1

454 10 0
                                    

Flashback

Reina masih berkutat dengan pikiranya, ia masih ragu dengan apa yang akan ia lakukan, tapi ia tidak sanggup jika harus lebih lama memendam dan menyimpanya dalam hati.

Reina berjalan gontai dilorong sekolah mencari sosok lelaki tampan,bertubuh tegap,dengan mata sipit dan berkulit sedikit gelap.

Raka Putra Wardana, ya itu Dia.
Lelaki yang selalu dipuja para kaum hawa karena perawakanya khususnya mata sipit miliknya. Tak jarang banyak wanita yang menjadikan dirinya idola.

Dia sedang terduduk dikursi panjang berwarna coklat dengan buku yang masih berada di dalam tanganya.

"Raka" seru Reina menghampiri

Raka menghentikan kegiatanya dan mengalihkan pandangan ke sumber suara.

"Reina" balas Raka yang kaget melihat kedatangan temanya itu.

Buku yang sedari tadi menemaninya kini ia letakkan disebelah kursi yang masih kosong.

"Ada apa" Raka mengernyitkan dahi, tak biasanya Reina menghampirinya, karena yang dia tahu Reina adalah satu-satunya wanita yang enggan mendekati dirinya, entah karena tidak suka atau ada hal lainya.

"A..a..aku mau ngomong sesuatu sama kamu" lidah Reina terasa kelu saat ingin mengatakan sesuatu, hingga membuat nada bicaranya sedikit terbata-bata.

" iya ngomong aja, kenapa?" kini mata mereka saling bertemu

" jujur dari kelas 1 SMP aku udah suka sama kamu dan sampai kelas 1 SMA ini pun rasaku tetap sama, kau tahu diam-diam aku selalu memperhatikanmu" Reina mengutarakan isi hati yang selama ini ia pendam.

Raka yang kaget sontak hanya diam dan tak bisa berbicara sepatah katapun. Ia masih tidak percaya, wanita yang selama ini dia anggap pendiam dan terkesan dingin kini menyatakan cintanya.

"Maa..maaff" Reina menenggelamkan kepalanya.

Kini Raka mulai membuka suaranya " Reina, aku gak tahu apa aku harus nerima cinta kamu atau engga, tapi yang jelas aku tidak mencintaimu" Balas Raka sedikit merasa bersalah.

Air mata Reina kini mulai bergantian berjatuhan, hatinya sangat hancur, tubuhnya terasa lemas.

" Rein, maaf aku gak bisa" ucap Raka mempertegas perkataanya.

Reina mulai menyeka air matanya, tanpa membalas jawaban Raka, ia berlari ke taman belakang sekolah, disana suara nya terdengar semakin keras dan terisak-isak. Ia sangat tenggelam dalam kesedihan.

" kenapa sih Raka , haaa kenapa... Kenapa kamu gak bisa nerima aku, kenapa.. Kenapa kamu gak ngasih aku kesempatan buat kamu mencintai aku" tangis Reina semakin pecah.

Reina benar-benar mencintai Raka, lelaki yang selama ini mengisi hati dan pikiranya, lelaki yang selalu ia semogakan didalam doanya.

Tasya yang mendengar suara tangisan kini menyusuri area sekolah, ia mengedarkan padanganya keseluruh penjuru.

" Reina " Tasya menangkap sosok mirip Reina, sahabat nya yang kini sedang terduduk lemas di kursi taman.

Dengan cepat ia menghampiri Reina.

"Rein lo kenapa? Lo kok nangis? Siapa yang nyakitin lo, sini biar gue kasih pelajaran. Enak aja nyakitin lo seenak jidat" Tasya merasa sangat kesal, sahabat yang ia sayangi dengan mudahnya disakiti.

" gu..guee gak papa kok, ini cuma pusing aja " balas Reina berdusta sembari menyeka air mata miliknya. Namun air matanya terus mengaliri pipi tembem miliknya.

" lo gak usah bohong deh Reina, kita tuh udah temenan dari kecil, udah deh cerita aja lo kenapa? Lo gak percaya sama gue?" bujuk Tasya pada Reina agar mau bercerita.

"Gue abis nembak Raka" jelas Reina seadanya.

Seketika mata Tasya membulat sempurna ke arah Reina.

"What apa lo bilang? Nembak? Raka? Cowok keren yang digandrungi satu sekolah itu?"
Tanya Tasya bertubi-tubi.

"Iy..iyaaa Tasya" seketika Reina menutup air mukanya yang menyesal.

"Lo waras kan Rein"? Tasya merasa sangat heran dengan Reina, perempuan sekalem dan semanis Reina bisa menyatakan cintanya pada laki-laki yang bahkan pernah sangat ia benci.

" iihhhh waras lah Tas, lo kira gue gila" balas Reina kesal

"Terus kenapa lo bisa bisanya nembak cowok, harga diri lo dikemanain" Tasya terheran dengan tingkah sahabatnya.

Air mata Reina berjatuhan kembali, air mukanya terlihat sangat kecewa dan sedih. Ia menyesali perbuatanya. Benar kata Tasya, perbuatanya secara tidak langsung telah menjatuhkan harga dirinya sebagai wanita.

"Iya maafin gue Tas, gue nyesel" sambil sesegukan Reina menjawab pertanyaan Tasya.

"Lo gak perlu minta maaf sama gue, minta maaf lah sama diri lo sendiri, dan gue harap lo gak akan ngelakuin hal sebodoh itu lagi" ucap Tasya sambil memberi penekanan diakhir kalimatnya.

Cinta HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang