Chapter 025

12 4 0
                                    

        Eps 025

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eps 025

.

Pukul 08.12 WIB.

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju bandara Notohadinegoro sesuai informasi dari Ari. Mereka melanjutkannya perjalanan dengan berjalan kaki, kerena jalanan yang mereka lalui penuh mobil yang diparkir sembarangan sama pemiliknya, dasar gak tau aturan tuh yang punya mobil.

"Ar, tuh cewek cakep yang ngasih informasi ke elu namanya siapa?" tanya Rey.

"Julia, sekarang hp gue mati, jadi gak bisa terhubung sama Julia."

"Dia cantik kagak Ar?"

"Ya, lumayan."

"Lebih cantik dari Putri?" pertanyaan paling mengerikan secara tidak sengaja keluar dari mulut si Ian.

Mendengar nama Putri, tubuh Ari langsung gemetar, dia kayak orang yang gak bisa gerakin tubuhnya, malah kelihatan kayak patung selamat datang. Ari menunduk lemas, dan dia kemudian bilang...

"Putri udah mati. Tadi gue nanya ke pacarnya pas lagi di pengungsian di alun-alun Rambipuji." jeng jeng jeng, jawaban Ari sangat mengejutkan.

"Yang sabar Ar, masih ada Julia." Rey menenangkan Ari.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan, dan mereka berhenti di minimarket lainnya untuk numpang ngecas hp masing-masing. Butuh waktu lama untuk mengecas hp mereka bertiga, tapi, ya sudahlah.

Pukul 12.00 WIB.

Batre hp mereka bertiga terisi penuh, dan bisa digunakan belasan jam ke depan. Hp Ari kembali terhubung sama komputer Julia, dan dengan begitu mereka bertiga mendapat arahan ke arah mana mereka harus pergi.

Mereka bertiga sudah berjalan cukup jauh, mungkin sudah lima kilometer jauhnya. Rey nyalain GPS di hpnya dan ngelihat berapa kilometer lagi jalan yang harus mereka tempuh, dan astaga, ternyata masih kurang tujuh kilometer lagi. Sepanjang perjalanan tadi, mereka sering berpapasan dengan beberapa orang yang akan pergi ke bandara Notohadinegoro.

Orang-orang yang berpapasan dengan mereka, ternyata memilih untuk ikut mereka bertiga. Ada sekitar sepuluh orang yang bergabung dengan mereka, ada anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak, bahkan kakek nenek juga ada. Semakin jauh mereka berjalan, orang yang ikut dengan mereka bertiga semakin banyak.

Ari, Rey sama Ian memimpin jalan di depan, mereka memunguti benda-benda yang bisa digunakan sebagai senjata dan memberikannya pada mereka yang tidak punya senjata sama sekali. Dan terlihat jauh di depan sana ada banyak zombie yang berkeliaran di jalan raya.

Tapi meski begitu, jarak satu sama lain sangat berjauhan, bahkan bisa dibilang sangat renggang. Orang-orang yang mengikuti mereka bertiga tempat ragu untuk terus melangkah ke depan, mereka tidak yakin kalau mereka bisa melawan semua zombie yang ada di depan sana menggunakan senjata yang seadanya.

"Jangan takut, ini jalan kita menuju tempat yang aman, ada perlindungan di sana, pasukan militer menjaga tempat itu." Rey mencoba meyakinkan semua orang.

"Kau mudah sekali kalau berbicara anak muda, kami semua takut pada zombie-zombie itu."

"Kalian takut? Itu manusiawi. Kalian ragu? Itupun manusiawi. Kalian melihat keluarga dan teman kalian terbunuh di depan kalian, memang menimbulkan trauma yang mengerikan. Kalian takut? Kami juga takut. Jangan nikmati rasa takut kalian, tapi lawan rasa takut kalian. Jangan mengbangkitkan rasa takut, tapi bunuhlah rasa takut itu. Kita bukan sedang menghadiri pemakaman diri kita sendiri, kita sedang menghadiri perang kita sendiri, perang melawan rasa takut, perang menuju kebebasan." Ari berbicara dengan suara lantang.

Ari menyakinkan semua orang dengan caranya, dia memberi semangat pada semua orang, dia memberi harapan pada mereka semua, dia mencoba untuk menghilangkan rasa takut di hati mereka semua. Mendengar pidato dari Ari, mereka semua tertunduk, mereka menggenggam erat senjata yang saat itu mereka pegang.

"Lawan rasa takut kalian, bunuh rasa takut kalian, dan kubur rasa takut kalian sedalam-dalamnya. Gantilah rasa takut kalian dengan keberanian. Alasan kenapa kita masih hidup sampai saat ini, adalah karena kita ingin hidup di hari esok yang yang lebih baik. Jika kalian ikut kami, angkat senjata kalian." Ari kembali melanjutkan pidatonya, dan diakhiri dengan mengangkat pedangnya.

.

Next to Eps 026

.

#A.J.

J.R.T Jones Response TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang