Jelita memasuki sebuah cafe yang tidak jauh dari tempatnya bekerja. Matanya mengedar ke sekeliling, mencari seseorang. Sejurus kemudian ia tersenyum saat melihat seorang pria melambai ke arahnya. Jelita pun menghampirinya.
"Hai, udah nunggu lama ya?" Tanya Jelita mulai mendudukkan dirinya pada bangku yang tersedia.
"Enggak, sayang. Gimana kerjaan kamu hari ini?" Tangan pria itu mulai menggenggam tangan Jelita yang berada diatas meja.
Jelita tersenyum. "Lancar kok. Cuma ya hari ini banyak pelanggan jadi ya agak capek juga."
Ya, Jelita bekerja sebagai juru masak di salah satu restoran Italia. Membuat wanita itu harus bekerja ekstra karena restoran tempatnya bekerja itu banyak sekali pelanggannya. Kesibukan itulah yang membuat Jelita dan kekasihnya jarang bertemu.
Namun rasa lelah Jelita hari ini seolah terbayar setelah melihat wajah pria dihadapannya. Pria yang sudah mengisi hari harinya satu tahun terakhir. Pria yang bisa menerima dirinya apa adanya.
"Oh iya, kenapa kamu ngajak ketemuan tiba tiba?" Pria itu mulai to the point atas maksud Jelita yang meminta untuk bertemu.
Jelita menghela napas pelan. Mungkin akan terdengar aneh jika wanita yang memulai. Tapi hal ini ia lakukan karena sudah tidak sabar ingin memiliki pria dihadapannya ini seutuhnya.
"Aku mau kita menikah."
Dan kalimat yang barusan dilontarkan Jelita itu sukses membuat pria itu terdiam kaku. Genggaman tangan pria itu pun mulai melonggar. Jelita mengrenyit heran melihat perubahan raut di wajahnya.
"Ravi, kamu baik-baik aja kan?" Jelita melambai lambaikan tangannya dihadapan pria yang dipanggilnya Ravi tadi.
Jelita sempat berpikir apakah ada yang salah dengan ucapannya. Tapi sepertinya tidak ada. Toh ia hanya mengajak pria itu menikah dengannya. Bukankah itu tujuan mereka selama ini berhubungan sebagai kekasih?
"Vi, kamu kenap--"
"Maaf, Ta, aku nggak bisa."
Dan sekarang giliran Jelita yang terdiam. Mencoba mencerna ucapan Ravi barusan.
"Aku nggak bisa nikah sama kamu, Ta."
Jelita menatap tidak percaya kearah pria dihadapannya. Satu tahun menjalin hubungan, bukankah itu waktu yang cukup untuk bisa saling mengenal satu sama lain. Cukup untuk percaya kalau mereka memang pantas untuk ke jenjang yang lebih serius. Tapi kenapa Ravi menolak ajakannya untuk menikah? Apakah satu tahun belum cukup? Pikirnya.
"Kenapa nggak bisa? Apa kamu udah nggak ada perasaan sama aku lagi?"
Lagi lagi pria itu hanya diam.
"Apa kamu udah dijodohin?"
Jelita mengambil kesimpulan kalau Ravi dijodohkan karena disinetron yang sering ditontonnya, banyak pria kaya yang dijodohkan oleh orang tuanya. Ravi juga termasuk pria kaya karena dia merupakan direktur utama di perusahaannya. Bisa jadi orang tuanya menjodohkan Ravi. Itu yang dipikirkan Jelita.
Ravi menggeleng pelan. Jelita menatap sedih kearah pria itu karena tak kunjung memberi penjelasan atas penolakannya.
"Terus kenapa, Vi? Jelasin kenapa kamu nolak ajakan aku untuk menikah."
Mungkin disini Jelita terlihat sangat ingin menikah. Tapi itulah kenyataannya. Jelita ingin Ravi menjadi pendamping hidupnya. Ia sudah merasa cocok bersama Ravi. Jadi untuk apa menunda lagi?
"Aku belum siap menikah, Ta."
"Apa satu tahun belum cukup untuk kita bisa mengenal satu sama lain, Vi?" Jelita menatap Ravi dengan tatapan kecewanya. Jujur saja ia sedikit kecewa karena ekspektasinya tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya.
"Maaf, Ta..." Sesal pria itu.
"...dan aku mau hubungan kita sampai disini aja."
Jelita semakin kecewa dengan keputusan sepihak Ravi. Bagaimana bisa pria itu mengakhiri hubungan mereka hanya karena Jelita mengajak pria itu untuk menikah. Kalau memang belum siap menikah, Jelita masih bisa menunggu sampai pria itu siap. Tapi kenapa Ravi meminta untuk mengakhiri hubungan mereka?
"Vi, kamu nggak serius kan?" Jelita berusaha meyakinkan keputusan Ravi.
"Aku serius. Aku belum siap menikah, Ta. Aku masih pengen nikmatin masa muda aku, nikmatin karir aku yang lagi sukses suksesnya, dan aku juga masih pengen pacaran sama perempuan lain diluar sana. Jadi maaf, Ta, aku nggak bisa..."
"...kita sampai disini aja. Aku pergi dulu."
Setelah pamit, Ravi beranjak dari duduknya meninggalkan Jelita. Ravi menghampiri salah satu pria yang duduk tak jauh dari meja Jelita. Jelita tahu siapa pria itu. Dia adalah sahabat Ravi. Sebelum keluar, Jelita memergoki pria yang bersama Ravi itu menoleh kearahnya sekilas kemudian pergi.
***
Hello! Welcome to Want to Get Married!
Gimana? Kalian suka nggak?
Kalau ada kritik dan saran, bisa langsung tulis di kolom komentar ya!—Published on August 31th, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Want to Get Married
ChickLitL E T ' S G E T M A R R I E D ! Virgo Adhiatma. Pemuda berusia 28 tahun ini merupakan seorang dokter yang sukses. Virgo tidak pernah tertarik untuk menikah karena ia merasa dirinya sudah bahagia dengan kondisinya yang sekarang dan ia ju...