4

898 45 0
                                    

Abel membelalakan matanya kaget.
"Lo gila ya? ga ah ganti-ganti" ucap Abel pada Gita
"Sportif dong bel" ucap Luna
"Tapi ga gitu juga dare nya, lo berdua kan tau dia gimana. Kalo ngajak yang lain sih gue berani, tapi kalo yang satu ini gua up deh" ucap Abel pasrah
Entah kenapa nyali Abel kecil saat berhadapan dengan Dimas, apalagi jika Dimas menatapnya dengan manik tajamnya. Dan sekarang dia malah disuruh mengajak Dimas jalan, itu membuat nyali nya semakin kecil.
"Kemaren aja lo berani minta tumpangan sama dia, masa ngajak jalan ga berani" cibir Luna
"Ya itu mah terpaksa kali" ucap Abel
"Ya coba aja dulu, siapa tau dia malah luluh sama lo nanti. Kalo lo tetep gamau, dare nya gue tambah nih" ancam Gita
"Jangan jangann. Iya deh gue coba" Abel pasrah
"Tapi gue kan gaada kontaknya" ucap Abel
"Lo ngomong langsung aja nanti" usul Luna
Abel hanya menganggukan kepalanya

_oOo_

Kantin terlihat sangat ramai. Dan di sudut kantin terlihat ada Abel dan teman-temannya yang sedang makan
"Eh kasih tips move on dong buat temen gue yang satu ini" celetuk Gita sambil menyikut lengan Abel
"Hari gini belum move on juga bel?" Ucap Panji terkekeh
Abel tak merespon apapun.
"Susah sih ya kalo udah terlanjur sayang" ucap Bayu
"Apalagi ditambah tadi Abel di chat lagi sama mantannya itu" ucap Luna
"Udah bel, masih banyak laki-laki di luar sana yang lebih baik dari dia. Jangan stuck di masa lalu terus, life must go on" ucap Panji
"Tumben bener lo" Ledek Abel
"Gatau nih, otak gue lagi lurus kayanya" jawab Panji
"Eh iya ngomongin mantan, lo punya mantan berapa Dim?"

Semua mata menatap ke manik tajam Dimas
"Gaada" jawabnya singkat
"Hah?? Lo belum pernah pacaran?" Tanya Gita heboh
Dimas hanya menggedikan bahunya
"Wah kalo gitu kita jodohin aja sama si Abel" usul Bayu
"Eh apa apaan lo ko jadi gue?" Tanya Abel
"Lo berdua kalo diliat-liat mah cocok juga" ucap Panji
"Tuh kan panji aja sepemikiran kaya gue" ucap Gita

Abel menatap Dimas yang entah dia mendengar atau tidak saat teman-temannya menjodoh-jodohkan mereka. Lebih tepatnya seperti terlihat tidak peduli.
"Gimana Dim?" Tanya Bayu
"Ga tertarik" padat, singkat, namun nyelekit dihati Abel
"Siapa juga yang mau sama cowo es kaya lo" jawab Abel sinis
"Eh udah udah, tar pada suka beneran baru tau rasa lo" ucap Luna

Waktu tak terasa sudah menunjukkan pukul 12 siang dan murid-murid SMA Garuda Bangsa terlihat berhamburan keluar kelas untuk pulang.
"Bel jangan lupa utang main ToD lo ya" ucap Gita mengingatkan
"Iyaa bawel" jawab Abel
Saat mereka menyusuri koridor sekolah yang telah sepi, Abel melihat Dimas yang sedang berjalan menuju parkiran.
"Eh bel itu Dimas, samperin gih" ucap luna sambil menyikut lengan Abel
"Yaudah kita balik duluan yaa, good luck Abel" cengir Gita

Abel berjalan dengan ragu untuk menghampiri Dimas. Namun, akhirnya dia memberanikan diri untuk menjalankan tugasnya itu.
"Dim!" Panggil Abel
Dimas menoleh lalu menatap Abel dengan manik tajamnya. Abel yang ditatap pun memberanikan diri untuk membalas tatapan itu.
"Lo..mau..pulang ya? Ucap Abel sedikit gugup
"Menurut lo" jawab Dimas dingin

Ibunya ngidam apa sih ya anaknya ngeselin banget, kalo bukan karna ToD gue juga gamau, batin Abel

"Mm.. Dim hari ini..lo ada acara ga?" Tanya Abel hati-hati
"Bukan urusan lo" ucap Dimas ketus
Sabar bel sabar, batin Abel
"Gue..anu..itu.. mau ngajak lo jalan" Abel menunduk sambil memejamkan matanya karena takut akan respon Dimas.
"Gue sibuk" jawab Dimas
"Oh..gitu ya, yaudah deh" Abel langsung pergi meninggalkan Dimas. Ia merutuki dirinya sendiri, sudah ia duga pasti Dimas akan menolaknya.
"Ish bego banget si lo bel" Abel menepuk jidatnya

Abel berjalan menuju halte yang tak jauh dari sekolahnya. Saat ia sedang menunggu angkutan, tiba-tiba saja ada 2 orang lelaki yang berjalan mendekatinya
"Hai cantik, ko sendirian?" Tanya dari salah satu lelaki tersebut
Abel mundur beberapa langkah untuk menjauh.
"Gausah takut neng, kita ga jahat ko" kedua lelaki tersebut mencoba menyentuh Abel
"Kalian mau apa?" Abel menepis tangan lelaki tersebut
"Kita mau kamu. Ikut yuk sama kita" lelaki tersebut mencoba menyentuh lengan Abel lagi
"Jangan kurang ajar ya, atau gue teriak" ancam Abel berani, meskipun jauh dalam hatinya ia sangat takut
"Wih dia coba ngancem kita, ga bakal ada yang nolongin kamu disini" ucap lelaki tersebut. Keadaan disekitar halte tersebut memang sepi, namun Abel tetap berdoa semoga ada seseorang yang menolongnya.

Tangan Abel dicekal oleh kedua lelaki tersebut. Abel berusaha melepaskannya, namun tenaga lelaki tersebut terlalu kuat. Hingga akhirnya Abel menendang selangkangan salah satu lelaki tersebut dan mencoba lari namun tangan ia kembali di cekal oleh lelaki yang satu. Abel berteriak meminta pertolongan sambil menahan tangisnya
"Tolongggg" teriak Abel
"Lo gabakal bisa lari dari kita" ucap preman itu
"Tolonggggggg" teriak Abel lebih keras

Dari kejauhan terdapat sosok laki-laki sedang mengendarai motornya keluar dari gerbang sekolah. Ia mendengar teriakan minta tolong, namun tak menemui siapapun. Hingga akhirnya matanya menemui perempuan yang sedang mencoba melepaskan tangannya dari preman yang mengganggunya

Bukannya itu Abel? Batin Dimas
Ia langsung menancap gas menuju halte untuk menolong Abel.
"Lepasin!" Ucap dimas
"Siapa lo?" tanya lelaki tersebut
"Ga penting. Lawan gue kalo berani" tantang Dimas
"Dia nantangin kita bos" ucap lelaki tersebut
"Mundur Bel" perintah Dimas

Burghhh

Satu pukulan dari Dimas melayang di pipi salah satu lelaki tersebut. Lelaki tersebut pun membalas pukulan Dimas, namun Dimas dapat menghindar. Saat Dimas ingin melayangkan kembali pukulannya, namun lelaki tersebut dapat menghindar sehingga pukulan Dimas melesat ke aspal.
Abel yang melihat perkelahian tersebut hanya bisa menutup matanya sesekali. Dimas pun tak menyerah, ia terus melawan preman-preman itu dan akhirnya mereka menyerah lalu melarikan diri.

Dimas terlihat kelelahan melawan preman-preman yang memiliki badan yang cukup besar tersebut.
"Lo gapapa?" Tanya Dimas yang tetap dingin pada Abel
"Harusnya gue yang nanya, lo gapa-" ucap abel terpotong saat melihat tangan Dimas terluka
"Tangan lo luka" Abel memegang tangan Dimas
"Cuma luka kecil" ucap Dimas
"Luka kecil gimana? Jelas-jelas parah kaya gini. Yaudah sekarang lo tunggu di halte, gue mau beli obat dulu" ucap Abel
"Gaus-" ucap Dimas terpotong sebab Abel langsung menyela
"Sstt udah, gue ga nerima penolakan" perintah Abel

Abel kembali dengan membawa kantung plastik yang berisi obat.
"Mana tangan lo" ucap Abel
Ia membersihkan tangan Dimas terlebih dahulu, lalu mengobatinya dengan obat merah dan membungkusnya dengan perban. Dimas hanya diam tak bergeming. Ia memperhatikan wajah Abel yang sangat serius mengobatinya dan tanpa Abel sadari Dimas tersenyum melihatnya.
"Udah selesai" ucap Abel
"Thanks" ucap Dimas singkat
"Harusnya gue yang bilang makasih, kalo gaada lo gue gatau gimana jadinya" ucap Abel
"Makanya jangan kecentilan jadi cewe" ucap dimas pedas
"Ish siapa juga yang kecentilan, mereka nya aja tuh yang genit" Abel membela diri
"Ayo balik" ajak Dimas
Abel kaget mendengarnya, dia tak menyangka Dimas mengajaknya pulang bareng?
"Lo ngajak gue?" Abel tak percaya
"Gamau yaudah" Dimas mengambil kembali ajakannya
"Eh iya iya" ucap Abel

Lagi-lagi tak ada percakapan apapun di perjalanan pulang. Abel hanya diam menatap objek-objek dipinggir jalan.
Sesampainya dirumah Abel
"Mm.. Dim sekali lagi makasih ya" ucap Abel
Dimas hanya menganggukan kepalanya. Ia langsung memakai helm dan menyalakan motornya. Namun, tiba-tiba saja Dimas berkata
"Nanti gue jemput jam 4" dan langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Abel.

Jangan lupa vomments yaa :))

Ice PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang