Mentari menyinari dunia seperti biasa. Ara berjalan menuju jalan raya menunggu angkutan umum. Ia akan menuju kantor tempat dimana ia bekerja. Ia bekerja di Gramedia Jogjakarta di jalan sudirman , sebagai kasir Gramedia, sesekali ia melihat jamnya yang telah melingkar cantik di tangan coklatnya. Lalu , tak lama kemudian bus trans jogja pun berhenti di depan nya .
Tak lama berselang, bus pun berhenti di halte depan Gramedia, lagi lagi ia melihat kembali arloji cilik nan usang yang melingkar di tangan coklatnya,
"gawat,, lima menit lagi, " gumam nya sambil mempercepat langkahnya menuju sebrang jalan dan kembali menarik seribu langkah nya menuju bangunan kokoh nan megah itu berdiri.
''tepat waktu ''suara bariton itu tibatiba berada di depan nya dan menghentikan langkahnya yang buru buru.
"ups ,, maaf bos,, " hampir saja ia oleng ketika ia selesai mengarahkan jarinya untuk absen. Dan yang ada didepannya kini adalah bos besar alias CEO PT Gramedia di Jogjakarta . Entah kenapa sang CEO yang memiliki ciri ciri tinggi ,putih ,tampan ,kaya ,single, itu didepannya sepagi ini dan tentu saja ia lupa bahwa boss besar itu pacarnya.
"kamu ngapain sepagi ini disini?" tanyanya sambil berbisik lirih takut ada yang mendengarnya.
"ya nyamperin kamu lah sayang, " jawabnya sambil tersenyum tak berdosa bahkan ia pun tidak menurangi intonasi suaranya,
"ssssttt nanati kalo ada yang dengar gimana??"
"ya nggak papa biar kita cepet nikah" ungkapnya dengan santainya, Ara menghembuskan nafasnya untuk kesekian kalinya, ia benar mencintai laki laki didepannya namun, ia belum siap untuk segala konsekuensinya, menikahi pria tampan, boss besar, kaya raya, sedangkan dia? Oh tidak bahkan segala bentuk yang ia pakai masih lusuh, bukan berarti Angga tak memberikan semua yang ia punya, bahkan ia tak sanggup jika harus menggunakan sesuatu yang bukan menjadi kebiasaannya.
"ahhh udah lah, aku mau masuk"ujarnya sambil menyelonong pergi, dan Angga hanya melihat kepergian kekasihnya dengan tatapan kecewa, bahkan mungkin ini ajakan yang ke seribu kalinya sejak mereka menjalin hubungan setahun lalu, dan tentu saja hubungan itu tiada yang tau, Ara meminta menyembunyikan status hubungan mereka, berat bahkan sangat berat untuk menjalani hubungan seperti ini, namun ia selalu menuruti kemauan gadis manis berpipi cubby itu.
***:):):)***
Siang menjelang sore,
"eh denger denger pak Angga mau dijodohin ya?" obroolan ciwi ciwi ditoilet selalu terdengar kencang, dan ia tau siapa pemilik suara kencang itu, tentu saja sang manajer dan sang staff keuangan, Dina dan Rosi. Ara hanya menguping di balik pintu karna perutnya mulas, ketika hendak membuka pintu namun, ia mengurungkan niatnya ketika yang menjadi bahan pembicaraan adalah sang kekasih.
"ah masak?" sahut sang staff tak percaya
"bener, tadi nyonya besar kesini dan marah marah, katanya suruh nikah tapi si boss nggak mau, dan bahkan nyonya besar sudah menyiapkan calon istri untuk boss,"
seakan dunia berhenti berputar alasan Angga memaksanya untuk menikah dengannya, umur Angga yang tidak lagi untuk main maian,selain itu Angga dituntut untuk menikah,
Ara berjalan keluar toilet dan menuju ruang CEO, ruang kekasihnya. bahkan kini ia berjalan tergesa gesa bahkan ia sydah menyiapkan kata kata yang akan ia katakan nanti. Saking tergesa gesanya ia bahkan tak menghiraukan lagi sang sekertaris dari kekasihnya itu,
"BRAAAKKKKKKKKK"
Bahkan ia tak lagi menggunakan kata kata permisi atau ketuk pintu, dengan wajah yang serius ia melangkah menuju depan meja Angga dan mengatakan hal itu sejak dulu, harusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good&Bad(Completed)
RomancePerbedaan derajat dan lingkungan membuat Ara enggan menerima ajakan kekasihnya