Chapter 4

573 35 8
                                    


Esok telah menjelang.

Sesuai dengan namanya, Fajar sudah bangun sebelum cahaya pagi membangunkannya. Ia sudah bangun terlebih dahulu.

Berbeda dengan penampilannya, Fajar memiliki kebiasaan mengatur jadwal dengan baik. Ia pandai mengatur apapun. Kecuali penampilan.

Hari ini, hari kedua ia harus berusaha mengajak Raina ikut serta. Tapi dengan kejadian yang ia hadapi kemarin membuat dirinya enggan untuk mengunjungi Raina dan berharap gadis itu mau ikut serta dengannya.

Pagi sudah datang.

Didalam sekretariat kecil di samping kantor jurusan Bahasa dan Seni, Fajar menghempaskan badan tingginya pada karpet empuk yang sudah lama menjadi tempat ia merebah lelah.

Kepalanya mengadah ke langit-langit ruangan itu dan menatap kosong. “Apa aku harus menyerah saja?” ujarnya pelan dalam hati.

Lamunannya tidak bertahan lama setelah mendengar suara seseorang yang berjalan ke arah ruangan itu.

Ia menatap dengan cepat ke arah pintu. Terlihat sosok gadis dengan mata sayu dan wajah ayu-nya melambai pada Fajar.

“ Embun..” Ujar Fajar cepat lalu duduk pelan dengan senyuman. Ia menatap Embun yang perlahan duduk disampingnya dan meletakkan sebuah kotak didepan Fajar.

“ Ayo sarapan.” Ujar Embun lembut. Mendengar itu, Fajar terdiam. Teringat olehnya janjinya pada Embun bahwa ia harus menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan Raina. Terlebih lagi sejak tadi terlihat dengan jelas Embun memperhatikan tangan kanan Fajar yang berbalut perban.

“ Aku gak suka ada rahasia yang benar-benar besar diantara kita, Jar..” Ujar Embun lagi. Ia tak menatap Fajar. Ia hanya menunduk sembari membuka tutup kotak makanan itu serta menyuduhkan minuman pada Fajar.

“ Aku tau,” Jawab Fajar singkat. Lalu dengan sigap menyantap makanan yang diberikan Embun padanya.

“ Raina, siapa?” Pertanyaan itu menghentikan suapan Fajar. Ia menatap Embun yang kini menatapnya lebih dalam lagi. Tampak jelas ketidak nyamanan mata itu menatap Fajar saat ini. Fajar paham itu.

“ Dia, orang yang bisa bantu kami untuk organisasi ini.”

“ Hanya itu?” Tanya Embun lagi. Mendengar itu Fajar meletakkan makanannya dan meminum minumannya cepat. Ia perlahan menatap Embun dan tersenyum pelan.

“ Apa aku kayak orang yang lagi cari pacar lagi?” Tanya Fajar. Pertanyaan Fajar tidak dijawab Embun. Ia hanya menunduk dan kemudian tersenyum lembut.

“ Enggak bukan itu, aku cuma...”

“ Embun, aku mohon untuk kali ini, dalam urusan organisasi, biarin aku berusaha yaaa? Raina itu orang yang bakal bantuin aku. Cuma itu, beneran.”

“ Oke, aku percaya kamu.” Jawab Embun ringan. Tampak jelas diwajahnya keraguan dan kekhawatiran akan Fajar. Tapi dapat ditepisnya dengan senyuman lembut yang ia punya.

Dalam hatinya ia masih tidak tenang. Fajar bukan laki-laki yang mendekati perempuan dengan cara konyol. Tetapi kemarin, tampak jelas olehnya kekonyolan Fajar saat menatap dan berbicara dengan Raina.

Aku harus temui Raina langsung,”


***

Pagi ini, Raina kembali berhadapan dengan Fajar. Setelah dilihatnya Fajar berdiri tegak di depan kelasnya. Ia menghela nafas pelan seraya mendatangi Fajar dengan lamban.

“ Apa lagi?” Tanya Raina pelan. Wajah kesalnya sudah tak bisa ia hindari lagi. Fajar yang menyadari kedatangan Raina hanya menatapnya diam lalu menggeleng cepat.

Setelah Senja UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang