Tidak peduli dengan semua
keributan yang ada dikantin ini, aku masih dapat mendengarkan apa yang dia katakan pada gadis dihadapannya. Tentang sebuah pesta dengan sedikit rayuan. Lalu tiba-tiba sekotak Ben & Jerry's rasa vanilla kesukaanku sudah berdiri manis dihadapanku. "Minggu depan akan ada pesta untuk merayakan kemenangan si manusia batu itu. Kau mau datang?" Andrea segera duduk manis disampingku.Aku mengangkat bahuku seolah tak peduli. Tetap memperhatikan lelaki yang sudah seminggu ini membuat pikiranku kacau. Tapi memangnya jika aku patah hati apa pedulinya?
Aku memperhatikan kotak Ice Cream dihadapanku ini. Dia sering membelikan ini untukku. Tiada hari tanpa memakan ini bersamanya. Seperti sebuah ritual yang harus dikerjakan jika tidak mau harimu menjadi sial. Terakhir kali dia memberikan ini kepadaku saat seminggu yang lalu. Sehari setelah ulang tahunku. Sehari setelah aku tahu bahwa dia hanya bermain denganku. Hari dimana tepat kamarku menjadi lautan tissue. Dan kemudian setelah itu dia kembali seperti dulu. Merokok, merayu setiap gadis yang ada di depannyaㅡseperti sekarangㅡ, pergi ke perkumpulan club nakal, dan kembali tidak menatapku seperti pertama kali dia tidak mengenalku.
Mataku menjadi panas. Dengan segera aku membuka tutupnya dan menyendokan satu sendok besar Ice Cream itu kedalam mulutku seperti aku akan mati jika tidak segera memakannya. "Hey hey ada apa denganmu?" Andrea melihatku seperti aku sudah berubah menjadi sesosok medusa.
Aku berhenti makan dan menghadap kearah Andrea. Menatap kalung huruf "A" dilehernya. Tidak berani menatapnya. Dia tahu keadaanku menjadi sangat sensitif akhir-akhir ini. "Oh tuhan Belle, aku minta maaf jika Ice Cream ituㅡ"
aku menggeleng "tidak. Bukan. Maksudku.. aku... aku rasa aku membutuhkan Daniel. Kau tahu dimana dia?"
Andrea mengangkat satu alis cantiknya keatas. "Apa?" Teriaknya bingung. Sialan. Sekarang semua orang dikantin sedang memperhatikan aku-dan Andrea- kecuali si sleazeball yang sedang menunduk memainkan pematik api di tangannya.
"Oh maafkan aku!" Bisik Andrea menyesal. "jadi... ada apa dengan Daniel? Kau akan datang ke pesta bersamanya? apa kau bersama Daniel sekarang? Dengar Belle, aku tidak tahu apa yang ada dipikiranmu sekarang selain si pria sleazeball itu tapi aku tidak menyukai si pirang itu, kau tahu kan?!" Ujarnya penuh penekanan. Memangnya siapa yang menyukai Daniel? Aku juga tidak menyukainya!
"Dan dengarkan aku, aku tidak akan datang ke acara itu bersamanya, dan tidak! aku tidak bersamanya. Aku hanya membutuhkan beberapa menit untuk bicara dengannya. Kau tahu kan semua ini ada hubungannya dengannya? Aku sudㅡ" Aku berusaha menjelaskan kepada Andrea saat tiba-tiba sebuah tangan mengacak puncak kepalaku lembut.
Aku kelimpungan dan memutar kepalaku melihat siapa yang telah merusak rambutku. Dan dadaku berdegup kencang ketika melihat dia berjalan keluar pintu kantin sambil menyalakan rokok ditangannya dan kemudian memakai topi baseball merahnya.
Ya Tuhan, aku merindukan punggung itu. Aku merindukan tatapan lembutnya. Aku merindukan uluran tangannya. Aku merindukan bahunya. Aku merindukannya saat dia menyebut namaku. Aku merindukannya.
Aku tidak merindukannya. Aku tidak merindukannya.
Dan seberapa besar aku berusaha untuk mencoba melupakannya, aku semakin merindukannya.
Aku menatap kembali kearah dimana tadi dia duduk. Merasa kehampaan datang lagi mengerubungiku saat dia pergi.
"Tadi.. kau sudah apa?" Tanya Andrea polos kepadaku.
Aku mendongak kearahnya. Dia sengaja mengalihkan perhatianku lagi. Dia tahu Dalton yang melakukan itu. Dan dia berusaha untuk menutupinya.
Gadis bodoh! Sekarang aku tahu siapa yang membelikan Ice Cream ini. Andrea tidak pernah membelikanku Ben & Jerry's sepanjang hidupku.
Aku mengedip-ngedipkan mata berusaha supaya air mata ini tidak meluncur keluar. Meskipun dia berpura-pura tidak mengenalku, aku tahu dia masih memperhatikanku.
Andrea menatap iba kearahku dan menariku kepelukannya dan tangisku pecah. "Oh Annabelle, maafkan aku, aku tahu apa yang kau maksud sayang. Dan maafkan aku. Dia hanya ingin melihatmu seperti dulu saat memakan Ben-Ben itu jadi dia meyuruhku untuk membelikanmu itu dan aku tidak akan pernah membelikanmu itu lagi jika kau menjadi seperti ini" ucapnya panik sambil mengusap-usap punggungku.
oh ya Tuhan, tolong hapus nama dan semua tentang dirinya dari hatiku dan biarkan aku menatapnya kembali dalam bentuk rasa yang berbeda. Aku tidak ingin merasakan sakit ini lagi ketika menatapnya.