Hari ini, hari pertama Ulangan Akhir Semester. Siswa-siswi sangat fokus mengisi lembar jawaban yang benar. Di kelas 11.A ada yang mengacak rambutnya karena frustasi, ada yang nyontek tanpa sepengetahuan guru, ada yang hanya membolak-balikan lembar jawaban, ada yang menghitung kancing seragam sekolahnya, dan banyak lagi.
"Woi, Bin. Nomor 23 apa?" tanya David dengan suara sangat pelan. Kebetulan, saat UAS, David kebagian duduk di belakang Bintang.
Saat UAS, satu meja satu siswa. Jadi, satu kelas dibagi menjadi dua. Dan duduknya berurutan sesuai absen.
"Angka," jawab Bintang cepat.
"Bukan, maksud gue jawabannya" geram David.
"A,"
"Beneran A?"
"B,"
"Yang bener dong, Bin. A atau B?"
"C,"
"Frustasi gue" ujar David mengacak rambutnya sendiri.
"D,"
"BINTANG!" teriak David, membuat suasana yang tadinya hening menjadi ribut.
Mungkin, moment teriakan David menjadi kesempatan siswa-siswi untuk saling bertanya jawaban.
"David, kamu kenapa teriak. Pake manggil nama Bintang lagi" bentak Bu Jeni. Bintang merasa namanya terpanggil hanya terkekeh.
"Ngg.. ngga Bu. Tadi pulpen saya jatuh kearah Bintang. Tapi Bintang nya ga mau ngambilin" kata David berbohong.
"Benar yang dikatakan David, Bintang?" tanya Bu Jeni kepada Bintang.
Bintang melirik wajah David yang mulai memerah, karena ketakutan. Karena Bintang baik hati dan tidak sombong, ia menjawab...
"Iya, pulpen David jatuh. Tapi saya ga mau ngambilin. Karena saya masih mengerjakan soal" jawab Bintang bohong. Sebenarnya, Bintang sudah selesai mengerjakan soal UAS lima menit yang lalu, saat David bertanya soal nomor 23.
Bu Jeni hanya menggeleng-geleng. "Sudah jangan ribut!" pekik Bu Jeni.
Kelas pun kembali hening. Bintang menoleh ke belakang, bertujuan untuk mengerjai David.
"Mau nanya nomor berapa lagi, Vid?" tanya Bintang dengan kekehannya.
"Berisik lo, awas aja, pulang sekolah ga akan aman!"
"Lo ngancem gue? Oke-oke gue bakal bilangin ke Bu Jeni yang sebenarnya. Mau?" Bintang melotot kearah David.
"Eh.. ngga, Bin, gitu aja ngambek" ujar David mengubah kalimatnya menjadi lembut.
Bintang mengembalikan posisinya keawal, yaitu menghadap ke depan. Bintang menyilangkan tangannya di atas meja, lalu menenggelamkan kepalanya, sambil menunggu bel pulang berbunyi.
"Woi, Bin. Bangunn!" teriak Anggi, karena Bintang tak kunjung bangun.
Bintang merasa namanya dipanggil, ia langsung mengangkat kepalanya. "Apaan, Gi?"
"Lo ga mau balik? Udah bel nih," kata Anggi yang siap melangkah keluar kelas.
"Bel?"
"Iya, baru satu menit yang lalu bunyi. Kalau gitu gue duluan ya, bye!" Anggi pun meninggalkan Bintang di kelas.
Bintang melihat Bagas yang akan keluar kelas, "Gas!" panggil Bintang. Bagas pun menoleh.
"Apa?"
"Nih, gue buatin catatan buat lo ngapalin, waktu lo ga masuk gara-gara diskorsing!" tukas Bintang menyodorkan catatan itu.
"Thanks, nanti gue balikin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang Jatuh [End]
Teen FictionBintang Cahya dan Rafa Aditya sudah kenal 11 tahun yang lalu. Saat mereka kecil, kejadian yang tak diduga membuat mereka terpisahkan. Setelah 11 tahun lamanya, mereka dipertemukan kembali. Tapi mereka tidak saling mengenal. Dengan cara yang tak did...