Istirahat

37 9 10
                                    

          Tringggggg....Tringggggg Tringggggg... suara bel pertanda istirahat telah berbunyi.

"Sher, buruan ! Keburu gue dapet hukuman tambahan dari kak Reihan nih" ucap Cyla tampak tergesa - gesa.

"Iya...iya...bentar, dikit lagi finish kok" ucap Sherly cemberut.

"Udah dulu dong, ntar gue kasih catatan gue deh" ucap Cyla memohon.

"Gak perlu, dah finish nih. Yuk cepetan ke taman belakang" ucap Sherly.

"Dari tadi kek" ucap Cyla.

"Eh, pas banget nih Cyl. Tuh orang yang lo cari" ucap Sherly menunjuk ke arah Reihan. Kemudian mereka berdua langsung pergi ke tempat Reihan yang tadi ditunjukkan Sherly pada Cyla.

"Kak, mau suruh apa" ucap  Cyla saat sampai tepat di depan Reihan.

"Dia gak denger kali Cyl, diakan pake headphone, mana matanya ketutup lagi" ucap Sherly meragukan ucapan yang dilontarkan Cyla tadi terdengar oleh Reihan.

"Kak...kak...kak Reihan" ucap Cyla mengeraskan suaranya.

"Ya...kenapa ?" Ucap Reihan bertanya.

"Kakak mau nyuruh apa ? Ngapain juga harus di sini ? Dan kenapa juga harus gue ?  Dan ngapain pake jaket padahal gak dingin ? " Tanya Cyla cepat dengan rasa jengkel yang menyertai.

"Kepo. Beli soto ayam bu Eni trus kasih pak Dadang." ucap Reihan singkat sambil menjulurkan uang ke arah Cyla.

"Emang harus ya ?" Tanya Cyla dengan sedikit nada yang mengganggu telinga Reihan.

"Gak usah. Gue gak butuh" ucap Reihan sinis dan jengkel karena waktunya terbuang percuma hanya untuk mendengarkan keluhan seorang cewek.

"I...iya gue beli sekarang" ucap Cyla jadi sedikit takut mendengar ucapannya dan segera mengambil uang yang berada di tangan Reihan.

"Kenapa sih nih orang ? Judes banget lagi" Ucap Cyla dalam hati.

"Cyl...Cyla.." ucap Sherly membuyarkan lamunan Cyla.

"Lo kenapa lagi ? Ngapain melototin kak Reihan ?" Ucap Sherly sambil berbisik ke telinga Cyla.

"Ah..apa ?" Jawab Cyla masih setengah sadar.

"Apa...apa....Lo tuh daritadi melototin kak Reihan Tau. Lo mau kena masalah lagi sama tuh orang. Udah cukup seminggu aja deh karir lo" ucap Sherly jengkel

"Meskipun orangnya lumayan, tapi gak gini - gini juga kali caranya " tambah Sherly menceramahi.

"Ih... apaan sih" ucap Cyla risih mendengar perkataan Sherly dan mempercepat langkahnya sehingga membuat Sherly tertinggal jauh di belakangnya.

"Cyla tungguin !" Teriak Sherly dari belakang Cyla.

"Tap" suara langkah kaki Cyla yang berhenti tepat setelah teriakan Sherly. Tetapi dia berhenti bukan karena Sherly yang meneriakinya melainkan karena matanya menangkap sosok remaja lelaki yang sedang membawa sebuah buku menuju perpustakaan.

"Lo kok berhenti sih ? Karena gue suruh nunggu ya ?" Tanya Sherly pada Cyla dengan penuh percaya diri.

"Bukan. Coba liat itu" jawab Cyla sambil menunjuk ke arah Arlath.

"Kak Arlath ???" Tanya Sherly lagi.

          Cyla terdiam tapi dia memberi isyarat dengan sedikit anggukan kecil pada Sherly.

"Jadi ???" Tanya Sherly bingung karena dia tidak ingin mengekspektasikan jawaban yang kira - kira tidak akan keluar dari mulut Cyla.

"Gak. Gak kenapa - napa. Yuk jalan" jawab Cyla membuyarkan lamunannya sendiri.

"Lo sehat kan ???" Ucap Sherly sambil memegang dahi Cyla.

"Kepala lo agak anget. Pantes aja dari tadi lo ngelamun mulu" jawab Sherly pada pertanyaannya sendiri sambil terkekeh.

"Boong" balas Cyla ketika mengecek panas di dahinya dengan telapak tangan kanannya sendiri.

"Tuh tau. Yuk jalan keburu sotonya abis" ucap Sherly santai.

          Setelah berjalan cukup lama, Cyla baru menyadari satu hal yang membingungkan kepalanya dan hal itu harusnya ia sadari sedari tadi. Dan karena tidak ingin kepalanya sakit karena memikirkan hal itu, dia akhirnya memutuskan untuk bertanya pada Sherly karena  menurutnya Sherly mungkin dapat memecahkan masalahnya.

"Sher, lo sadar gak ada yang aneh sama perintahnya" ucap Cyla baru sadar.

"Sadar apaan Cyl ?" tanya Sherly bingung.

"Itu... apa sih namanya tadi ?!" Ucap Cyla sambil mengerutkan keningnya berusaha mengingat hal yang baru saja terlintas di kepalanya.

"Salah lo nih Sher, gue jadi lupakan !" Ucap Cyla sebal.

"Lah, kok salah gue ??? Kan lo yang lupa !" ucap Sherly tambah bingung.

"Ya salah lo lah. Gue kayak gini karena ketularan penyakit pikun lo tau" ucap Cyla makin sebal.

"Ye...emang lo yah" sindir Sherly.

"Ya udah, lanjut jalan aja lagi" sebal Cyla yang sudah sedikit meredah.

"Ya udah" ucap Sherly ringan.

          Kemudian mereka berlalu dengan cepat, dengan Cyla yang masih berusaha berpikir.

"Ini pak sotonya" ramah Cyla.

"Wah....makasih atuh neng" riang pak Dadang.

"Sama - sama, eh... ini bukan dari saya kok tapi dari Kak Reihan" jawab Cyla cepat.

"Oh... kalo gitu sampein terima kasih bapak sama nak Reihan yah" ucap pak Dadang sambil tersenyum ramah pada Cyla.

"Nanti saya sampein kok pak" ucap Cyla sambil membalas senyum ramah pak Dadang. Kemudian memberikan salam lalu berjalan menjauh meninggalkan pak Dadang dengan tugasnya sebagai OB.

"Ah... akhirnya gue inget" lega Cyla.

"Inget apaan ???" Bingung Sherly.

"Itu... kenapa kak Reihan suruh beli soto trus kasih pak Dadang coba ??? Bukannya kakak yang satu itu cuek banget ya ???" Tanya Cyla bingung.

"Iya sih... tapi kita kan gak bisa menilai seseorang dari satu sisi doang" bijak Sherly.

"He...he..." kekeh Cyla.

"Apaan sih kok malah ketawa ???" Bingung Sherly.

"Tumben aja muka lo serius banget trus bijak lagi" jawab Cyla.

"Emang biasanya aku kayak gitu, lo aja yang gak merhatiin" balas Sherly.

Jangan lupa vote, share dan komennya
😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang