The Rabbit

23 4 0
                                    

Mereka dinamakan The Rabbit.

Tidak, ini tidak seperti yang kalian pikirkan. Mereka bukan sekelompok kelinci, tapi sekelompok manusia dengan topeng kelinci. Kenapa kelinci? Aku juga tidak tahu. Karena itulah, aku akan mencari tahu.

Sebenarnya aku kurang tahu apa yang dilakukan mereka sebenarnya, namun mereka terlihat keren dengan topeng tersebut. Menurut rumor yang beredar, mereka adalah orang-orang yang ditakuti oleh polisi bahkan presiden.

Beribu orang dari seluruh dunia akan mengikuti kontes ini. Entah sebuah keberuntungan atau apa, kontes ini dilakukan di kotaku, yang artinya aku tidak perlu mengeluarkan uang transportasi. Tidak begitu jelas apa yang akan terjadi di kontes tersebut, namun sudah cukup menarik. Maksudku, siapa yang tidak mau masuk The Rabbit?

Masuk The Rabbit, maka kau akan ditakuti dan disegani hampir seluruh makhluk bumi. Bahkan semut pun tidak dapat menghalangi jalanmu. Begitu yang tertulis di brosur yang disebarkan lewat internet. Aku agak tidak mengerti, karena setahuku, The Rabbit tidak pernah memberitahukan identitas mereka ke publik, jadi bagaimana kita tahu mana orang yang harusnya kita segani? Ya, mungkin mereka akan mengubah cara mainnya.

Pertemuan ini diadakan tertutup pada tengah malam. Terkenal bukan berarti benar-benar dikenal semua orang. Hanya kalangan remaja dan sedikit orang dewasa yang mengetahui hal ini, orang tua terlalu sibuk bekerja sehingga tidak punya waktu untuk membuka internet setiap hari. Dan juga, para orang tua tidak akan pernah mengijinkan anak mereka mengikuti hal seperti ini. Mereka akan berkata ini adalah hal bodoh.

Hal ini juga berlaku untukku. Ayahku melihat brosur itu di atas meja belajarku dan melarangku untuk kesana apapun yang terjadi. Dia sangat bersikeras, padahal selama ini dia tidak pernah melarangku melakukan apapun. Bahkan ketika aku menyoba narkoba, diapun tidak marah.

Kau dapat melakukan apapun yang kau mau, ini hidupmu.

Itu yang dia katakan saat itu.

Namun aku tidak peduli, aku melarikan diri dari rumah dan di sinilah aku, berdiri di tengah hutan sambil menatap peta dan brosur di tanganku.

Ini tempatnya.

Tempat ini benar-benar terpencil, aku sedikit menyesal tidak menggunakan sepedaku. Keringatku bercucuran meskipun sekarang tengah malam. Aku merapikan penampilanku sedikit, kemudian berjalan ke arah bangunan--maksudku, rumah tua itu. Rumah ini angker, aku awalnya ragu, namun melihat sedikit pencahayaan di ruangan, aku tersenyum. Ini benar-benar tempatnya.

Aku melangkah lebih dekat ke rumah itu, kemudian membuka pintunya.

"Halo," Suaraku bergema. Apakah acaranya di lantai atas? Keraguanku yang tadinya hilang sekarang muncul lagi. Rumah ini benar-benar angker. Lampu yang tadi ternyata hanya senter yang terletak di lantai.

"Apa kau mau mendaftar?"

Sebuah suara mengagetkanku. Secepat kilat aku menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis bertopeng kelinci. Dia menggunakan gaun berwarna hitam lengan panjang dengan renda dibagian leher dan pergelangan tangan serta kantong di dada sebelah kanan. Apa-apaan bajunya? Apa kita sedang bermain pesta-kostum-tema-40an?

"Iya, aku tidak salah alamat kan?" Tanyaku ragu.

"Tidak, kau benar. Nama?"

"Lucas, Lucas Danovan."

"Bagus, ikut aku." Ia tampak menulis namaku di sebuah kertas. Gadis itu kemudian berjalan ke luar rumah dan masuk ke lubang di samping rumah. Ya, tidak dapat disebut lubang juga sih. Tapi aku tidak tahu kata apa lagi yang cocok untuk menggambarkannya. Lubang itu agak tertutup oleh meja piknik di luar rumah, tidak terlihat olehku tadi. Lagipula ada kain merah-emas yang sepertinya berfungsi sebagai pintu. Lubang itu agak menurun ke bawah,  ukurannya juga cukup besar, bisa dimasuki 2 orang sekaligus.

Pantas saja rumahnya sepi, ternyata acaranya bukan di dalam rumah. Mengikuti jejak si gadis, aku ikut masuk ke dalam lubang.

Sudah ramai sekali di bawah sini, ternyata gadis tadi hanya mengantar ke sini, tadi kulihat dia sudah ke luar lubang lagi.

Aku menatap ke sekeliling, ini adalah ruang bawah tanah dari rumah tadi. Terdapat panggung di sebelah kanan lubang tadi, kemudian ada meja panjang berwarna putih di tengah ruangan. Meja itu kosong. Kemudian 4 lampu remang-remang. Orang-orang berbincang-bincang. Mereka pasti orang baru, mereka tidak menggunakan topeng kelinci.

Pandanganku berhenti ketika aku melihat seseorang dari jauh, dia pun melihatku dan segera berjalan ke sini.

"Kau baru datang ya?" Dia Victor, temanku. Aku tidak tahu dia ingin mendaftar juga.

"Iya, aku agak tersesat tadi." Sebenarnya aku agak bingung, setahuku, Victor tidak menyukai hal seperti ini.

Lubang tadi ditutup oleh gadis yang mengantarku tadi. Kali ini dengan pintu benaran, bukan kain tadi. 6 orang muncul entah darimana dan berdiri di atas panggung.

"Selamat malam semuanya."

Suaranya mengalun rendah dan berat, namun membuatku bergidik. Jenis suara pemimpin yang tidak dapat dibantah siapapun. Salah satu dari orang bertopeng tersebut melihatku terus menerus. Ini agak menyeramkan, namun aku terlalu bersemangat, jadi aku tidak menghiraukannya.

"Saya salah satu anggota The Rabbit. Saya akan memberikan beberapa instruksi. Satu persatu dari kalian akan di bawa pergi dan diuji, Kemampuan dan kesanggupan kalian menjalani ujian ini akan dipertimbangkan. Bahkan ketika kalian lolos semua ujian ini, itu tidak menjamin ketua kami akan menerima kalian. Berusahalah sebaik mungkin."

Kemudian kulihat orang di sebelahnya berbisik padanya, dia tampak mengangguk kecil, kemudian mengambil microphone dan mendekatkannya ke mulut--topeng kelinci.

"Leslie Jonathan, ke arah Barat."

Seorang gadis keluar dari kerumunan dan maju ke depan. Salah satu dari orang bertopeng tersebut mengisyaratkan untuk mengikutinya.

"Dary Aldrin, ke arah Timur." Sama seperti yang tadi, seorang dari panggung turun dan menuntun jalannya.

Kemudian begitu seterusnya, ruangan semakin sepi. Aku khawatir akan menjadi yang terakhir, namun kekhawatiranku tampaknya tak mendasar. Memangnya kenapa kalau terakhir?

"Lucas Danovan, ke arah Selatan."

Salah seorang dari mereka, mengisyaratkan untuk mengikutinya. Dia orang yang menatapku dari tadi. Aneh, memangnya mukaku seburuk itu?

Kukira kami akan keluar lewat lubang yang tadi aku gunakan, namun perkiraanku salah ketika dia berbelok ke arah berlawanan dari lubang. Melewati lorong, dan menaiki tangga, kami sampai di rumah tadi.

Dia mengantarku ke lantai dua rumah ini. Kurasa kata Selatan bukanlah menunjukkan arah, melainkan nama sebuah tempat. Aku tau karna aku tidak sedang menuju ke Selatan.

Lelaki--iya dia lelaki, terlihat dari badannya-- bertopeng itu berbalik menghadapku tiba-tiba. Dia melihat kiri kanan sebelum membuka topeng tersebut.

"Ayah?"

•••

Tbc.

SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang