Prolog

7.2K 388 99
                                    




Suara derap orang-orang yang berlarian dengan mendorong brangkar itu menggema di koridor Rumah sakit.

Wanita itu terus menggenggam tangan wanita yang terbaring lemah di atas brangkar dengan luka di punggungnya. Air matanya mengalir deras saat tangan yang ia genggam semakin terasa dingin dan melemah. Hatinya terus merapalkan do'a agar wanita yang terbaring itu kuat dan dapat bertahan.

"Maaf bu, ibu gak bisa masuk."

Seorang suster menghentikan langkah  dia, ketika brangkar tempat wanita lemah itu terbaring memasuki ruangan.

Dia mematung di depan pintu bertuliskan UGD. Air matanya tak henti turun mengalir berlomba membasahi pipinya.

"Mbak." Dia menoleh ketika bahunya di tepuk lembut oleh seorang lelaki bertubuh tinggi.

Lelaki bertubuh tinggi dengan wajah yang tampan itu juga sama seperti dirinya. Mereka sama-sama menangis.

Wanita itu mengerutkan dahinya ketika melihat lelaki itu menangis.

"Kenapa?" Wanita itu bertanya dengan suara serak.

"Dia sudah melahirkan." Lelaki itu menjawab sambil menahan agar tangisannya tidak pecah. Sebagai seorang lelaki tidak seharusnya dia lemah di saat seperti ini.

Senyuman kecil perlahan tersungging di bibir wanita itu ketika mendengar jawaban lelaki di hadapannya.

"Tapi.... dia pergi mbak, dia di panggil yang maha kuasa."

Tangisnya kembali pecah ketika mendengar kata-kata yang sungguh tidak ingin dia dengar. Dunianya seakan hancur. Entah apa yang harus dia perbuat sekarang ketika pintu di sampingnya terbuka dengan dokter yang keluar dengan wajah muram.

"Kita harus segera mendapatkan donor." Itulah yang ia dengar sebelum pandangannya kabur dan ambruk.

Apalagi ini...

Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang