Satu

624K 27.5K 1.9K
                                    

"Wouuhhhhh!" teriakan histeris cewek-cewek begitu menggema saat seorang cowok bertubuh jangkung menaiki panggung kecil yang tersedia di cafe. Cafe 'Dzeiro', salah satu cafe yang tersohor dengan hiburan live music yang diisi oleh band-band lokal beranggotakan anak-anak muda yang wajahnya cukup lumayan digemari oleh pengunjungnya. Belum lagi suara merdu vokalis andalan cafe ini. Aidan Alexander, vokalis D'Angel yang cukup terkenal di kalangan anak muda. D'Angel bukanlah band papan atas yang kerap menghiasi layar kaca. Band ini hanya band lokal yang kerap mengisi acara live musik dari cafe satu ke cafe yang lain. Beranggotakan tiga cowok ganteng yang memiliki pesona tersendiri.

Aidan Alexander sang vokalis yang pesonanya begitu kuat, membuat gadis-gadis menjerit saat tangannya mulai memetik gitar bersamaan dengan suara merdunya yang keluar. Siapa yang tidak terpukau dengan sepasang alis tebalnya, hidung bagirnya dan sorot mata tajamnya yang membuat daya tarik tersendiri. Tubuh dengan tinggi 185 cm dan postur dengan lekukan yang begitu menggoda dibalik kemeja yang sering ia kenakan membuat gadis-gadis ingin meraba sesuatu di balik kemeja itu yang pastinya ada lekukan otot yang membuat tubuh panas.

Di posisi drummer ada Raffasya Adrian. Penampilannya yang tidak pernah rapi, rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi cewek-cewek pada drummer D'Angel ini. Rambut yang panjang di bagian depan yang menutupi seluruh dahinya memberikan kesan tersendiri. Apalagi saat ia begitu bersemangat memukulkan stick drum dan menganggukan kepala. Bisa dibayangkan betapa keren Raffa ditambah dengan keringat yang menghujani sekujur tubuhnya yang terlalu bersemangat.

Arjuna Wiraatmadja, bassis dengan kaca mata dan lesung pipit di kedua pipinya yang begitu terlihat jelas saat tersenyum. Matanya yang sipit, wajah baby face, dan penampilannya yang rapi membuat banyak gadis menaruh hati padanya.

Aidan, Raffa, dan Juna, tiga sekawan yang begitu kompak. Saat di kampus, mereka selalu nongkrong bersama. Kebersamaan mereka sudah terjalin sejak SMA. Awalnya mereka sering bertemu karena mereka bertiga adalah murid yang paling sering melakukan pelanggaran. Pelanggaran mereka berbeda-beda namun hukuman yang mereka terima sama. Intensitas hukuman bersama yang mereka terima inilah yang memicu kedekatan mereka. Dan kebetulan hobi mereka sama yaitu musik.

Setiap pulang sekolah mereka bertiga bersama-sama ke rental band untuk mengasah kemampuan dan lambat laun membentuk band yang diberi nama D'Angel. Awalnya mereka hanya tampil saat sekolah mengadakan event tertentu, namun lambat laun bakat mereka tersebar luas hingga D'Angel kerap mendapatkan tawaran manggung di cafe.

Bayarannya tidak terlalu besar namun mereka syukuri. Setidaknya bisa untuk membeli bensin, rokok, dan membeli kesenangan sendiri. Tapi mereka menikmati.

Cowok dengan celana sobek di bagian lutut, kaus hitam polos yang dibalut dengan kemeja flanel yang tidak dimasukan kancingnya, duduk di atas kursi sembari memangku gitarnya. Di sayap kanan sudah ada Raffa yang sudah siap dengan satu set drum. Di sayap kiri sudah ada cowok berkaca mata yang siap dengan alat musik sesuai passionnya, bass.

Aidan merapikan sebentar kemeja yang ia kenakan, menyisir rambut dengan sela jarinya ke belakang lalu mengecek kondisi pengeras suara. Dari sini mulai terdengar bisik-bisik pengunjung yang mengomentari penampilan fisik D'Angel yang selalu berhasil menyita perhatian mereka.
Raffa dengan celana pendek dan Hoodie yang menutup kepalanya dan biasanya akan dibuka saat lagu yang dibawakan Aidan sudah memasuki reff. Juna si cowok yang mengundang kharisma lewat kacamata dan sepasang lesung pipitnya saat tersenyum, mengenakan celana jeans panjang dan kaus yang begitu mencetak lekuk tubuh bagian depannya.

"Malam semuanya, kami D'Angel siap menghibur malam kalian semua," sapa Aidan sang vokalis seperti biasa, tanpa senyuman. Wajah datar Aidan inilah yang membuat cewek-cewek semakin penasaran dengannya.

"Malam" sorak kompak pengunjung cafe menjawab salam dari Aidan.
Raffa mengangkat tinggi tangannya yang memegang stick drum, menyapa pengunjung. Juna yang tersorot lampu, tersenyum memperlihatkan cekungan di kedua pipinya.

The Lady KillerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang