Dua puluh dua

21.4K 2.5K 214
                                    

Semenjak mereka berteman, setiap jam istirahat Arka akan ke kelas Zea untuk mengajaknya ke kantin bareng. Mereka sekarang cukup dekat, hanya dekat sebatas teman tidak lebih. Mungkin Arka masih sayang Zea tapi sekarang perasaan itu sedang berusaha ia kubur dalam-dalam karena Arka tahu, Zea hanya mencintai Kenzio sekarang.

"Sekarang Zea dekat lagi ya sama mantan, mau CLBK?!" sindir Kyara saat Arka sudah berdiri di samping meja Zea.

"Penghianat mah gitu," ujar Valen.

Valen dan Zea sudah tidak duduk sebangku, sekarang Valen duduk bersama Kyara.

"Pelakor mah diem ae," Zea berlalu dan diikuti oleh Arka.

Arka berjalan mengiringi langkah Zea. "Nanti temani gue ke gramedia ya, mau beli kado ulang tahun buat Rara, lo 'kan ngerti novel yang bagus."

"Rara?" Zea mencoba mengingat nama itu.

"Lo lupa adik gue?"

"Oh astaga, Rara yang kecil dulu?"

"Iya, sekarang dia udah kelas 8."

"Ok, pulang sekolah ya."

***

Valen : mereka jalan bareng, kak. Aku dengar sendiri, Zea dan Arka pulang sekolah mereka mau jalan.

Kenzio menatap lama pesan itu, berbagai macam kemungkinan menghantui pikiran Kenzio, ia takut Zea dan Arka kembali bersama, ia takut Zea kembali jatuh ke dalam pesona Arka.

Kenzio mencoha menghubungi nomor Zea berkali-kali tapi tidak aktif.

Aku harus berpikir positif tidak mungkin Zea berselingkuh dengan Arka.

Setelah itu muncul sebuah pesan dari Varel yang membuat Kenzio melototkan matanya.

Varel : Zio, mama masuk rumah sakit. Kolesterol dan tekanannya meningkat. Mama terus menanyakan kamu, cepat pulang Zio, temui mama.

Sungguh Kenzio bukan anak durhaka yang akan baik-baik saja jika mamanya sakit, ia langsung membuka aplikasi traveloka dan mencari penerbangan paling cepat ke Sidney. Ia bergegas menemui sekretarisnya. "Ranika, tolong cancel semua kegiatan saya beberapa hari ke depan saya mau pulang ibu saya sakit."

Setelah itu Kenzio langsung on the way apartemennya untuk packing, sekarang pikirannya benar-benar kacau, di satu sisi ia memikirkan Zea, di sisi lain ia khawatir dengan keadaan Safira.

Baru setengah perjalanan Kenzio melihat motor ninja merah Arka berhenti di depan sebuah kafe, tanpa tunggu lama Kenzio memarkirkan mobilnya dan mengikuti Arka dan Zea yang masuk kafe.

Perasaan Kenzio marah, ia benar-benar marah melihat kekasihnya jalan dengan cowok lain yang notabene adalah mantannya. Bukan Kenzio tidak percaya Zea tapi cuma cowok gila yang tidak akan marah jika ceweknya jalan dengan cowok lain.

"Zea!" Arka dan Zea kaget menatap Kenzio yang terlihat sedang menahan amarah. Mata Kenzio yang semula menatap Zea kini beralih menatap Arka. "Saya tidak suka kamu jalan dengan pacar saya!" ujar Kenzio penuh penekanan.

"Ken–"

Kenzio langsung menyela ucapan Zea. "Aku tidak nyangka kamu seperti ini, Zea."

"Aku sama Arka habis dari gramedia beli novel buat–"

"Aku tidak punya banyak waktu untuk mendengar penjelasan kamu." Setelah itu Kenzio keluar dari kafe dan Zea berlari mengejarnya, tapi sayang pria itu mengabaikannya lalu segera mengendarai mobilnya sementara Zea terus mengejar Honda Jazz itu dari belakang dengan air mata yang terus membasahi pipinya.

Setelah mobil itu hilang dari pandangannya, Zea terduduk lemas di aspal membiarkan dirinya terserempet mobil yang tidak bertanggung jawab, sekarang bukan hanya hatinya yang sakit tapi juga fisiknya, Arka berlari menghampiri Zea yang sudah tergeletak di aspal dengan di kelilingi oleh orang-orang di sekitar.

"Zea, ayo ke rumah sakit," Arka langsung menggendong Zea ala bridal style dan menyetop sebuah taksi yang lewat.

Zea tersenyum melihat kepanikan Arka. "Gue fine," lirih Zea menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat terserempet mobil tadi.

Zea rasanya ingin pingsan tapi ia coba bertahan jangan sampai dirinya tumbang. Tapi sekuat apapun Zea mencoba membuka matanya pada akhirnya dunia Zea gelap dan itu semakin membuat Arka khawatir. "Zea, please!"

Apalagi sekarang jalanan sedang macet membuat Arka semakin kesal. "PAK, BISA CEPAT SEDIKIT? INI MASALAH NYAWA MANTAN SAYA, PAK!"

Supir taksi itu kebingungan tapi ia juga tidak bisa menghilangkan kendaraan di depan sana. "Sabar, mas. Macet."

"KALAU MANTAN SAYA MATI, BAPAK MAU TANGGUNH JAWAB?"

"Mas, saya tidak punya ilmu menghilangkan kemacetan ini."

Arka mencoba meredakan emosinya, menatap wajah Zea yang terbaring lemas di sebelahnya. "Please, bangun. Gue sayang lo. Lo harus bertahan buat orangtua lo, buat Kenzio, buat gue dan buat orang-orang yang sayang lo."

Air mata Arka menetes. "Please, wake up, babe!"

***

Kenzio sekarang sudah sampai di bandara, sekitar 10 menit lagi pesawatnya akan take off. Ia tersenyum miring menatap foto Zea di galeri ponselnya.

Benarkah kamu mengkhianatiku?

Setelah pesawatnya datang ia langsung melangkahkan kakinya ke atas pesawat dan siap pulang ke tanah kelahirannya.

Aku sayang kamu, Zea.

***

Target guys. Kalau votenya sampai 1k dan comment 100 aku update lagi secepatnya, tapi kalau di bawah target mungkin aku upadatenya bulan januari.

Rahasia Hati (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang