6- Dirga... Hantu?

162 53 79
                                    

"Dirga?... kok kamu nggak kelihatan?".

Gorden itu terus bergerak, angin bertiup kencang. Lampu kamarku, menyala lalu padam tiba-tiba. Kemudian, aku mencium wangi bunga lavender. Dan suara nyaring, dekat telingaku.

"Deef, ini Dirga".

Sontak membuatku syok bukan main. "Jadi, kamu itu hantu". Aku menelan ludah, ini terlalu membingungkan. Bagaimana mungkin?
Dirga menjadi tak terlihat?.

"Maaf- nggak terus terang sebelumnya". Jawab suara tak berwujud itu.

Aku selalu bisa melihat hantu.
Saat pertama kali aku bertemu Dirga, aku bisa melihatnya, bahkan bersentuhan dengannya. Tapi mengapa sekarang, aku hanya dapat mendengar suaranya?.

"Tapi kenapa kamu nggak keliatan?". Tanyaku bingung. Sepertinya, Dirga sedang duduk disebelahku saat ini.

"Karena... lo udah tau kalau gue hantu". Tegasnya kemudian.

"Tapi- bagaimana pun itu, aku akan tetap bisa lihat kamu".

"Sekarang nggak! Lo cuma bisa denger suara gue".
Suara Dirga terdengar sedikit bergetar.

"Kalau lo liat gue sekarang, pasti lo akan menjerit, ketakutan, dan kaget. Karna lo akan liat wujud terakhir kali gue mati". Lanjut Dirga.

Benar, saat aku melihat korban kecelakaan itu! Awalnya wanita itu terlihat biasa saja, tapi ketika aku tau bahwa dia sudah meninggal. Rupanya berubah, menakutkan seketika.

Ya- mungkin, aku juga akan takut menghadapi Dirga. Bahkan berlama-lama dengannya saat aku melihat wujudnya yang asli. Tapi tetap saja, aku mau melihatnya lagi.

Aku mengangkat kepalaku. mengarahkannya, pada asal suara Dirga. "Tapi-".

"Gue nggak mau, lo takut liat gue". Potong Dirga, sebelum kalimatku selesai.

Author POV

Sebenarnya Dirga bisa saja menunjukan wujudnya pada Deefnie. Namun Dirga tak ingin gadis itu merasa ketakutan. Jadi Dirga pikir, Deefnie hanya cukup mendengar suaranya. Dirga juga telah memutuskan, tidak akan melakukan kontak fisik apapun lagi dengan Deefnie selama Ia meminta bantuan pada gadis itu.

"Deef, lo tetap bisa bantu gue kok". Ujar Dirga.

"T-tapi..."

"Deef!".

"Ok- apa yang bisa aku bantu?".

"Lo inget tanggal berapa, kejadian kebakaran itu?".

Deefnie terdiam sejenak, kemudian mengambil kalender dari atas nakas.
"Rabu, 11 Januari 2012". Ucap Deefnie kemudian.

"Sekitar 2 tahun, sesudah peristiwa kebakaran itu. Ada kasus yang juga terjadi di SMA Ugasa".

"Terus- kenapa kamu minta bantuanku?".

Dirga terdiam beberapa saat.
"Waktu gue liat, badan lo itu memancarkan cahaya yang terang. Dan waktu lo jatuh karena liat hantu anak kecil itu, gue paham lo punya sixth sense, terlebih lo bisa liat gue, dan lo juga punya masa lalu yang berhubungan dengan SMA Ugasa".

"Jadi gue rasa, lo bisa bantu gue". Ucap Dirga, suaranya terdengar sangat meyakinkan.

Deefnie masih terdiam, dan belum mengerti apa sebenarnya yang Dirga bicarakan.

"Gue rasa, ini alasan gue masih ada di dunia. Gue nggak bisa menyebrang, karena ada yang belum selesai".

"Menyebrang?, apa itu sama hal nya seperti menyebrang jalan?".

Dirga tertawa pelan. "Masih aja dodol! Intinya gue masih tertahan di dunia yang nggak seharusnya".

Deefnie membaringkan tubuh pada ranjangnya. Tawa itu... masih dapat di dengar, namun sekarang tidak dapat di lihat. Apalagi di raba, dan di trawang.

Sixth Sense (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang