebagai istrinya, keluarga besarnya, serta murid-murid yang senantiasa mendukung dakwah beliau tanpa pernah mengenal lelah. Membaca novel ini pun akhirnya membuat saya penasaran untuk mengetahui cerita dari sisi Nyai Walidah selaku istri K.H.A.Dahlan yang selalu setia mendampingi perjuangan beliau hingga akhir hayatnya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Resensi Novel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang