CS: 5

774 68 9
                                    

🆕💤💝💤🆕
Disclaimer: Masashi Kishimoto

Author: Salmaazizh22

Warning: OOC,Typo,dll

Genre: Romance, fanfiction

Rate: T✒M

Don't like don't read
.
.
.
.
.
.
.
.

Tanpa bunyi alarm yang biasanya memekakan telinga, tidur Temari pun tentram dan nyaman hingga pagi menjelang. Gadis itu masih terlelap meskipun ia merasakan nafasnya sesak seperti sedang berada di pelukan seseorang.

Temari sudah biada merasakan itu apabila boneka teddy bear besar di kasurnya, kebetulan lagi menimpa tubuhnya. Namun, ia tak pernah tahu kalau ditindih boneka bisa seberat ini.

Lalu...

Bunyi nafas teratur juga sangat terasa nyata di sekitar pelipis matanya. Bahkan, Temari tahu persisi rasa hangat khas kulit bersentuhan di sepanjang tubuhnya.

Oh tidak! Jerit Temari dalam hati.

Seketika ia berusaha untuk menembus alam sadarnya dan terbangun dengan mata melotot sempurna. Tidak pernah dia bangun secara mendadak seperti ini sebelumnya. Temari salu bangun malas-malasan atau jatuh tertidur lagi lima menit kemudian.

"Ya ampun. Ya ampun. Ya ampun..." ucap Temari tanpa bersuara saat menemukan sang Presdir yang sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan tinggal maju sedikit saja, bibir mereka sudah bisa berciuman.

Dengan amat hati-hati, Temari segera merangkak turun dari tempat tidur empuk dan mahal itu, namun sayang pergerakannya itu membuat Shikamaru sedikit terganggu.

"Enghh," erangnya masih mata tertutup.

Temari kembali ditarik dan dipeluk lagi oleh atasannya itu, seolah-olah Shikamaru memang tidak ingin sampai kehilangan 'guling' kesayangannya.

Tapi bukan Temari namanya jika dia mudah menyerah. Menjadi sales selama setahun lebih mampu membuat mentalnya lebih kuat dan tak mudah goyah. Ia pun memegang pinggiran ranjang dan menarik tubuhnya sendiri untuk bisa terlepas dari kungkungan Shikamaru.

Sialnya lagi, Shikamaru memeluknya dengan sangat erat sampai-sampai Temari menahan napasnya karena merasa kesakitan.

"Sakit Pak!" Temari mengeluh sambil memukul tangan Shikamaru yang sedang menahannya.

Pria itu pun mengendurkan pelukannya tapi tangan dan kakinya masih mengurung tubuh Temari.

"Jangan pergi." Shikamaru berbicara sangat pelan, bahkan terdengar samar-samar. Saking kecilnya, bahkan Temari lebih mendengar suara burung berkicau di luar sana.

"Aku mau ke toilet please," alasan Temari. Sebenarnya, dia juga tidak berbohong. Ia harus mengeluarkan cairan tubuhnya yang tak tertahan lagi.

Meskipun Shikamaru belum sadar seratus persen, tapi dia tetap bisa mendengar suara lembut teman tidurnya itu.

Temari bernafas lega karena Shikamaru melepaskan kurungan mautnya dan membiarkan Temari turun dari ranjang. Namun, belum juga gadis itu berjalan, suara Shikamaru mengagetkannya dari belakang.

CAN'T SLEEPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang