.
.
.
.
.
Taehyung mengintip dari luar jendela ruang OSIS. Jungkook tampak sedang duduk di kursi kebesarannya, menatap serius ke monitor. Taehyung menggigit bibir, menimbang-nimbang apakah ia perlu masuk. Taehyung lantas teringat kejadian kemarin, saat Jungkook berusaha memberitahu teman-teman sekelasnya tentang petisi pengayaan. Menurut Taehyung, usahanya memang sia-sia. Makanya Taehyung tidak berkata apa pun pada Jungkook.
"Disuruh mata-matain sama siapa?" tanya Jungkook, membuat Taehyung terlonjak kaget. Taehyung menoleh pada Jungkook yang sudah bersandar di pintu, lalu nyengir kaku.
"Hai," katanya sambil melambai. Jungkook sendiri hanya menatapnya datar. "aku bukan mata-mata kok."
Jungkook menghela napas, lalu kembali ke kursi kebesarannya. Taehyung menatapnya ragu, tapi melangkah masuk juga. Sekarang Jungkook sudah sibuk mengetik, jadi Taehyung hanya menarik kursi dan duduk tanpa bersuara, sambil memandanginya.
"Yoongi mana?" tanya Taehyung hati-hati.
"Belum keliatan," jawab Jungkook pendek dengan mata masih terpaku pada monitor. Taehyung mengangguk-angguk, lalu menatapnya lagi.
"apa kau pikir Yoongi juga tidak mendukung keputusan mu?" kata Taehyung berusaha membaca pikiran Jungkook lagi. Sesaat tangan Jungkook berhenti di udara. Beberapa detik berikutnya, ia kembali mengetik.
"Itu hak dia," jawabnya singkat. "Menurutku tidak. Mungkin Yoongi hanya kecewa karena kau tidak pernah memberi tahu dia tentang petisi itu." kata Taehyung, membuat Jungkook mengalihkan pandangan dari monitor untuk menatapnya.
"Menurut mu begitu?" tanyanya membuat Taehyung mengangguk. Jungkook ikut mengangguk-angguk.
"Kalau kau, bagaimana?" Taehyung terdiam, kemudian mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk berpikir.
"Kalau aku... mungkin sama dengan teman-teman yang lain," jawab Taehyung tanpa melihat Jungkook. "Masa depan ku tidak di tentukan dari lulus atau tidaknya aku dari sekolah ini." Jungkook terdiam sebentar sambil menatap pemuda cantik di depannya itu.
"Bukannya kau bilang mau jadi penulis scenario?" pancingnya, membuat Taehyung menoleh cepat.
"Itu... lupakan saja kalau aku pernah ngomong begitu," elak Taehyung. "aku cuma asal ngomong."
Jungkook menatapnya lama. "kau mau selamanya jadi pelacur?" tanyanya, membuat Taehyung menatap Jungkook tajam. Tapi detik berikutnya, ia tersenyum.
"Tidak," jawab Taehyung mantap. "aku mau jadi istri orang kaya. Terserah istri berapa juga."
Jungkook melongo mendengar jawaban Taehyung, tapi kali ini tak bisa tertawa seperti dulu. Jungkook merasa kali ini Taehyung serius mengatakannya. "Tidak perlu lulus SMA, kan, biar bisa jadi itu?" kata Taehyung lagi, lalu terkekeh sendiri.
Jungkook menghela napas, lantas melirik monitor, Taehyung sudah menarik kursi tepat ke depan meja Jungkook dan bertopang dagu di sana. "Tapi aku sudah berpikir. aku mau mendukung mu kok," kata Taehyung, membuat Jungkook menoleh.
Sesaat perhatian Jungkook teralihkan oleh pipi Taehyung yang memerah karena alami dan bulu matanya yang lentik, tapi lalu ia menatap mata Taehyung. "Maksud mu?" tanya Jungkook, bingung dengan pernyataan Taehyung tadi.
"Yaa... aku mau-mau saja tanda tangan petisi itu," kata Taehyung. "Walaupun mungkin bagi ku belajar tidak berguna, bagi mu dan Yoongi pasti berguna." Jungkook menatap Taehyung lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
OUR STORY [MinYoon-KookV] ✅
FanfictionMin Yoongi tak pernah menyangka, kembalinya ke kota kelahiran sang ibu akan membawanya bertemu dengan sang preman Park Jimin, pemuda cantik sang penghibur Kim Taehyung serta tuan normal Jeon Jungkook. Dia tidak pernah menyangka.. . [MinYoon - KookV...