"Pak polisi! Cepat datang, di sini........!
Suara kepanikan menutup informasi. Seorang remaja laki-laki berlari menuju teras rumah. Panik, gelisah dan marah bercampur menjadi satu di wajahnya.
"Dasar jalang! Kau sama saja dengan pelacur jalanan."
Suara teriakkan ayahnya, mempercepat laju langkah kakinya menuju teras rumah. Dia muak dengan kebiasaan buruk ayahnya akhir-akhir ini. Semenjak usaha ayahnya bangkrut, orang yang dibanggakan semasa kecil berubah menjadi iblis.
Semenjak itu, dia membantu sang ibu mencari nafkah, sedangkan sang ayah pergi entah kemana dan paginya pulang keadaan mabuk.
Napas tak beraturan dan raut wajah tak percaya menyelimuti wajahnya. Sang ayah semakin brutal menganiaya sang ibu. Tak terasa, air mata mengalir deras di pipinya. Dia harus menghentikan sang ayah. Kembali melangkahkan kaki menuju dapur, mencari sesuatu yang dapat menghentikan sang ayah.
Memang dia belajar ilmu bela diri dari usia belia, tapi, dia tidak mau memakainya untuk menghadapi sang ayah. Digenggam pisau itu kuat-kuat, memantapkan hati atas pilihan yang diambilnya saat ini.
Kejadian yang memilukan tersaji di teras rumah. Sang ayah menerima tusukan demi tusukan yang bersarang di dada dan perutnya. Darah segar menggenangi lantai teras, sang anak terus menusuk sang ayah.
"Nak"
Suara sang ibu mengembalikan kesadarannya.
"Mak, aku harus membawa emak ke rumah sakit!"
Gelengan kepala sang ibu menghancurkan harapan satu-satunya. Air mata semakin deras mengalir di pipinya. Sang ibu mnghapus air mata anaknya dan tersenyum.
"Nak, mak ingin tidur di pangkuanmu untuk terakhir kalinya."
Tangan sang ibu terkulai lemah jatuh dari wajah sang anak.
"Arrrggggghhhh"
Teriakkan histeris sang anak menyelimuti tempat kejadian tersebut. Warga berbondong-bondong melihat kejadian naas ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosong
RandomJujur saja, semua yang telah terjadi tak pernah ku sesali. Jika aku melakukan kesalahan, aku akan mencoba untuk memperbaikinya dan jika semua tak dapat diperbaiki. Aku hanya bisa pasrah.