Meskipun aku mati, lalu kemudian terlahir kembali aku akan tetap mencintai satu nama, ya tetap nama mu.. Bintang.. -Rena Renaldy-
***
Kesal tidak dapat menenukan jawaban atas pertanyaannya tentang siapa sosok istri Bintang yang katanya mereka sudah menikah, Rena memilih untuk mencari tahu sendiri. Tingkat ke-kepo-an-nya sudah mencapai ubun-ubun. Dia terlalu penasaran dengan siapa omnya itu menikah, kenapa dia tidak tinggal bersama istrinya dan kenapa sampai detik ini dia belum pernah bertemu dengan sosok wanita yang sangat beruntung itu.
Masih banyak lagi pertanyaan lainnya, tapi untuk sementara cukup tiga dulu sebelum kepala Rena meledak dengan tumpukan rasa penasarannya.
Rena berjalan pelan di koridor rumah sakit Pertiwi Bangsa, bahkan bisa dikatakan sangat pelan atau sebut saja dia mengendap-endap. Mata nya melirik ke kiri dan ke kanan hanya untuk memastikan Bintang tidak melihatnya datang.
Yang benar saja, dia benar-benar ingin menggali informasi tentang istri Bintang, dan menurut nya tempat yang paling cocok untuk di kepoi adalah tempat kerja Bintang. Kali aja ternyata istrinya Bintang itu teman kerjanya. Begitulah pikiran suci Rena.
"Pagi dok" Sapa Rena pada dua orang dokter yang di laluinya di koridor rumah sakit. Rena berusaha untuk tampak santai dan luwes agar tidak mencurigakan.
Sapaan hangat dengan senyum manis dari Rena membuat dua orang dokter itu saling berpandangan heran
"Bener-bener amnesia tuh anak" Bisik Vino pada Agung yang masih saja tidak percaya sapaan tadi keluar dari seorang Rena Renaldy.
"Parah kayaknya amnesianya, butuh penanganan serius Vin" Balas agung dengan ekspresi tegang seperti akan mengoperasi seseorang.
"Bener banget, bahaya tuh. kalo dia terus-terusan senyum seperti itu bisa diabetes gue. Apa dia juga lupa klo dia gak bisa senyum dulunya" Vino membenarkan.
"Kalian ngomongin gue?" Tanya Rena saat sadar dua dokter yang di lalui nya tadi mematung di tempat sambil berbisik ria.
Pertanyaan itu sontak membuat Vino dan Agung gelagapan, bisa salah bicara mereka. Dan kalau itu terjadi maka tamat sudah riwayatnya, Bintang pasti akan mengubur mereka hidup-hidup.
"Nggak kok, kita bukan ngomongin nyonya" Kata Vino.
"Bukan Nyonya, tapi Nona" koreksi Agung.
"Eh iya, Nona"
Telat, koreksi itu justru membuat Rena semakin penasaran "Kalian tau siapa gue?" Tanya Rena di balas anggukan secara bersamaan dari Vino dan Agung yang sedetik kemudian berubah jadi gelengan karena mereka baru menyadari bisa jadi urusan panjang kalau mereka menjawab iya.
"Enggak... kita nggak kenal, kalo gitu kita permisi dulu ya" Vino segera menarik tangan Agung untuk beranjak dari hadapan simanis yang memasang wajah bingung itu.
"Bentaran doang" Rena menarik jas Agung membuat langkahnya terhenti
"Gue Rena, cucu nya oma Ratna pemilik Rumah sakit ini, keponakan nya om Bintang kepala Rumah sakit di sini, kalian kenal kan?" Rena memperkenalkan diri panjang lebar agar dua orang dokter itu tidak lagi menghidarinya.
Tepuk jidat lah Vino, mereka tidak akan bisa menghindar. Mau Rena dalam keadaan sadar atau tidak. Mereka mungkin memang sudah di takdirkan untuk selalu terlibat dalam masalah. Dan kali ini masalahnya adalah mereka bisa saja salah ngomong.
"Gue ke sini mau ketemu sama istrinya om Bintang" Rena to the point sebelum dua orang itu benar-benar kabur.
Vino dan Agung kembali saling bertatapan heran, bingung. Heran kenapa Rena bisa menanyakan hal itu dan bingun harus menjawab apa. Bintang belum menjelaskan apa-apa ke Rena, itu adalah kesimpulan akhirnya.
Jelas saja, menjelaskan tentang kehidupan yang di jalani Rena selama lima tahun terakhir sama saja memberinya suntikan racun. Dia belum tentu bisa mengerti tentang kematian kedua orang tuanya yang di sebabkan orang ketiga, lalu anak dari hubungan itu sekarang tinggal bersama mereka, lalu dia yang menikah di umur yang masih muda dan dia yang menderita leukimia. Seluruh bagian dari cerita itu bisa membuat Rena drop dan Bintang tidak ingin itu terjadi.
Demi kesehatan Rena , demi kesembuhan Rena maka semua ini terjadi.
Dari sudut matanya, Rena menangkap sosok bayangan yang berjalan dari ujung koridor menuju ke arah mereka.. Sosok yang selalu membuat jantung terasa olahraga, sosok yang selalu ingin di lihatnya tapi tidak kali ini. Tentu saja tidak kali ini. Dia tidak punya cadangan penjelasan kenapa dia ke rumah sakit dan men-kepo-i hal yang tidak masuk akal. Ah sudahlah tidak akan ada yang mengerti maka sebaik nya kabur saja
Rena langsung berlari menjauh dari Vino dan Agung yang bahkan belum sempat menjawab apa pun. Keheranan Vino dan Agung tentu saja meningkat di level dewa.
"Gung mending kita ke musholla dulu deh, mungkin kita kurang ibadah kali jadi di buat bingung begini"
"Ya udah yuk"
"Kalian mau ke mana?" Tanya Bintang melihat Vino dan Agung beriringan pergi.
"Ke mushollah, skalian buat doa'in lo sama Rena" Jawab Vino.
"Gue sama Rena?, tumben banget kalian" Bintang heran mendengar jawaban ngasal itu.
"Gimana gak coba, tadi itu Rena ke sini, trus tersenyum manis ke kita, nyapa gitu, trus ngomong mau ketemu sama istri lo, yang syaraf lo atau dia sih" Agung mulai sewot.
"Rena ke sini?" Bintang semakin heran.
"Udah deh Vin, tidak usah ladeni mereka. Meding doakan mereka supaya cepat menemukan hidayah" Agung dan Vino tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan situasi yang menurut mereka emergency dan hanya Tuhan yang dapat menolongnya.
***
Rena menggerutuki dirinya sendiri yang saat ini duduk di dalam mobil yang masih terparkir di parkiran Rumah sakit. dia menjadi sangat malu untuk bertemu Bintang saat ini, belum lagi dua orang yang di temui nya tadi, kalau sampai memberitahukan Bintang tentang kedatangannya maka tamat sudah riwayatnya.
"Duh.. gue goblok banget sih, kalau sampe mereka cerita gimana? Om Bintang bakal mikir apa?, Rena bodoh... bodoh" Maki Rena pada dirinya sendiri.
DDRRTTTTT
Getar hp membuat Rena tersentak, dan orang yang memanggil berhasil membulat sempurnakan mata Rena, ini membuat Rena tersedak meskipun dia tidak meminum atau memakan apa-apa.
BINTANG CALLING..
"Mampus gue" Getar tangan Rena melebihi getar handphone nya.
"Om Bintang pasti udah tau gue ke dalam tadi, gue harus jelasin apa?"
Rena panik, dia benar-benar kehabisan akal, maka jalan terbaik yang di pilih nya adalah melempar hp nya keluar dari mobil dan pergi dari sana bersama mobil ferrary putih nya meninggalkan hp nya yang sekarang entah mendarat dimana.
Ide terbaik, betapa pintarnya gue-Rena tetap saja tidak bisa berhenti menggertuki dirinya
***
"Betapa lucunya kamu Ren" Bintang tersenyum simpul melihat Rena dari kejauhan di dalam mobilnya melempar hp keluar begitu saja lalu pergi.
"Gak apa-apa Ren, ayo kita lalui ini bersama" Lanjut Bintang sambil tetap menatap plat mobil Rena yang semakin menjauh.
Tak mungkin bagi Bintang untuk tidak menyadari bagaimana perubahan sikap Rena pada nya belakangan ini. Bagaimana pun bahkan tatapan nya saja sudah menjelaskan segala nya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
JELAGA HATI (REVISI)
RomanceRena itu troublemaker banget, belum lagi kebiasaan nya yang suka dugem, mabuk-mabukan, temperament dan terlibat dalam masalah. Pokok nya dia adalah paket complete pemberontakan anak remaja. Wajar jika oma nya memaksa dia menikah untuk bisa memperba...