PART TIGA PULUH DELAPAN - Terbongkar!

247 19 2
                                    

Its crazy how much one person can affect you.
The Fake Class Leader
*****

   
   ALVARO menuangkan air mineral ke dalam gelas kaca yang ada di atas meja dapur. Diletakkannya ransel hitam yang sejak tadi ada di punggungnya ke atas meja dapur berbahan marmer tersebut, lalu dia menarik salah satu dari tiga kursi kayu jati tinggi yang ada di sebelahnya. Digesernya gelas berisi air mineral tadi mendekat ke arahnya, setelah menengguknya sampai habis, Alvaro mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan di rumah yang telah ditinggalnya selama hampir satu bulan penuh.

   Masih tetap sama.

   Pandangan Alvaro beralih ketika seorang wanita paruh baya tiba-tiba saja keluar dari pintu di dekat dapur yang wajahnya terlihat tidak asing lagi di pandangan Alvaro. Wanita itu terlihat terkejut ketika melihat Alvaro sebelum akhirnya ekspresi terkejutnya berubah menjadi ekspresi senang ketika Alvaro melambaikan satu tangannya sekilas padanya.

    "Astaga Adenn, Aden darimana aja Den? Bibi kangen." Bi Asih yang statusnya adalah asisten rumah tangga itu kini mendekat ke arah Alvaro lalu memeluknya erat.

    Alvaro tersenyum samar lalu membalas pelukan Bi Asih selama beberapa saat kemudian melepasnya, "saya gak kemana-mana ko bi, cuma lagi liburan aja di rumah temen." Bohong Alvaro pada Bi Asih.

     Memang saat kepergian Alvaro saat itu, Bi Asih sedang berada di kampungnya, jadi wajar kalau dia tidak tahu di mana keberadaan Alvaro. Bi Asih sudah lama bekerja di rumah kepunyaan Albed, dari semejak Alvaro belum lahir, makanya Alvaro sudah menganggapnya seperti ibu kedua baginya.

    Bi Asih menghapus air matanya yang tiba-tiba mengalir perlahan lalu berkata, "si aden, masa liburan ke rumah temen sih? Ada-ada aja." Sungut Bi Asih.

    Alvaro terkekeh, "ya gitulah bi, abis bosen di rumah terus, pengen suasana baru, sekarang aja Alvaro pulang soalnya udah kangen sama sop ayam buatannya Bibi." Tukas Alvaro pada Bi Asih.

   "Ah si Aden teh bisa aja, ya udah kalau gitu nanti Bibi bikinin sop ayam buat makan malam ya Den." Ujar Bi Asih.

    "Iya, Bi, kalo gitu saya mau ke kamar dulu." Ujar Alvaro sembari mengambil ransel miliknya lalu beranjak dari dapur hendak menuju ke kamarnya di lantai dua.

    Ketika baru saja hendak menaiki anak tangga rumahnya, Alvaro menghentikan langkahnya ketika seseorang tiba-tiba saja memanggilnya dari arah pintu kamar utama. "Alvaro," panggil Albed, Alvaro menoleh ke arah sumber suara dengan tatapan datar, "kamu pulang?" Tanya Albed setengah tidak percaya.

    "Seperti yang anda lihat sekarang." Tukasnya yang kemudian kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga.

    Sebenarnya dia sama sekali tidak ingin pulang ke rumah ini. Dia tidak ingin bertemu lagi dengan Ayahnya yang egois itu. Kalau saja ini bukan karena permintaan dari Kanaya, dia tidak akan sudi menginjakkan kembali kakinya di rumah ini. Walaupun rumah ini adalah satu-satunya rumah penuh kenangan sewaktu ibunya masih hidup. Demi Kanaya, Alvaro rela untuk kembali ke rumahnya setelah pulang sekolah tadi. Tentunya setelah mengemasi barang-barangnya dari rumah Zilan dan juga berpamitan dengan orang tua Zilan. Lagipula kalau dipikir-pikir, Alvaro tidak enak hati juga kalau harus terus-menerus menumpang di rumah sahabatnya itu, pasti sangat merepotkan.

    "Alvaro tunggu!" Seru Albed lagi.

    Alvaro kembali menghentikan langkahnya lalu berdecak kesal, "ada perlu apa lagi?" Tanyanya hambar.

The Fake Class LeaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang