Sanya Pratham baru saja mendengar palu itu dihantamkan sebanyak tiga kali. Yang ia dengar kemudian adalah keheningan. Tidak ada yang bersuara sebelum hakim sidang itu berdiri dan menyatakan bahwa sidang hari ini telah selesai. Riuh kemudian, semua membubarkan diri, dan ia masih diam di tempat.
Tersangka dinyatakan tidak bersalah. Mengingat kalimat itu lagi, telinganya seolah berdenging dan tubuhnya semakin kaku.
Saksi satu-satunya yang ia harapkan bisa memperkuat tuntutannya sama sekali tidak membantu. Adik perempuannya, Modya Pratham, tidak mengeluarkan satu patah kata pun ketika duduk di bangku saksi. Dari pertama duduk, gadis itu hanya menunduk dan tidak menghiraukan pertanyaan jaksa penuntut, sampai semua menyerah dan membiarkannya kembali ke tempat peserta sidang.
Sanya masih bergeming, saat Modya sudah dipapah oleh Tedi untuk keluar ruangan. Gadis berusia 25 tahun itu merasa sedang duduk di sebuah puncak gunung es, buku-buku jarinya sudah membeku dan memutih dari beberapa menit yang lalu. Dan sekarang, usaha pertama yang ia lakukan untuk bergerak adalah memaksa jemarinya yang kaku untuk meremas ujung rok.
Apa yang akan terjadi setelah ini? Ayahnya meninggal dunia 2 minggu yang lalu, jatuh dari ujung tangga rumah. Seseorang yang selalu bersama ayahnya, orang kepercayaan ayahnya, Alden Abhigyan, yang ia tuduh sebagai tersangka utama saat kejadian itu, kini sudah dinyatakan tidak bersalah. Pria itu adalah orang yang berada di tempat kejadian selain Modya, yang ia dianggap sebagai seseorang yang paling berpotensi sebagai tersangka. Sanya yakin, kejadian itu bukan murni kecelakaan karena ayahnya yang terjatuh saat menaiki anak tangga di rumah. Ada alasan yang perlu dibuktikan, lebih dari sekadar terpeleset seperti yang seorang Alden Abhigyan jelaskan sebelumnya.Modya, adik perempuannya, kini berubah menjadi gadis aneh dalam waktu 2 minggu ke belakang. Sejak kejadian itu, setelah Modya melihat ayahnya meninggal dalam dekapannya dengan berlumur darah di kepala, Sanya seolah tidak mengenali adiknya sendiri. Modya adalah gadis riang, yang senang mengecup pipi ayahnya ketika berangkat sekolah, gadis penurut yang selalu pulang sekolah tepat waktu dan menghabiskan waktu sorenya untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar. Yang jelas, sangat bertolak belakang dengan Sanya, Si Pembangkang dan Pembuat Onar. Pada dasarnya mereka memang bukan kakak beradik yang akrab, tidak pernah mengobrol bahkan jarang bertegur sapa. Tapi Sanya sangat tahu bahwa Modya adalah gadis ceria yang ekspresif, bukan gadis yang hanya bisa mengurung diri di kamar seharian.
Ibunya, Natalia Pratham, kini tidak diketahui kabarnya sama sekali. Sejak kejadian 2 minggu lalu, ia menghilang. Apa yang wanita itu lakukan saat ini ketika seharusnya ia menangis tersedu-sedu dan ikut menenangkan kedua putrinya di depan makam mendiang suaminya? Sejak ayahnya masih hidup, ibunya itu memang tidak bisa dikatakan sebagai istri idaman. Ibunya tidak pernah menyiapkan segelas air minum untuk menyambut suaminya saat pulang bekerja, tidak pernah menyiapkan sarapan atau pun makan malam untuk suami dan dua anaknya, selalu mengandalkan pelayan rumah yang membereskan semua kebutuhan suami dan anaknya.Untuk apa kita punya 9 pelayan yang berkeliaran di rumah kalau mereka masih membuat aku mengerjakan salah satu pekerjaan rumah? Ibunya selalu berkilah demikian. Satu lagi, ia tidak pernah ikut serta ketika suaminya harus pergi tugas ke luar kota atau luar negeri, ia lebih memilih diam di rumah untuk mengejar tas branded keluaran terbaru bersama teman-temannya dan menghabiskan uang untuk berlibur—sibuk membobol gold credit card yang diberikan suaminya. Dan sekarang, ketika suaminya meninggal dunia, wanita itu tidak muncul sama sekali. Hebat?
Sanya mendorong tubuhnya untuk berdiri saat semua orang sudah tidak berada lagi di dalam ruang sidang. Kakinya masih bergetar saat melangkah keluar dari rongga bangku peserta sidang. Dan sesaat setelahnya, telinganya menangkap sebuah suara yang sangat tidak asing, suara yang ia kenali, suara yang sangat hangat, dan dulu—sebelum ayahnya tiada—sangat ia sukai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light in A Maze [Sudah Terbit]
Romance[Sudah terbit dan bisa didapatkan di Gramedia dan toko buku terdekat atau WA ke nomor : 0857 9702 3488] Sanya Pratham Pria itu suamiku, katanya. Aku tidak ingat, tetapi semua orang di dekatku berkata begitu. Itu yang membuatku gelisah, karena saat m...