PROLOG✔

1.2K 95 9
                                    

💥Amel💥

Semua orang mengira jika Adel, saudara kembarku telah meninggal ketika aku dan dia menginjak diumur sepuluh tahun.

Ketika dia diseret oleh ayahku pergi meninggalkan rumah setelah terjadinya pertengkaran hebat kedua orang tuaku. Hingga akhirnya ayahku mengaku jika Adel meninggal dari kecelakaan mobil, kendaraan yang mereka tumpangi masuk ke dalam jurang karena ayah terlalu emosi ketika mengemudikan mobilnya.

Sebelum Adel dinyatakan meninggal oleh tim SAR, mereka menyatakan jika ia, saudara kembarku itu hilang. Dan hingga kini mayat saudara kembarku tak ditemukan.

Dua tahun kemudian tepatnya di waktu kelulusanku di tingkat Sekolah Dasar, ibuku menikah dengan seorang duda dari desa. Sebenarnya aku tak menginginkan ibuku menikah lagi setelah perceraiannya dengan ayah. Apalagi ayah sekarang mendekam di balik jeruji besi karena korupsi yang dialaminya.

Aku tak menginginkan keluarga seperti ini, aku terlalu muda untuk mengalami cobaan seberat ini.

Pada akhirnya, aku tidak ingin tinggal bersama ibu beserta ayah tiriku, aku memilih tinggal di rumah masa kecilku bersama mbok Jinem, pengasuhku. Rumah masa kecilku itu tak dilelang untuk mengembalikan uang korupsi ayahku, dan itu rumah satu-satunya peninggalan ayahku. Rumah ini sangat besar untukku dan mbok Jinem. Betapa tidak, rumah ini memiliki tiga lantai, tiga kamar utama, empat kamar tamu, kolam renang, dan masih banyak lagi.

Aku merasa beruntung karena hidupku masih tercukupi, tapi tidak untuk kasih sayang dari kedua orang tua. Aku merasa jika hanya mbok Jinem yang menyayangiku, tak ada selain dia yang menganggap aku benar-benar penting di dunia ini.

Setelah kelulusanku ini, aku berkeinginan untuk melanjutkan di sekolah yang dekat dari rumahku. Ibuku tak memperdulikan aku ingin melanjutkan dimana, yang ia pedulikan hanya bisnis fhasion-nya dan ayah tiriku.

Sekolah yang kuinginkan bukanlah sekolah yang terkenal di kotaku, bukan juga sekolah terkenal di negeri ini. Menurutku sekolah ini sudah cukup bagus untuk menggaet ilmu yang banyak.

Di hari pertama MOS, aku mendapatkan banyak teman. Bahkan kini aku dekat dengan seorang lelaki most wanted sekolah, dia adalah Andrio Pratama. Lelaki yang memiliki kulit putih, rambut hitam pekat berjambul gaya masa kini, pakaian yang sangat rapi tapi tak seculun kelihatannya. Aku akui jika aku menyukainya.

Semua siswa beranggapan jika aku dan dia memiliki hubungan spesial, bahkan ada yang beranggapan jika aku dan dia berpacaran. Aku hanya bisa meng-iya-kan saja, dan aku harap jika kita benar-benar berpacaran.

Satu tahun pun berlalu, rambutku yang semula sebahu memanjang hingga sepinggang, tinggi badanku bertambah beberapa senti. Bahkan kehidupanku yang semula sepi pun berubah karena kehadiran Rio yang selalu menghiasi kehidupanku. Ia selalu memberiku motivasi supaya melupakan semua kenangan masalaluku yang sangat pekat. Aku diarahkan agar merobohkan tembok ketakutan yang selalu menghalangiku untuk terus bertahan di atas tanah ini.

"Lo harus bersyukur dengan hidup lo sekarang ini, masih banyak orang-orang yang tak seberuntung lo. Hidup lo sudah terjamin, lo nggak susah payah untuk mencari sebulir beras, lo pun juga nggak perlu tuh mencari emperan toko untuk tidur sebentar" ini salah satu ucapan yang membuat aku tersenyum geli.

"Haha..lo tuh ucapannya berbelit amat sih? Emperan toko apa lagi?" ,jawabku tertawa ngakak.

Mungkin cuma dia lelaki yang selalu memberiku semangat. Oh tidak, bukan cuma dia. Ada lagi lelaki yang memberiku semangat selain dia, ya..dia adalah ayahku. Meskipun beliau sudah menjalankan masa tahanannya yang ke dua tahun, tapi dia selalu memberiku kabar lewat telefon.

TEROR JINGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang