40

400 20 0
                                    

Rafa terbangun oleh suara tangis bayi-bayinya. Saat terbangun, tangannya yang ia julurkan ke samping tak bisa meraih sesuatu yang harusnya ada disampingnya. Ya, Haidar tak ada di sampingnya. Tunggu, yang sebelumnya itu bukan mimpi Rafa belaka saja kan?

Rafa segera berderap menuju kamar anak-anaknya. Rafa segera mengambil dua botol susu yang tersedia di lemari di samping ranjang bayinya, lalu segera memberikannya pada Pranajaya dan Primavera yang masih menangis di ranjang. Mulut mereka segera terdiam saat botol susu mereka sudah tersumpal dan mereka mulai menyedot susu di botolnya masing-masing. Setelah lima belas menit berlalu, keduanya sudah berhenti menangis dan kembali tertidur. 

Rafa segera menarik kedua botol itu lalu menyimpannya di atas lemari. Masih ada dua botol susu lagi yang tersimpan disana, cukup untuk sarapan Pranajaya dan Primavera nanti. Ia akan memompa lagi setelah keempat botolnya kosong, pikirnya.

Rafa menghela napasnya, lalu meregangkan tubuhnya yang agak pegal. Ia segera berjalan keluar kamar menuju dapur, hendak membuat kopi untuk tubuhnya yang lelah. Sejak memiliki Pranajaya dan Primavera, jadwal tidurnya jadi kacau dan kepalanya sering terasa pusing. Secangkir kopi dapat membantunya di pagi seperti ini.

Langkah Rafa melambat saat mendengar ada suara yang datang dari arah dapur. Tak ada yang bangun di jam-jam segini, keluarganya selalu lelap tertidur dan akan bangun ketika fajar akan tiba. Ia menyipitkan matanya, mencoba menangkap sosok yang tengah membelakanginya. Itu Haidar, sedang membuat sesuatu di meja dapur. Rafa segera bernapas lega dan kembali melanjutkan langkahnya ke dapur.

Langkah kaki Rafa tak terdengar sedikitpun oleh Haidar yang tengah membuat secangkir kopi. Ia nyaris menyerang orang yang tiba-tiba saja memeluknya dari belakang. Rafa segera menengokkan kepalanya di bahu Haidar untuk melihat apa yang tengah Haidar lakukan di pagi buta seperti ini.

"you scared me" gumam Haidar yang kembali mengaduk cangkir kopinya. Rafa hanya terkekeh

"smells good" ujar Rafa yang langsung duduk di stool di samping Haidar. Tangan kirinya ia gunakan untuk menopang kepalanya, senyumnya tersungging manis sambil menatap Haidar.

"mau? Gausah kode-kode deh" gumam Haidar sambil terkekeh, yang juga dibalas tawa kecil Rafa.

Haidar segera menggeser cangkir kopi didepannya lalu segera berjalan ke teko pemanas dan mengisi air ke dalamnya. Ia mengambil cangkir lainnya dari dalam lemari gantung dan meletakannya di samping teko pemanas. Ia kemudian kembali berjalan mendekati Rafa dan duduk di stool di samping Rafa.

Haidar tak banyak bicara, hanya meraih tangan kanan Rafa yang terbebas lalu mengelusnya penuh kasih sayang. Rafa menatap Haidar kegelian, berusaha setengah mati menahan napas agar tak tertawa terbahak-bahak. Ini bukan Haidar yang biasanya bagi Rafa, terlalu banyak sisi yang Rafa tak kenali dari Haidar. Tapi Rafa suka bisa melihat hal baru dari Haidar setiap kali, meskipun tak sedikit dari hal baru itu yang membuat Rafa keki.

"I have something to tell you" gumam Haidar, wajahnya mulai menjadi serius. Tidak lagi, Rafa paling benci kalau Haidar menjadi serius seperti ini. Terlalu banyak hal mengejutkan yang muncul dari ekspresi serius seperti ini.

"apa?" tanya Rafa, meskipun sebagian hatinya tak terlalu ingin mendengarnya.

"pagi ini gue harus cepet balik ke London, ada beberapa hal yang nggak bisa gue beresin dari sini" ujar Haidar. "gue nggak bisa maksa lo ikut balik sama gue, karena gue takut lo bakal kesepian lagi disana. But that's your choice" lanjutnya. Meski dalam hatinya ia sangat ingin Rafa dan anak-anaknya ikut pulang ke London, ia tak ingin bertingkah egois lagi.

"gue... pilih stay disini aja Dar, gak apa-apa kan?" tanya Rafa, Haidar mengangguk saja.

"it's your choice, I'd appreciate it. Lo juga kalo ikut pulang nanti malah bosen sendirian, meskipun gue pengennya lo ikut sih..." balas Haidar yang kemudian menunduk sedih.

Married with Mr. Detective 2 : Mr. Detective'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang