🔹Harapan🔹
Aku mengerti dan ku mohon padamu, agar bisa bersabar lebih lama.
Semua cerita itu adalah skenario yang Tuhan berikan, kita hanya pemain. Lalu untuk apa kita mengeluh? Sungguh tidak ada gunanya.
Aku paham. Kamu sangat menyayanginya. Tapi, kamu juga harus tau. Kamu hanya perlu menunggu akhir cerita itu, apakah berakhir menggembirakan atau justru malah mengecewakan?
Kamu hanya bisa berharap. Tidak boleh menyalahkan. Apalagi kamu menyalahkan Sang Pencipta semesta ini. Jika kamu seperti itu, maka kamu termasuk orang yang melampaui kodrat.
Kamu sangat menyayanginya lebih dari apapun, aku pun mengetahuinya. Aku sangat mengetahuinya. Sinar itu kini redup. Aku melihatnya dari sorot matamu. Sekali lagi, semuanya kelabu. Di depanku, kamu berusaha tegar, tapi aku yakin, kamu sangatlah rapuh. Kamu masih bisa tertawa, tapi aku yakin, di belakangku kamu pasti sering menangis kan? Dari sini, aku selalu berdo'a yang terbaik untuk orang yang kamu cintai.
“Everything gonna be alright,” batinmu selalu bergetar kala mengucapkan itu. Isakmu yang tidak bisa ditahan dan akhirnya pecah menjadi air mata. Mata sembab, kepala pening, tidur tidak nyenyak. Kamu selalu berpikir hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada dia. Tolong, berhentilah memikirkan sesuatu hal yang buruk. Kamu yakin kan bahwa dia kuat?
Aku tahu kamu menyayanginya bukan?
Akan ku jelaskan. Sekarang dimana posisimu? Kamu yang sedang mencari berlian, bukan menunggu batu di tepian pantai. Jadi, kuharap kamu harus mengerti, cara mendapatkan berlian berbeda dengan cara mendapatkan batu. Berlian itu berharga. Disini pantai adalah ketidak pastian yang selalu menghujani kamu. Kadang berombak dahsyat kadang surut.
Sampai akhirnya dia pergi. Pergi jauh meninggalkanmu. Meninggalkan kita semua.
Dan kalian bisa menebak, bahwa cerita itu berakhir mengecewakan.
Kamu takut? Oh ayolah. Semua orang di sisimu. Kecuali aku, cih.
Aku malu. Kamu yang membutuhkanku, tapi aku pergi entah kemana bahagia dengan hidupku sendiri, padahal kamu, kamu membutuhkanku. Kamu butuh aku di sampingmu.
Maaf.
Aku seperti saudari yang tidak pecus. Kamu kehilangan seseorang, tapi aku? Aku malah mengabaikanmu. Bukan, bukan maksudku sengaja mengabaikanmu, tapi, duniaku lebih ramai daripada duniamu. Aku sampai bingung, konsentrasiku selalu terbelah menjadi dua. Aku yang memikirkan perasaanmu. Dan aku yang memikirkan duniaku.
Semua orang sampai bilang, “Hah sahabat macam apa itu? Sahabatnya masih dirundung duka, kau malah asyik dengan duniamu sendiri,” atau kata-kata seperti, “Kau tidak menjenguknya?” semua kata-kata itu selalu saja menusukku begitu dalam. Orang-orang memandangku dengan tatapan, “Katanya sahabat, kok sahabatnya sendiri masih kena musibah, malah seneng-seneng aja.”
Aku paham dengan tatapan itu. Aku sangat memahami jika orang-orang menganggapku seperti itu. Benar, kalian boleh mengatakan aku adalah orang yang tak berguna, orang yang tak tahu diuntung, orang yang berhati baja. Tapi, sungguhlah, aku bukan seperti yang kalian pikirkan.
Namun aku mengakui bahwa aku salah. Sampai aku berpikir, “Kau tidak berguna!” batinku pada diriku sendiri. Apa-apaan ini? Aku sama sekali belum melihatmu. Mau ditaruh dimana mukaku ini? Maafkanlah aku, saudariku. Dan terimakasih sudah mau menjadikan aku yang seperti ini menjadi sahabatmu.
Aku pun kadang tidak sanggup jika melihatmu menangis, oh sudahlah tidak usah menangis. Namun, bila menangis membuatmu lega, ku mohon menangislah sekuat-kuatnya, luapkan semuanya.
Aku menyayangimu. Kamu saudariku. Dan, untukmu, aku hanya mampu berkata sekali lagi, ini saja, mohon sayang, bersabarlah.
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Himpunan Sajak
Поэзия[#160 in Poetry 24/05/2017] [#354 in Poetry 05/05/2017] [#376 in Poetry 06/05/2017] [#676 in Poetry 07/05/2017] [#349 in Poetry 08/05/2017] [#574 in Poetry 09/05/2017] ••• Semuanya aku tuangkan disini. Mulai dari perjalanan hidup, pengalaman raga, d...