14 years later
"Alfiiinnn... jangan lari-lari nakk,,Duh Gustii" Lengikngan sosok wanita keibu-ibuan itu membuat kuping siapa saja yang mendengarnya pasti akan langsung menyumpah serapah si wanita tersebut.
Lah piye toh? Masih pagi adem gini yoh kok tereak- tereak kek orang datang bulan, eddan!!
Aahhh!!! Masih ingatkah kalian dengan sosok dua sejoli suami-istri muda itu a.k.a org tua si kembar manis tersebut? Nah tak salah lagi, lengkingan maut tadi itu merupakan teriakan dari si ibundanya si kembar manis tersebut.
Akhh yaa!.. bagaimana dengan kabar si manis-manis kita itu? iya si dua bocah kembar Alvin dan Meru, bocah yang dulu membuat sang ibundanya bentrok dengan si suster cantik tapi ganjen itu *eh....
Mungkin kalian menganggap bahawa si manis-manis ini menjadi sosok remaja yang manis, bersahabat, murah senyum dan entah apa yang ada didalam pikiran kalian.
Tetapi mereka berbanding terbalik dengan semua sifat yang di atas, remaja-remaja yang sekarang sedang menuju pubertas nya itu adalah pribadi yang kaku, cuek, dingin dan errr... agak berbeda. Maksud dari kata berbeda ini yaitu err..bisa di bilang aneh
Dan itulah yang harus dialami oleh si sulung kita Alvin. sosok yang selama ini mereka salah artikan, sosok yang mereke gunjing tanpa berfikir bahwa perkataan mereka akan menuai luka kepada sosok tangguh yang selama ini merawat si kembar, yaah siapalagi kalau bukan sosok orang tua mereka.
Tetapi balik lagi, itulah sifat manusia pada umumnya, saling menguliti satu sama lain, saling berlomba-lomba demi menjadi yang terbaik, akan tetapi percuma kau mendapat gelar terbaik itu, tetapi apabila etika dan sifat luar-dalam mu tidak pernah kau didik tinggi-tinggi seperti pendidikan yang kau tempuh sehingga mendapakan gelar terbaik tersebut.
~ ~ ~ ~ ~ ~ ~
Author pov
"Eru turun Eru, Avin di tinggal eru, sendirian eru" dengus si sulung tersebut. "eru main eru, sama avin eru. Eru main sama nenek tua itu eru?" ucap si sulung polos dengan kosa kata yang masih kurang bisa di pahami
Meru terdiam di tempat, terpaku, lidahnya kelu. Ternyata selama ini dugaannya tentang adiknya itu tidak meleset sedikitpun.
"Alviiiiiinnn!!!!!"
Baru saja meru ingin menyahut ucapan sang kakaknya tersebut, ucapannya terpotong oleh suara lengkingan paruh baya yang kini tengah bersedekap pinggang di depan mereka.
Oo'o matilah riwayat mu ru, gara-gara abang mu yang spesial itu, lagi-lagi kamu harus menerima hukuman yang kamu sendiri pun tidak tau apa kesalahan mu.
Meru pov
Bisa kulihat pelototan ibuku menuju ke arah..aku?? Serius aku? Bahh kenapa selalu aku?... -batin ku.
"Kamu initoh lee, ngertiin dong keadaan mas mu ini" cerocos sang ibu
Meru hanya ber 'hmm' ria, mau membela diripun percuma. Kata-kata yang akan terlontar dari mulutnya hanya akan memperkeruh keadaan.
"mah, avin salah, eru gak salah, avin lari mah, avin yang salah" bela sang sulung
"ciihh" gumam ku. sungguh aku muak, kalian berfikir aku membenci kakakku sendiri? jika benar, singkirkan pikiran kalian jauh-jauh tentang itu.
Sebenarnya aku muak dengan tingkah cengengnnya itu, muak dengan tatapan kasihan orang-orang terhadap dirinya. kakaku ini tidak gila paham? dia hanya lambat dalam merespon atau berbicara, dia sama halnya dengan anak kecil, jika diajarkan dengan sungguh-sungguh, maka aku yakin kakaku ini tidak akan kalah pintarnya dengan orang-orang di luar sana.
"alvin diemm!, ibu lagi bicara sama adek mu yang satu ini" ujar ibuku nampak kesal
"emang nya adek nya mas alvin siapalagi kalau bukan hanya aku, emang anaknya ibu ada 3 apa? atau jangan-jangan ibu lagi proses pembuatan ya sama bapak?" celetukku sok polos
Dan dari sini bisa kulihat sekilas pipinya ibu memerah bak tomat busuk, dan tanpa ku duga, si emek-emak tepos ini ehh salah salah maksudku itu ibuku ini langsung menjewer kedua telinga ku.
"Siapa yang nagajarin ngomong gitu hah? duh gusti kenapa toh anak-anak ku modelnya begini , yang satu polos gak tau apa-apa, dan satunnya lagi badung kayak gini" oceh ibuku yang sedang tampak kesal sekali.
"Eru sakit mamah, lepas mamah," ocehan kakakku tidak di gubris sama sekali oleh ibuku.
Oiya, mugkin kalian pada bingung kenapa dari tadi kakaku ini memanggil mama sedangkan aku sendiri memanggilnya ibu, karna dari kecil kami berdua sudah terbiasa manggil begitu, katanya kakakku sih lebih mudah ngucapin kata mamah di banding ibu.
Lah pie toh apa bedannya toh mas...
"Sekarang kalian berdua masuk, malu di liatin tetangga tuh, ayo-ayo!"
Setiap denger kata itu, entah kenapa emosiku selalu saja tersulut hingga ke ubun-ubun!
"Udah berapa kali meru katakan bu, emangnya mereka yang selama ini merawat kami? membiyayai kami? berjuang untuk kami?. Biarkan saja apa yang ada di dalam pikiran mereka, toh kami juga gak peduli, tapi kalau sampai mereka ngjelek-jelekin ibu di depan kami. Maap buk, meru gak bisa nurutin perintah ibu untuk diam. Meru gak akan segan-segan menjahit mulut mereka." ucapku dingin sambil melihat meraka satu-persatu .
Ibu hanya terdiam mendengar perkataan yang barusan terlontar dari mulutku. Tangannya terangkat dan akupun hanya diam menutup mata siap-siap menerima sebuah tamparan yang akan di layangkannya untukku, dan............
'Plukkk' tangan ibu bertengger manis di atas kepalaku. Badanku menegang, tak menyangka perbuatan manis yang akan ibu berikan kepada ku.
"Ternyata anak ibu udah besar, udah berani ngelindungin ibunya sendiri. Maaf karna dulu ibu pilih kasih terhadap kamu, tapi sunguh, rasa sayang ibu terhadap kamu sama Alvin sama-sama besar, tak akan pernah bisa ibu bandingkan. Bagi Ibu tak apa menerima cibiran dari mereka asalkan yang terpenting adalah kamu sama Alvin. Ibu mohon nak, jangan pernah malu karna ibu yang udah ngelahirin kalian, yang ngerawat kalian, sungguh dunia ibu hanya tinggal kalian berdua para malaikat kecil ibu" tangis ibu tersedu-sedu
Aku dan mas alvin yang mendengar perkataan ibu tersebut lantas langsung memeluk erat wanita hebat milik kami ini, sungguh tak ada niatan sedikitpun untuk berfikir ke hal tersebut. Dan bisa kurasakan bajunya ibu basah semua karna tangisan kami bertiga.
Aku berjanji dan berani jamin, bahwa akulah yang akan melindungi dua sosok berharga ini, ibu dan kakakku. Jika hanya karna umurku masih terbilang anak-anak, bukan berarti aku takut melawan dunia luar, sudah banyak yang aku ketahui yang mereka tak ketahui, salah satunya ialah mereka, yahh mereka yang kalian sebut dengan makhluk astral, makhluk tak kasat mata, dan mereka yang tak terlihat.......
To be continued.....
Heyo!!! Apa kabar kalian? Maaf kalau kelamaan, dan pendek pula.
Tetep tunggu chapt selanjutnya okey :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Difference
HorrorSelama ini mereka tumbuh bersama, keluar dari cabang bayi pun mereka bersama-sama. Tetapi seiring berjalannya waktu, orang tua mereka menyadari keanehan dari si sulung. Tetapi ada satu hal penting yang mereka lupakan, bahwa si bungsu pun tak mau k...