Debur Ombak, Bunga, dan Surat Cinta

28 1 0
                                    

           

Perempuan yang penuh impian. Senyumnya tak pernah pudar, tawanya selalu lepas, jemari-jemarinya menari dengan anggun diatas kanvas, tangisnya yang rapuh, aku menikmati setiap hal-hal kecil yang dia lakukan, tetapi tak pernah menyangka bahwa hari seperti ini akan tiba.

***

Kukalungkan kamera kesayangan ke leherku, memegangnya secara hati-hati. Aku akan pergi menuju Pantai Legian, seperti yang selalu kulakukan saat senja setiap hari.

Aku sangat menyukai suara debur ombak, entah mengapa. Suaranya yang begitu keras dan tenang seakan-akan menelan semua kesedihanku. Suaranya seakan-akan melahap habis masalahku. Aku merasa sangat tenang hanya dengan mendengarkan suara debur ombak.

Juga aku sangat menyukai langit saat matahari hendak berpindah kesisi lain dunia. Warna jingga yang diciptakan oleh matahari sangatlah indah. Tidak ada yang bisa mengalahkan indahnya langit berwarna jingga saat matahari hendak tenggelam.

Aku berjalan menyusuri tepi pantai dengan berbekal kamera yang masih kupegang, mencari-cari objek yang menarik untuk diabadikan.

Lelah karena tak kunjung dapat objek yang menarik untuk diabadikan, akhirnya aku duduk di tepi pantai. Sampai akhirnya mataku menangkap sesosok perempuan yang tak jauh jaraknya dari tempatku duduk.

Perempuan itu sedang duduk dengan santai diatas kursi sembari memegang palet yang terlihat bagaikan galaksi, jemari-jemarinya menari dengan lembut diatas kanvas, raut mukanya tenang seperti angin yang meniup rambutnya yang sebahu, cahaya senja menerpa wajahnya, matanya memancarkan sikap yang serius tetapi tenang, dan sejak itulah aku yakin bahwa Tuhan telah melukis suatu keindahan melebihi indahnya langit jingga dan Tuhan telah menciptakan sesuatu yang lebih tenang dari suara debur ombak.

***

Kubuka jendela kamar, angin laut seketika berhembus masuk, menerpa wajahku yang seketika mulai merasa dingin. Kusilangkan kedua lengan pada ambang jendela, menatap bulan. Suara-suara jangkrik menemaniku pada malam hari yang dingin ini. Dan, perempuan yang kulihat saat senja itu, tak kuasa lepas dari pikiranku. Selalu saja dia dalam pikiranku.

Siapakah dia?

Dari mana asalnya?

Akankah aku bertemu dengan dia kembali?

Pertanyaan itu terus menghantuiku sepanjang malam, sampai-sampai aku tidak bisa tidur. Aku sangat penasaran dengan perempuan itu, perempuan dengan palet galaksi.

Aku harus bertemu dengannya lagi, bagaimanapun caranya.

***

Hari ini aku mengunjungi sebuah pameran lukisan, kubawa kamera dan berjalan kaki menuju tempat itu.

Sesampainya disana, aku mulai menyusuri lantai-lantai dengan dinding yang dihiasi oleh lukisan-lukisan, dengan profil si pelukis disamping lukisan mereka. Sampai aku berhenti disatu lukisan yang begitu indah. Lukisan itu berupa ombak biru yang sangat besar, yang sebagian sudah menghantam kawannya sendiri dan ada yang masih berdiri seakan hendak menerkam mangsanya. Juga langitnya yang terlukis sangat indah berwarna jingga dan matahari yang hanya setengah yang akan bertukar profesinya dengan bulan untuk menghipnotis kami para kaum manusia dengan keindahan alami mereka.

Tiba-tiba datang sesosok perempuan muncul disampingku. Seketika jantungku berdegup kencang. Perempuan itu mengenakan gaun pendek berwarna putih, tangan kanannya memegang tali tas selempangnya, rambutnya dikuncir, senyumnya mekar, dialah perempuan yang kutemui di pantai.

Debur Ombak, Bunga, dan Surat CintaWhere stories live. Discover now