Naoch : 2. Kamu Belum Berubah

81 2 0
                                    

Sudah satu Minggu semenjak aku resmi menjadi sarjana teknik, dan itu berarti sudah satu Minggu juga sejak Liana kembali.

Sejak hari itu, hubunganku dan Sisil menjadi dingin. Kami terkesan baik-baik saja tapi sebenarnya saling menghindari. Jujur saja aku tak bodoh untuk mengetahui akar permasalahannya.

Tapi juga tak cukup berani untuk mengambil keputusan sepihak tanpa berfikir panjang. Karena aku tahu ini akan sangat tidak adil bagi Sisil dan sangat menyakitinya. Terlebih dia gadis yang sangat baik dan telah mengisi hariku selama 2 tahun terakhir.

Tok tok tok

"Masuk" ucapku

Mama terlihat murung ketika masuk, aku bertanya-tanya apa yang terjadi hingga mama terlihat begitu sedih.

"Ada apa ma?" Tanyaku kini beralih dari meja kerjaku ketepian kasur.

"Liana bilang Minggu depan, dia akan pergi lagi." Ucapan mama membuat hati Noach terasa begitu pedih terlebih ketika melihat mama meneteskan air matanya. Tapi ada yang bisa dikatakannya, Noach sendiri tak tahu apa yang harus dilakukannya.

"Noach, lakukan sesuatu mama gak mau Liana pergi lagi."

"Noach gatau mah harus apa, maaf"

"Mama tahu kamu anak mama, tapi mama gatau kalau kamu seegois ini. Apa kamu gatau? Kamu butuh Liana, bukan Sisil atau yang lain. Kenapa kamu ga bisa kenalin diri kamu sendiri Noach, semua orang tahu. Liana masih mencintai kamu, kalau kamu mau berjuang dan buang ego kamu. Mama yakin Liana gak akan pergi." Ucap mama dengan nada yang cukup tinggi dan pergi meninggalkan Naoch begitu saja.

***

Semalaman setelah mama berbicara padaku tentang Liana aku gelisah. Berada dirumahpun rasanya tak nyaman, sesak setiap kali aku melihat seluruh isi sudut kamarku dipenuhi kenangan tentang Liana juga sikap mama yg terang-terangan memusuhiku sejak pembicaraan terkahir kami.

Aku memutuskan untuk menemui Radit Kaka tingkatku yang membuka sebuah kedai kopi yang tengah berkembang pesat. Kami cukup dekat karena aku pernah membantunya dengan meminjamkan tabunganku ketika pertama kali ia membuka bisnisnya.

"Wah ada bapak insinyur disini. Apa kabar bro? Congrats lulus tepat waktu, sorry gue ga bisa hadir kemaren bini gue masuk RS soalnya."

"Nope mas, mbak Lily sakit mas?"

"Dia hamil muda dan kecapean makannya dia tepar. Gue kaget banget no, ga nyangka gue bakal jadi bapak sebentar lagi." Ujar mas Radit dengan wajah sumringah, Noach ikut senang mendengarnya. Namun ada sebersit rasa itu muncul dibenaknya.

"Wa congrats mas, ikut seneng gue dengernya. Terus sekarang gimana keadaannya mbak Lily?"

"Dia baik sekarang apa lagi nyokap gue protect banget sama menantu dan calon cucunya. Sampe Lily dipaksa resign kerja dan dirumah ga boleh ngerjain kerjaan rumah sedikit pun. Gue aja diomelin gara-gara semalem minta Lily bawain minum."

"Eh? Nyokap mas tinggal sama mas sekarang"

"Ya gitu deh sejak Lily hamil, nyokap udah kayak satpam rumah 24 jam pulangpun paling ga sampe sehari udah balik lagi haha katanya takut ada apa-apa sama Lilly"

Noach tersenyum mendengar cerita mas Radit, setidaknya hatinya menghangat mendengar harmonisnya hubungan keduanya saat ini. Terlebih mengingat bagaimana perjuangan mereka dari nol. Membuat Noach membayangkan bagaimana kelak jika dirinya sudah berumah tangga.

'pasti sangat menyenangkan, melihat Liana berada disampingku setiap pagi, melihat Liana memasak, melihat Liana dan mama berbincang, melihat Liana dan anak-anak..'
'liana..'
'liana..'
'liana?'

Rain 'N' Heart : The Missing PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang