Terik mentari bersinar menerpa jendela besar yang beberapa jam lalu menyajikan suasana malam Seoul.
Rambatan sinar matahari masuk dengan bebas menerpa wajahku yang kini terbangun dari tidur pulasku. Perlahan, mataku terbuka dan terpampanglah langit-langit mewah. Rasanya tadi malam aku masih sibuk menonton drama dengan posisi duduk."Kau bangun?" sebuah suara yang begitu familiar menghalau di telingaku. Ekor mataku bergerak sedikit kearah kanan dan melihat wajah putih itu. Oh? Jadi aku berbantal pahanya. Lumayan, sajian pagi yang begitu menarik.
"Wah… jika aku berada di stan mu, mungin aku akan… ng… akan apa, ya?," tuturku bingung setelah menguap dan mengumpulkan nyawa.
"Tunggu, tidak! Kau temanku! Tidak boleh! Taehyung dan aku! Aku setia!" seruku lalu bangkit dan berlari kearah kamar mandi, sekedar untuk mencuci wajahku dan bercermin. Apa aku cukup cantik pagi ini untuk bertemu pandang dengan tuan stan baruku? Coret saja Taehyung.
Kutegakkan tubuhku setelah membasuh wajahku dan mengusapnya dengan handuk. Mataku kini tertuju pada cermin bersih yang terlihat kosong tanpa memantulkan bayangan seseorang disana. Ternyata hotel ini canggih. Dimana tombol agar bayanganku terlihat?
Apa?
"AKH!!!" teriakku ketakutan bahkan kakiku lemas seketika hingga aku terduduk di lantai dengan wajah panik. Tepat setelah beberapa detik, pintu terbuka dan menampakkan Yoongi yang sama terkejutnya melihat diriku. Ia berlari menghampiriku yang ibarat tak memiliki nyawa.
"Ada apa? Kau baik-baik saja?" tanyanya panik ketika melihatku keringat dingin.
Ketimbang menjawab pertanyaannya, aku lebih memilih menepis pelan tangannya lalu mencoba berdiri dan kembali menatap cermin yang kini memantulkan bayanganku dan Yoongi. Mataku bahkan tak berkedip melihat diriku ada disana sementara 5 detik yang lalu terasa begitu horror.
"Yoongi? Kau melihatku di cermin kan?" tanyaku berusaha meyakinkan diriku bahwa yang tadi itu aku salah lihat.
"Tentu saja. Kau ini kenapa?" tanya pria di sampingku sembari memegang bahuku dengan tanganku yang bertumpu di westafel bersama kepalaku yang menunduk. Tidak di Korea ataupun di Indonesia, aku tetap merasa seperti orang gila.
Pancaran sinar menerpa wajahku, mengecilkan pupil mataku yang sedari tadi melamunkan hal-hal tak masuk akal. Namun nyatanya, seluruh kejadian di hidupku memang tak masuk di akal siapapun.
"Kau akan pergi?" tanyaku ketika berbalik dan melihat Yoongi yang baru saja selesai menghubungi managernya.
"Tidak. Aku disini saja, menemanimu," sahutnya lalu berjalan kearahku yang masih diam memproses segalanya.
"Ceritakan padaku. Apa yang terjadi padamu?" tanyanya serius setelah berdiri tepat di depanku yang masih diam. Jantungku bahkan tak hentinya berdetak cepat setelah kejadian tadi.
"Peluk aku" ujarku pelan. Ya, aku hanya merasa itu bisa menenangkanku sekarang, aku rasa itu bisa menyadarkanku bahwa aku memiliki sandaran.
"Kemarilah" sahut Yoongi setelah menghela pelan nafasnya.
Seperti bayanganku, pelukannya sangat hangat, pelukan yang penuh akan kasih seperti orangtuaku. Aku merasa, aku bisa memilih Yoongi sebagai sandaranku."Yoon, apa yang kau pikirkan tentang ini semua?"
"Aneh"
"Yha… kupikir lebih dari itu. Hidupku jadi terasa begitu berat. Aku bertemu denganmu, lalu kau menghilang juga kembali, dan sekarang aku ikut kesini. Kukira semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya aku tetap dibuat seperti orang gila. Aku melihat pantulanku tak ada dicermin, aku merasa tubuhku perlahan memudar dan benakku seperti… ada sesuatu yang buruk terjadi pada tubuhku yang disana. Itu membuatku takut saat nyatanya aku akan kembali ke kehidupan awalku," ceritaku dibalik rengkuhannya yang terasa begitu nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream✔ [MYGxY/N]
Fanfic𝑫𝒓𝒆𝒂𝒎 Min Yoongi tak pernah menyangka situasi dan peristiwa yang ia alami adalah bagian dari skenario semesta belaka. Ketika mimpi aneh yang bahkan tak bisa dijelaskan menggunakan logika siapapunㅡakankah ia melepaskan bagian terindah dari kemba...