Sendu di Ujung Senja

23 1 0
                                    

Ini bukan pertama kalinya aku menangisi Kent. Hubungan kami telah terjalin sejak tujuh tahun yang lalu. Ya, kami memang saling beradu rasa, berbagi kisah, hingga canda dan tawa. Namun sayang, keluarganya sangat tidak menginginkan aku berada di dekatnya.

Taksi yang ku tumpangi melaju, kaca bagian luarnya basah karena rintikan hujan. Biar semesta menemaniku, menangis. Kisah kami memang dialurkan seperti ini, dari dulu harusnya aku tau itu.

"Kau dimana, De?" Tanya sahabatku Rein.

"Aku masih diperjalan menuju rumah." Jawabku.

" ... " Kata Rein sebelum memutuskan sambungannya.

"Baiklah, sebentar lagi kita akan bertemu." Ucapku sedikit riang.

Hari ini telah berlalu, sedikit buruk memang. Aku butuh waktu sendiri, Kent. Batinku saat aku melihat nama Kent muncul di layar hpku. Ku tekan tombol berwarna merah lalu kumasukkan barang itu kembali.

"Dunia tak kejam, hanya saja cinta memiliki banyak tempat untuk kembali. Waktu tujuh tahun itu tak akan menghilang dengan sia-sia, Kent. Aku harap kamu bisa mengambil keputusan yang tepat." Kata hatiku.

Memang seperti itu, wanita selalu mengedepankan perasaannya dari pada logikanya. Namun di sisi lain, menikah tanpa restu orangtua bukanlah solusi -Kent.

***

"Terima kasih, Pak." Kataku sambil memberikan ongkos taksi.

Ya, aku sudah sampai di rumah. Tak ada yang berubah dari bangunan ini, hanya catnya yang kini berubah menjadi biru laut. Tetap nyaman, karena ada mereka di dalamnya -ayah, ibu, dan Kak Langga.

"Hai, De. Cepatlah ... sebelum hujan membuatmu basah." Perintah Kak Langga.

"Aku merindukanmu, De." Kata Rein.

"Kami merindukanmu, nak." Kata Ayah dan Ibu seraya memelukku.

Tak ada yang bertanya tentang Kent. Jadi, kurasa tak ada yang perlu kujelaskan mengapa mereka tidak melihatku turun dari Mobil Kent -melainkan taksi. Sangat disayangkan jika aku bisa melihat raut wajah kecewa mereka.

"Apa hubunganmu dengan Kent baik-baik saja?" Bisik Kak Langga.

"Ya, hubungan kami sangat baik. Dia sudah menghubungiku tadi, dia sibuk dengan pekerjaanya." Kataku di dekat telinganya.

Cukup hari ini saja, -yang buruk. Semoga esok aku berada di titik cerah kebahagiaan. Bukan hanya aku, kamu juga -Kent. Apapun itu, pasti membawa kita pada kebahagiaan akhirnya. Yakin dan percayalah.


Your Sweet ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang