9th: Communication

573 229 1
                                    

Suffering in Happiness — © locked-pearl

Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki

romance. friendship. hurt. comfort. NTR.

~

"

Sekarang, cepat katakan apa yang ingin kau bicarakan."

Usai memenuhi dahaga, Kise menyeka keringatnya. Olahraga Sabtu pagi, mendekati penghujung musim gugur tidak buruk juga.

"Tapi ini berhubungan dengan Midorimacchi."

"Ck. Justru itu. Cepat katakan. Aku masih harus mempersiapkan ujian semester."

Kise menarik napas panjang. Keadaan sekitar tidak stabil. Kadang seorang ibu yang mengomeli anaknya, kumpulan anak saling melempar lelucon. Hah, lapangan ini panas-dingin juga ya. Setidaknya cuaca cerah pagi ini yang mengimbangi semuanya.

Kalbu. Ya, semoga saja ikut berperan.

Menghembus napas perlahan, ia tidak boleh ragu sampai ini. "Apa kau menyukai [Name]cchi?"

Memejam mata tetiba. Satu. Dua. Tiga.

Lawannya sudah menduga pertanyaan ini. "Kupikir kau bisa menebaknya. Ehm—begini, bukan maksudku jawabannya positif. Tapi—"

Tawa menyembul dari bibir lawan bicaranya. "Cukup, Midorimacchi. Kau terlihat lucu sekali." Tangannya terangkat merangkul, tentu saja segera dilepas oleh Si Kacamata. Wajahnya memerah nyata.

Kacamata dibenarkan kembali. "Ini tidak adil. Kau juga harus mengatakan perasaanmu." ejek Midorima.

"Hah, sejak kapan kau mengatakannya? Memangnya tadi kau bilang menyukai [Name]?"

(Iya, secara tidak langsung. Dan ini tidak aci).

Midorima mendapat trik hukum alam. "Apa kau menyukai [Name]?"

Hm, benar. Masih ada cara ini. Memutarbalikkan pertanyaan.

"Iya."

Seringai terbentuk di atas rahang tegas Midorima Shintarou. Opininya telah menjadi fakta.

"Kalau begitu, ... Kau tahu seberapa merepotkannya dirimu ini untuk disukai gadis?"

Pertanyaan ini menghempas Kise ke ruang-ruang kosong memori.

"Maaf, ... Midorimacchi."

Menghela napas. "Kenapa harus maaf?"

Jemarinya bergerak mengambil bola oranye dari tanah. "Ya sudah, terima kasih."

"Untuk apa kau berterima kasih padaku?"

Pandangannya beralih menatap letih. "Tuh, kan. Dua-duanya salah."

Bola basketnya dipantulkan sambil duduk.

"Di saat menyadari ini, aku merasa menjadi cowok brengsek. Menyangkal perasaannya, terus pula memberi perhatian. Kenapa aku takut memiliki perasaan lebih padanya? Tanyaku dalam diam.

Ketika memikirkan Midorimacchi—"

"—Mengapa kau repot-repot memikirkanku?"

(Terjemah: Apa benar kau memikirkanku? Sedikit senang rasanya).

Kise tersenyum. "Karena ada suatu peristiwa yang membuatku memikirkan itu."

Helaian daun melewati wajah mereka, minta perhatian.

𝐬𝐮𝐟𝐟𝐞𝐫𝐢𝐧𝐠 𝐢𝐧 𝐡𝐚𝐩𝐩𝐢𝐧𝐞𝐬𝐬 - kise/reader/midorimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang