(Y/N) marah padanya, ia tahu itu.
(Y/N) tidak ngambek sampai mendiaminya (?) hingga berhari hari. Akashi merasakannya—(Y/N) terkadang masih menegurnya jika bertemu di sekolah. Kalau dipanggil untuk diminta bantuanpun, (Y/N) masih mau datang memenuhi.
"Catatan? Ya sudah, ambil saja. Tapi, jangan lupa kembali—ah, maaf karena memerintahmu. Lagipula, tanpa catatanpun nilaimu sudah pasti 100"
Sikap dingin (Y/N) yang membuat Akashi terganggu. Tak ada lagi senyum manis di bibirnya. Yang tersisa hanyalah senyum terpaksa. Tak ada lagi orang yang mau memberinya botol air mineral ataupun handuk sesaat setelah ia latihan.
(Y/N) benar benar menganggapnya sebagai orang asing.
"Arra arra Sei-chan, daijobu?"
Akashi yang tengah mendribble bola langsung menoleh pada Mibuchi. "Apa maksudmu? Aku baik baik saja"
"Datte sa, kau terlihat melamun sedari tadi"
Akashi gantian menatap ring dihadapannya. Sedikit meloncat, dia menshoot bola ke keranjang dan masuk. "Aku tidak melamun"
"Ah tokoro de" Hayama yang tengah bermain dengan bola basketnya ikut menyela. "Dimana gadis manis yang sering kesini itu? Kalau tak salah, dia temanmu, kan?"
"Ya" Akashi menjawab pendek. Dia tahu siapa gadis yang dimaksud—(Y/N).
"Nee nee, minta nomor HP nya dong~" Hayama berucap polos. "Sayang sekali kalau dibiarkan begitu saja. Soalnya, dia itu sudah cantik, manis, pintar, ramah lagi"
Akashi diam saja. Dia terus mendribble bola.
"Senyumnya itu benar benar... ahh~" Hayama cengar cengir sendiri. "Kau tahu, Reo-nee? Hanya orang bodoh yang membuat gadis sepertinya menangis"
Akashi langsung berhenti mendribble.
"Hora anta!" Mibuchi berseru. "Jangan begitu. Kau membuat Sei-chan marah"
Hayama hening sejenak—memahami sejenak maksud perkataan Mibuchi. "Ohoho! Wakatta yo, Reo-nee. Akashi, aku minta ma—"
"Tetap konsentrasi latihan. Kita tak boleh kalah di pertandingan selanjutnya" Akashi memotong ucapan Hayama—menyibukkan diri dengan terus mendribble bola kesana dan kemari.
"Hehe, Akashi bisa seperti itu juga ya?"
.
.
.
"Tapi, aku terkejut saat melihat matamu bengkak tempo hari, (Y/N)-chan"
Akashi yang tengah menunggu jemputan itu tanpa sengaja mendengar seseorang menyebut nama (Y/N).
"Sou ka?" barulah ia sadar (Y/N) dan teman temannya berdiri 3 meter dibelakangnya.
"Kau menangis? Nande?"
"Iya, memangnya kenapa? Kau juga saat itu baru pulang dari arah rumah Akashi-sama kan?"
Akashi lagi lagi tahu. Mereka sedang membicarakan (Y/N) yang menangis karena ulahnya tempo hari. Dia sudah siap menahan segala emosi jika suatu (Y/N) menyebarkan perbuatannya itu pada teman temannya.
"Masa ka, karena Akashi-sama?"
"Eh? Mattaku, yang benar saja. Aku menangis karena menonton film sedih di rumah Akashi-kun. Mana mungkin Akashi-kun bersikap jahat padaku"
Akashi membulatkan mata—mendengar (Y/N) yang membelanya entah kenapa membuat jantungnya serasa diremas remas.
"Maa, walaupun kelihatan mengerikan dia itu sebenarnya orang yang baik. Ehe, dia bahkan pernah mengantarku pulang lho~"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Present - Akashi x Reader [ONESHOT]
FanfictionUlang tahun seorang Akashi Seijurou. (Y/N) selaku sahabat ingin memberikan sesuatu pada Akashi. Tapi, sifat dingin dan cuek Akashi membuat hati (Y/N) sempat tergores karenanya. Semenjak hal itu terjadi, Akashi akhirnya mulai menyadari sesuatu. Sesua...