Cara terbaik untuk menghindari rasa kecewa adalah dengan tidak berharap apapun dan dari siapapun.
*
*
*
RIANA melangkahkan kakinya menuju restaurant Italia, diikuti langkah tegap milik Regan yang ada disampingnya. Sebenarnya Riana tidak tahu mengapa Regan tiba-tiba mengajak nya ke restaurant, apa pria itu akan mengajak nya makan sebagai tanda perminta maaf karna meninggalkannya? Tidak mungkin! Itu terdengar sangat mustahil. Jadi untuk apa Regan mengajak nya kesini? pertanyaan itu terus menghujati pikiran Riana perlahan - lahan hingga tidak terasa ia sudah sampai didepan seorang perempuan yang cantik.
"Rin, ini sosok yang mau aku perkenalkan denganmu. Namanya Gabriella,"ucap Regan kaku sambil memeluk pinggang Gabriella.
Riana menatap seorang perempuan cantik dihadapannya. Badannya yang langsing dan tinggi seperti model, kulitnya yang putih dan mulus. Rambutnya yang panjang tergerai indah. Belum lagi rahangnya yang tirus serta dadanya yang diatas rata-rata.
Riana meneguk air liurnya dengan kasar sambil melirik dada nya dan dada Gabriella. Kalau dibandingkan dengan perempuan yang ada didepannya, pasti Riana sudah jelas kalah saing. Ibaratkan kuku, Riana itu seperti ujung kuku yang lancip dan kecil. Beda dengan Gabriella yang besar dan menawan.
"Rin, hei!"Regan melambai-lambaikan tangannya didepan wajah Riana.
Riana segera menyahut dan mengerjapkan matanya, "Iya?"Riana kembali menatap perempuan didepannya lalu tersenyum, "Oh, hai my name is Riana,"ucap Riana kikuk.
Gabriella tertawa pelan,"Its okay, aku bisa bahasa indonesia. Namaku Gabriella."Gabriella mengulurkan tangannya yang langsung dijabat dengan Riana.
Gabriella membalas senyum Riana lalu menatap Regan bingung, "Jadi apa yang mau kamu bicarakan?"tanya nya, sambil menyerit bingung.
Regan menatap lurus kearah Riana, "Rin kenalin, Gabriella ini kekasihku--"Regan mengalihkan tatapannya kepada Gabriella, "--Dan Riana ini istriku."
Bagai disambar petir di siang bolong, Riana tercengang menatap Regan. Jadi selama ini, ia mencintai lelaki yang sudah mempunyai kekasih? oh tidak! yang benar saja.
Riana merasa bahwa dirinya adalah orang asing yang masuk ke dalam hubungan seseorang. Seharusnya ia sadar bahwa sosok sempurna seperti Regan tidak mungkin tidak mempunyai kekasih.
"Maksud kamu apa, Gan? Please aku nggak butuh candaan kamu! ini nggak lucu!"ucap Gabriella kesal.
Regan membuang nafas kasar. Tangannya yang satu berusaha menggapai tangan Gabriella, "Aku serius, tapi kami hanya menikah pura-pura." lanjutnya dengan memelas.
Gabriella tertawa sumbang, "Mana ada yang namanya pernikahan pura-pura! aku kecewa sama kamu!"Gadis itu menghempaskan tangan Regan dari lengannya, "Jadi Sekarang untuk apa lagi kita berpacaran?" tanya Gabriella sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories in winter
ChickLitPada musim dingin kala itu, butiran - butiran salju berterbangan menghiasi indahnya kota Tokyo. Pertemuan kita dimulai di awal Desember di musim dingin. Awalnya aku kira pertemuan kita hanyalah pertemuan sesaat yang tidak ada artinya. Tetapi semua...