1

1K 73 3
                                    

Seorang namja mungil sedang berlarian di taman bermain. Senyum terlukis jelas di wajahnya. Dari wajahnya, ia tampak seperti anak kecil berumuran 5 tahun dengan Surai coklat manis dan poni yang tersusun rapi tanpa belahan di dahinya.

Ia tak sendiri, ia bersama teman baik nya, namja sipit dengan tubuh yang lebih tinggi dari namja mungil tadi. Ia memiliki Surai hitam pekat dengan poni belah tengah. Ia juga sepertinya sebaya dengan si namja mungil.

"Coonyoung! Awac caja kau!" Kata namja mungil dengan cadelnya mengejar si namja sipit.

"Akh,"

"Jihoon!" Kata si namja sipit, Soonyoung, berbalik ke belakang, melihat Jihoon yang tersungkur di batu bata yang tersusun menjadi jalan.

"Hikc, Coonyoung, kakiku cakit," keluh Jihoon. Dengan sigap, Soonyoung membantu memapah Jihoon. Lalu duduk di bangku taman.

"Apa kau tidak apa apa? Bisa berjalan tidak?" Kata Soonyoung, walaupun sebaya dengan Jihoon, ia tidak cadel sepertinya.

"Cakit," rintih Jihoon.

"T-tunggu aku ya," kata Soonyoung yang langsung berlari ke warung kecil.

Ia kemudian balik ke bangku taman tempat Jihoon duduk dengan membawa kantong plastik hitam.

Dengan cekatan, Soonyoung membilas luka Jihoon dengan air dan dioles Betadine, lalu ditempelkan plester di atas lukanya.

"Hikc, telimakacih Coonyoungie,"

"Ayo, jalan ke apartemenku," kata Soonyoung.

Apartemen Myeongdong merupakan tempat tinggal Soonyoung. Disana memiliki fasilitas lengkap. Taman bermain anak anak, restoran, supermarket dan lainnya. Pantas saja Jihoon suka bermain di rumah Soonyoung.

Sesampai di apartemen, Soonyoung membuka pintu,"eomma! Jihoon terluka!" Teriak Soonyoung.

"Yaampun, kalian main lari larian lagi ya?" jawab seorang wanita yang statusnya adalah ibu Soonyoung.

"Tadi kami belmain kena kenaan ahjumma," jawab Jihoon.

"Apa sakit? Aku telpon ibumu dulu ya Jihoonie," jawab wanita itu lagi,"kalian nonton TV saja, oke."

"Oke, eomma," jawab Soonyoung,"Jihoon, ayo."

Soonyoung menggandeng tangan Jihoon lalu membantunya berjalan ke sofa depan TV. Mereka lalu menonton Pororo, acara TV kesukaan mereka--Khususnya Jihoon.

"Pololo nya lucu!" Komentar Jihoon.

"Sepertimu, Ji," Kata Soonyoung tersenyum menatap Jihoon.

"Kalo Jihun jadi pololo, Coonyoung jadi klong nya Jihun ya!" Ujar Jihoon sambil tersenyum balik menatap sobat sipitnya itu," Coalnya, pololo cama klong gabica dipicah, Jihoon mau cama Coonyoungie teruc."

"Haha, iya, aku juga, Ji," jawab Soonyoung.

"Jihoon! Eomma datang! Kau tak apa?" Ibu Jihoon setengah berlari dari pintu apartemen keluarga Soonyoung ke ruang TV. Lalu memeluk anaknya.

"I-iya, eomma, Jihun enggak papa," jawab Jihoon. Ibunya terlalu memeluknya erat sehingga ia kesulitan bernafas.

"Oh, maaf sayang, eomma khawatir banget," ucap ibu Jihoon.

"Jihun enggak papa, coalnya udah diobatin Coonyoungie," jawab Jihoon tersenyum polos.

"Makasih ya, Soonyoung," kata ibu Jihoon menatap Soonyoung.

"Sama sama hehe," jawab Soonyoung tersipu.

"Wah! Anak eomma hebat! Bisa mengurusi adik nya," kata ibu Soonyoung yang bergabung dengan mereka. Ia mengusap kepala anak lelaki nya yang pintar itu.

Kembar | SoonhoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang