Sebuah tantangan dari Geschichte_
Enjoy!
***
Aku bukanlah gadis biasa berumur 16 tahun. Namaku Ara, dan aku adalah pengantar pesan dari mereka yang tak bisa kau lihat secara kasat mata. Jika di siang hari aku adalah pelajar kelas sebelas SMA yang populer, maka di malam hari peranku berubah menjadi Pengantar Pesan.
Semua berawal sepuluh tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku TK. Aku hanyalah gadis kecil periang dan punya banyak teman. Ibu, Ayah juga Kakakku sangat menyayangiku. Masa kecil yang cukup bahagia.
Namun siang itu, Ayah terlambat menjemputku. Aku yang bosan akhirnya memilih bermain di taman. Tapi tidak ada yang menemani, mengingat semua teman-temanku sudah pulang. Aku yang kesepian memilih untuk duduk di ujung perosotan. Hingga seorang anak seumurku tiba-tiba muncul dan berdiri di sampingku.
“Kamu kesepian? Mau aku temani?” tawar gadis dengan rambut berkepang itu. Ia tersenyum ke arahku, dan aku langsung mengiyakannya. Namanya Julia. Kami berdua pun bermain sepuas kami. Aku amat senang, bahkan menawarinya untuk menjadi salah satu temanku. Dan ia langsung menyetujuinya.
“Bisakah kau membantuku? Kau ‘kan temanku sekarang.” Ia memelas padaku. Aku mengangguk. “Aku tidak bisa berlama-lama disini. Aku ingin kau menyampaikan sesuatu pada Bu Joan. Kau mengenalnya?” aku menggeleng.
“Kalau begitu, ikut aku!” ajaknya langsung berlari meninggalkanku, dan aku langsung mengejarnya. Ia berhenti di sebuah gang kecil. Dan aku mendapati seorang wanita dengan rambut sebahu, menangis di ujung lorong itu. Julia menunjuk ke arah perempuan itu. “Dia adalah Bu Joan. Tolong sampaikan padanya, aku amat menyayanginya, dan aku sudah bahagia. Bilang padanya untuk berhenti menangisiku, karena aku sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang.” ujarnya. Aku mengangguk dan langsun menghampiri wanita itu.
Tanpa mengurangi sepatah kata pun, aku menyampaikan pesan itu. Yang membuatku terkejut adalah wanita kembali menangis dan memelukku. “Terima kasih, Nak.” ucapnya di sela-sela tangisan. Aku hanya mengangguk, dan keluar dari lorong itu untuk menghampiri Julia.
Tapi aku tak bisa menemukannya. Aku takut tersesat. Namun saat aku mulai putus asa, Julia datang menghampiriku. “Tugas pertamu selesai. Terima kasih, Ara. Sekarang, kau adalah Pengantar Pesan.” Itu kata-kata terakhirnya sebelum mengajakku pulang. Ia menemaniku hingga aku sampai di rumahku. Ibu dan Ayah menyambutku dengan wajah yang amat khawatir. Mereka mencemaskanku karena tak dapat menemukanku di sekolah.
“Siapa yang mengantarmu pulang, Sayang?” tanya Ibu lembut, sesekali mencium rambutku.Aku langsung menunjuk ke arah Julia yang tersenyum riang, “Dia, Bu."
Sementara Ibu dan Ayah hanya mengernyit heran.
Sejak saat itu, Julia menjadi sahabatku. Sahabat yang tidak pernah dilihat oleh orang lain, kecuali kakakku.
"Kakak bisa lihat Julia. Kenapa Ibu sama Ayah nggak bisa?" keluhku pada Kak Aro, kakak laki-lakiku. Ia hanya tersenyum hangat padaku, dan mengacak-acak rambutku dengan lembut.
Ia melanjutkan pr matematikanya. Sambil menulis ia berkata padaku, "Tidak apa-apa. Mungkin Julia malu untuk bertemu dengan Ayah dan Ibu."
Tapi Julia menggeleng. "Aku tidak mau bertemu dengan mereka." ucapnya dengan nada yang menyeramkan. Aku ketakutan, dan langsung memeluk kakakku. "Mereka jahat padaku. Mereka bilang aku hanyalah teman khayalanmu. Padahal Kak Aro juga bisa melihatku! Aku ini nyata" Ia berseru. Kak Aro langsung menatapnya tajam, tapi Julia mengabaikannya.
Aku tidak mengerti mengapa Kak Aro bersikap seperti itu. Aku baru paham beberapa minggu kemudian. Saat keluargaku berpiknik di pantai bersama Paman Ali, Tante Ste, dan Bal (anak mereka).
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Untuk Ara [COMPLETE]
Short StoryAra adalah namaku. Aku adalah siswi SMA yang biasa saja saat siang. Tapi saat malam tiba, aku punya pekerjaan tersendiri. Ya. Aku bisa melihat apa yang tidak nampak secara kasat mata bagi kalian, dan akulah Si Pengantar Pesan. . . . Note: sebuah tan...